CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: eltoro

INDONESIA - defence and military issues (PART IV-R.P.9]

   Close [Copy link]
Post time 27-10-2011 10:30 PM | Show all posts
AARM-21/2011 CLOSING CEREMONY
By : Indonesian Army Information Service


27-Oct-2011, 14:21:03WIB

The Indonesian Army Chief of Staff, General Pramono Edhie Wibowo, accompanied by all ASEAN Army Chiefs of Staff, had officially closed the overall programs of AARM-21/2011 which lasted for 14 days starting from 14 to 27 October 2011 in the Shooting Range Complex of the 1st Infantry Division/Kostrad, Cilodong, West Java.

The Indonesian Contingent had succesfully won 18 gold, 13 silver and 8 bronze medals along with 9 trophies in the AARM-21/2011. Meanwhile the runner up position was won by Thai Contingent with 4 gold, 10 silver and 10 bronze medals along with 2 trophies. Followed by Philipines Contingent with 4 gold, 5 silver and 4 bronze along with 2 trophies.

http://aarm21indonesia.com/1beri ... p;dn=20111027142103
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 27-10-2011 10:43 PM | Show all posts
TNI AD Meraih Juara Umum Lomba Tembak AD Se-Asean

CILODONG (Pos Kota) – TNI Angkatan Darat berhasil meraih jura umum lomba tembak Angkatan Darat se ASEAN, dengan memperoleh sembilan trofi dari 15 trofi yang diperebutkan. Sementara Angkatan Darat Thailand meraih 2 trofi, Angkatan Darat Filipna meraih dua trofi dan Angkatan Darat Singapura meraih dua trofi

Lomba Tembak Angkatan Darat Negara-Negara Asean (AARM) ke 21 tahun 2011, yang berlangsung sejak 14 September lalu ditutup oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Edhie Pramono Wibowo, di Markas Divisi 1 Kostrad, cilodong, Kamis (27/10/201).

Dalam perolehan medali TNI Angkatan Darat meraih 18 emas, 13 perak dan delapan perunggu. Diurutan keda Angkatan Darat Thailand memperoleh empat emas, 10 perak dan 10 perunggu, sementara diurutan ketiga Angkatan Darat Singapura meperoleh empat emas, empat perak dan enam perunggu.

Lima materi dilombakan pada AARM ke 21 ini, meliputi senapan, karaben, pistol putra , pistol putri dan senapan otomatis. Masing-masing materi terdiri atas nomor regu, perorangan dan plat baja

Kasad mengatakan, prestasi tentu menjadi sesuatu yang membanggakan bagi masing-masing prajurit. Bagi peserta yang belum mencapai target sebagaimana yang diharapkan pada event ini, pada masa yang akan datang, dapat lebih menunjukkan prestasi yang lebih baik lagi.

Menurut Kasad, sepanjang berdirinya, negara-negara Asean telah banyak mengembangkan dan memperluas kerja sama dalam berbagai bidang termasuk dibidang militer, dan tentunya diharapkan kerjasama yang telah terjalin baik selama ini dapat terus ditingkatkan pada masa yang akan datang.

“Kegiatan lomba tembak yang rutin tiap tahun dan secara bergiliran kita adakan, bertujuan untuk meningkatkan kerjasama Angkatan Darat negara-negara Asean, yang pada gilirannya dapat kita manfaatkan untuk lebih membangun kesepahaman antar prajurit”, ungkap Kasad.

Kasad mengharapkan, komunikasi dan pengalaman yang diperoleh selama mengikuti kegiatan AARM ini, dapat menjadi wahana yang efektif untuk membangun interaksi serta meningkatkan profesionalitas para prajurit.

Pada AARM ke 20 , tahun lalu di Malaysia TNI Angkatan Darat berhasil meraih jura umum. AARM ke 22 tahun depan akan diselenggaran oleh Angkatan Darat Brunei Darussalam.


Authetikasi :
Reply

Use magic Report

Post time 27-10-2011 11:36 PM | Show all posts
Indonesia Battalion Juara Umum Lomba Menembak Unifil di Lebanon





Untuk kesekian kalinya, prestasi yang sangat membanggakan berhasil ditorehkan prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Yonmek Kontingen Garuda XXIII-E/Unifil atau Indonesia Battalion (Indobatt). Prestasi mengagumkan ini diraih melalui kejuaraan menembak antar kontingen negara-negara yang tergabung dalam misi perdamaian PBB di Lebanon, dalam naungan United Nations Interim Force In Lebanon (Unifil), Marjayoun.

Event Inter Contingent Shooting Competition 2011, yang berlangsung pada 24-26 Mei 2011 ini merupakan lanjutan kejuaraan olahraga umum atau militer antar kontingen negara-negara se-Unifil. Kejuaraan diikuti oleh 14 tim dari 11 negara, yaitu Indobatt, Indo FPC (FHQ), Chinbatt, Spainbatt, Rokbatt (Korea), Nepbatt, Italbatt, Ghanabatt, Dancon (Denmark), CPT-FC (Spain), Brunei, Malaysia satu, Malaysia dua, dan India Battalion.

Menurut keterangan ketua tim Indobatt, Mayor Marinir Profs Degratment yang disampaikan kepada Papen Indobatt, Mayor Pasukan Banu Kusworo, kejuaraan terbagi dalam empat nomor lomba, yaitu Pistol Perorangan, Pistol Beregu, Senapan Perorangan, dan Senapan Beregu.

Indobatt yang menurunkan enam atlet terbaiknya, tampil mendominasi hari pertama dengan menyabet Juara Pertama nomor Pistol Beregu dan Juara Pertama pada nomor Pistol Perorangan. Sedangkan pada hari kedua, Tim Senapan Beregu Indobatt menambah medali setelah menempati posisi kedua. Dengan demikian secara meyakinkan petembak-petembak Indobatt menempatkan diri sebagai Juara Umum.

Keenam atlet petembak Indobatt yang berhasil mengharumkan nama Kontingen Indonesia adalahu Serma Fatrodin, Sertu Mar M. Fauzi, Kopda Nanang, Kopda Mar Togap Nainggolan, Kopda Mar Ruslan, dan Kopda Anton Yuliantoni. Mereka berhasil mempersembahkan satu piala terbaik untuk kategori Pistol Perorangan yang diraih oleh Sertu Mar M. Fauzi, satu Medali Emas nomor Pistol Beregu, satu Medali Perak nomor Senapan Beregu, serta menyabet Piala Juara Umum Kontingen.

Piala dan Medali diserahkan oleh wakil Komandan Sektor Timur Unifil, Kolonel Laut (E) Joko Edi S, mewakili Force Commander Maj Gen Alberto Asarta Cuevaz, dalam upacara penutupan di Batalion India sebagai panitia penyelenggara lomba.

Komandan Indobatt, Letkol Inf Hendy Antariksa didampingi Wadan Letkol Mar Harnoko pada apel penerimaan atlet usai pelaksanaan lomba menyampaikan ucapan terima kasih, serta rasa bangganya kepada keenam prajurit beserta official yang telah berjuang untuk menjadi yang terbaik.

“Saya bangga dengan perjuangan yang kalian tunjukkan, semoga hasil ini menambah semangat kita dalam melaksanakan tugas serta mampu menunjukkan martabat kontingen Indonesia di mata Internasional,” tegasnya.
Reply

Use magic Report

Post time 27-10-2011 11:40 PM | Show all posts
40 Ahli Indonesia Rancang Pesawat Tempur KFX/IFX[/b




26 Oktober 2011, Bandung (Jurnas.com): Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Eris Heriyanto menyampaikan paparan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait Design Center program kerja sama Indonesia dan Korea Selatan untuk pengembangan pesawat tempur KFX/IFX. Pesawat KFX ini merupakan jenis pesawat tempur di atas generasi F-16 dan Sukhoi SU-27/30.

Eris Heriyanto menjelaskan hal itu saat Presiden SBY meninjau PT Dirgantara Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10).

Menurut Eris Heriyanto, saat ini sekitar 40 ahli-ahli penerbangan dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Riset dan Teknologi, TNI AU, Institut Teknologi Bandung dan PT Dirgantara Indonesia dikirim ke Korea Selatan untuk mulai rancang bangun pesawat tempur KFX/IFX tersebut.

"Pesawat tempur KFX/IFX adalah generasi 4.5 sedangkan pesawat F-16 dan Sukhoi termasuk kategori generasi 4," kata Eris Heriyanto.
Reply

Use magic Report

Post time 28-10-2011 11:27 AM | Show all posts
Post Last Edit by wongedandotcom2 at 28-10-2011 11:36


PTDI patok produksi 250 unit pesawat CN295

Oleh Irsad Sati

Rabu, 26 Oktober 2011 | 15:15 WIB




BANDUNG: PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menargetkan bisa memproduksi 200 unit hingga 250 unit pesawat CN295, proyek baru bersama Airbus Militery Industry untuk membidik pasar di Asia Pasifik.

Tahap pertama diproduksi sebanyak 9 unit untuk memenuhi pesanan dari Kementerian  Pertahanan senilai US$325 juta yang ditargetkan selesai pada semester I 2014.

Dirut PTDI Budi Santoso mengatakan target produksi itu sangat realistis dengan menjadikan seluruh permintaan di pasar domestik untuk  sipil dan militer sebagai pasar yang akan dipenuhi melalui produk CN295 yang merupakan pesawat multifungsi.

"Untuk memenuhi pesanan itu, proses produksi tidak menjadi persoalan lagi karena sudah ada suntikan dana cash melalui APBN  2012 senilai Rp1 triliun," katanya sesuai peresmian proyek pesawat baru itu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di pabriknya di Bandung, hari ini.

Selain pesanan dari TNI, lanjutnya, produk anyar itu juga sudah dipesan Korsel sebanyak empat unit.

Sementara itu, Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan kontrak pesanan CN295 senilai US$325 juta merupakan bagian dari rencana pembelian alutsista periode 2009-2014 yang disiapkan Rp150 triliun.

Menurut dia, pemerintah terus memberdayakan produk alutsista yang diproduksi oleh industri dalam negeri untuk mendukungan pengembangan industri strategis nasional.

Penuhi komitmen
Dia mengharapkan PTDI bisa memenuhi komitmen produksi sembilan pesawat itu pada semester I 2014.

Dia mengatakan pemerintah ingin PTDI dengan industri strategis lain bisa melakukan kebijakan-kebijakan yang inovatif dan menguntungkan supaya bisa kembali berkembang..

PTDI dengan Airbus Militery Industry yang menjadi mitra kolaborasinya untuk mengembangan tipe pesawat baru itu telah menandatangani nota kesepahaman memproduksi bersama sekaligus pemasaran ke kawasan Asia Pasifik.

Nota itu ditandatangani dihadapan Presiden Yudhoyono dalam acara kunjungan ke pabrik itu untuk meresmikan proyek produksi pesawat tersebut. (bsi)


http://www.bisnis.com/articles/ptdi-patok-produksi-250-unit-pesawat-cn295
Reply

Use magic Report

Post time 28-10-2011 12:05 PM | Show all posts
Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 28-10-2011 06:30 PM | Show all posts
Reply

Use magic Report

Post time 29-10-2011 07:41 AM | Show all posts


Home > News > Inside Burma >

Indonesian Foreign Minister arrives in Burma on fact-finding visit
Friday, 28 October 2011 20:33 Nyi Thit



Foreign Minister Marty Natalegawa of Indonesia speaks at the United Nations in this file photo. Photo: UN

(Mizzima) – Indonesian Foreign Minister Marty Natalegawa arrived in Burma on Friday to scout out Burma to decide whether it should be granted the Asean chair for 2014.

During his visit, which ends Saturday, he will go to Naypyitaw, the capital of Burma, and meet with Burmese government officials.

He will meet with his Burmese counterpart Wunna Maung Lwin and Social Welfare, Relief and Resettlement and Labour Minister Aung Kyi, according to diplomatic sources.

Observers said he might also meet with NGOs and social organizations and other groups.

The visit to Burma was arranged during the 18th Asean Summit in May. Originally, he was scheduled to start his visit on October 26, but it was delayed two days.

Presently, Indonesia holds the rotating Asean chair and his findings could heavily influence the decision on whether Burma should be granted the chair in 2014 or not, observers say.

Asean has been put under pressure not to grant the Asean chair to Burma because there are still political prisoners and human rights violations in the country.

Burma’s turn to chair Asean came up in 2006, but it passed over the opportunity after widespread criticism over its human rights record. Originally, its turn would have been up in 2016, but Laos agreed to swap places with Burma for the 2014 Asean chairmanship. Burma has been constructing new facilities in Naypyitaw, partly as a bid to attract the Asean delegates.

In August, Burmese Foreign Affairs Minister Wunna Maung Lwin said that the decision whether Burma would be granted the chair would be made at the 19th Asean Summit to be held from November 14 and 19 in Bali, Indonesia.

In May, the Thailand-based Human Rights Education Institute of Burma (HREIB) said Burma should not receive the Asean chair.

Aung Myo Min, the HREIB director, told Mizzima: “Far from it. There are still many political prisoners in Burma. The government is reluctant to hold a political dialogue. We want to urge Asean to put the Burmese government under pressure and to support a commission of inquiry into the allegations of crimes against humanity by the Burmese junta.”

In September, the Global Justice Center called on Asean heads of state not to recognize Burma and block the country from taking the chair in 2014.

In a letter, Janet Benshoof, president of the New York-based center, urged Asean states to uphold the law of nations and treat Burma’s new Constitution, which removes from the president and all branches of “civilian” government any sovereign power over the military, as “null and void.”

Benshoof said, “Asean states are under a legal imperative not to recognize Myanmar/Burma’s Constitution or elections as they violate the UN and Asean Charters and to take immediate action to stop the military’s ongoing war crimes including genocide and military rape of ethnic women used as a weapon of war.”

AP quoted Foreign Minister Natalegawa in September, saying, "I shall be keen to listen and to hear the voice of civil society, not least the voice of Daw Aung San Suu Kyi... whether this can have a multiplier effect, a pull effect in speeding up the pace of change.”


http://www.mizzima.com/news/inside-burma/6118-indonesian-foreign-minister-arrives-in-burma-on-fact-finding-visit.html
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 29-10-2011 11:02 PM | Show all posts
Post Last Edit by rifa at 29-10-2011 23:07

Debut MRAP Baru Kopassus













Setelah MRAP Casspir dimiliki Kopassus, belum ada lagi kabar kendaraan sejenis yang akan diakuisisi oleh TNI. Namun pada tahun akhir tahun 2006, bersamaan dengan diselenggarakannya pameran pertahanan Indodefence 2006, muncul berita bahwa BAE System menawarkan MRAP tipe RG-31 Nyala dan RG-32 kepada TNI.

Tidak ada kabar mengenai disetujui tidaknya sodoran kendaraan MRAP tersebut, namun Majalah Commando edisi Mei 2010 memergoki satu kendaraan MRAP yang mirip RG-31 ketika sedang berkunjung ke markas Kopassus.

Beberapa hari yang lalu menjelang diadakannya Latihan Gabungan Anti Teror 2011, foto kendaraan MRAP tersebut beredar di forum-forum militer. Pada hari ini kendaraan tersebut resmi diperlihatkan kepada publik dalam Latihan Gabungan Anti Teror TNI-Polri 2011.

Menilik dari bentuk fisiknya terutama grille depan, lampu depan, dan ban cadangan di bodi sebelah kiri maka kendaraan ini dapat diidentifikasikan sebagai Mamba, dan melihat dari kaca samping bagian belakang yang hanya terdiri dari satu ruas, maka dapat dipastikan bahwa kendaraan ini adalah Mamba Mk II MRAP buatan Afrika Selatan.

Mamba dibuat oleh Reumech OMC, pabrikan dari Afrika Selatan, pabrikan ini sempat mengalami proses akuisisi beberapa kali dimulai oleh Vickers, Alvis dan terakhir oleh BAE Systems dan namanya pun berubah menjadi BAE Systems Land Systems OMC.

Mamba Mk II sebagai kendaraan ringan 4x4 ditenagai oleh mesin diesel Mercedes Benz 352N 6-cylinder sehingga kendaraan dapat dipacu hingga kecepatan 102 km/jam. Sebagai kendaraan MRAP (Mine Resistant Ambush Protected), kendaraan ini mempunyai lambung baja berbentuk V untuk melindungi penumpangnya dari ledakan ranjau anti tank.

Kendaraan ini mempunyai berat 6,8 ton, dengan bodi monocoque dan mempunyai ground clearance 41cm. Standar proteksi Mamba pada lambung baja dan kacanya dapat memberikan perlindungan terhadap tembakan senjata dengan amunisi ukuran 5,56 × 34 mm dan 7,62 × 51 mm serta perlindungan opsional terhadap amunisi tipe armour–piercing ukuran 7,62 × 51 mm standar NATO.

Memang terdapat tiga kendaraan MRAP yang mirip satu sama lain yaitu : mamba, Nyala, dan Reva. RG-31 Nyala adalah pengembangan lebih lanjut dari Mamba Mk II oleh Land Systems OMC, sedangkan Reva adalah pengembangan oleh ICP dengan mesin penggerak Merek Cummins sejak varian Mamba Mk I. Reva telah dipakai oleh Angkatan Darat Thailand dan dioperasikan di wilayah konflik Thailand Selatan.

Selain Mamba, Kopassus juga mengoperasikan kendaraan MRAP Casspir yang sama-sama buatan Afrika Selatan. Casspir diproduksi oleh TFM yang selanjutnya diakuisisi oleh Reumech OMC dan akhirnya menjadi Land Systems OMC. Casspir tergolong MRAP berukuran sedang.

Dalam mengangkut personil Mamba mampu membawa 9 personil plus 2 crew, sedangkan Casspir yang mempunyai bobot 10,88 ton dapat membawa lebih banyak lagi yaitu 12 personil plus 2 crew.

Kendaraan ini pantas digunakan oleh Sat-81 Gultor Kopassus, karena akan memberikan perlindungan maksimal pada prajurit yang telah dididik dengan biaya mahal.

(Defense Studies)






Reply

Use magic Report

Post time 30-10-2011 06:48 PM | Show all posts
Dubes Pakistan: "Kami Tidak Ingin Indonesia Mengirimkan Militernya Ke Pakistan"

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Sanaullah, berharap pemerintah Indonesia dan negara sahabat lainnya bisa terus menanyakan kepada pemerintah India mengenai pelaksanaan jajak pendapat seperti yang diamanatkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1957.

Karena nyatanya, hingga kini pemerintah India belum memberikan hak kepada rakyat Pakistan untuk melaksanakan jajak pendapat.

"Kami tidak menginginkan Indonesia mengirimkan militernya ke Pakistan untuk membantu kami, tidak. Kami ingin menempuh jalan damai, bukan jalan militer," kata Sanaullah, saat menemui mahasiswa dari Universitas Nasional dan Tarumanegara yang menghadiri Peringatan Hari Kashmir di Kedutaan Besar Pakistan, Jakarta, Kamis (27/10).

Resolusi DK PBB tanggal 24 Januari 1957, menjadi resolusi kelima yang diterbitkan, untuk menyelesaikan aksi pendudukan militer India di wilayah Kashmir dan Jammu.

Sepuluh tahun sebelum resolusi PBB dikeluarkan, pada 27 Oktiber 1947, tentara India melakukan invasi militer ke kedua wilayah tersebut dan berusaha mengklaim sebagai bagian dari India, hingga kini. Peristiwa itu kini dikenal rakyat Pakistan sebagai The Blackest Day for Kashmiris atau Hari Paling Kelam bagi Rakyat Kashmir.

Dalam resolusinya, PBB meminta rakyat Kashmir—yang mayoritas beragama Islam—untuk menentukan nasib mereka sendiri dengan memilih antara Pakistan dan India. Perjuangan secara gerilya juga dilakukan rakyat Kasmir sebagai bentuk perlawanan penindasan semena-mena yang kerap dilakukan militer India.

Catatan pemerintah Pakistan, pelanggaran hak asasi manusia (HAM) oleh tentara India sejak Januari 1989 hingga Oktober 2010, setidaknya terjadi pembunuhan terhadap 93.505 warga Kashmir.

Selain itu, juga terjadi 6.976 pembunuhan tahanan, 118.607 penahanan, dan 9.980 perempuan yang diperkosa oleh tentara atau polisi India. "Kami berharap Indonesia bisa membujuk India untuk menempuh jalaur damai untuk mengakhiri penderitaan bertahun-tahun rakyat Kashmir," pinta Sanaullah.
Reply

Use magic Report

Post time 30-10-2011 10:39 PM | Show all posts
(ANTARA News): Komandan Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Letkol Penerbang Deni Hasoloan Simanjuntak (ten_aW depan), bersama sejumlah penerbang dari TNI AU dan Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) berfoto bersama sebelum upacara pembukaan Latihan Bersama Elang Malaysia Indonesia (Malindo), di Lanud Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Rabu (21/9). Latma Elang Malindo yang diikuti anggota TNI AU dan TUDM tersebut, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan operasi bersama dan merupakan rangkaian dari kerjasama dua negara yang telah terjalin selama ini. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ss/pd/11)

Sejumlah anggota TNI AU membopong anggota Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) yang jatuh pingsan saat mengikuti upacara pembukaan Latihan Bersama Elang Malindo di Lanud Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Rabu (21/10). Tidak diketahui penyebab yang mengakibatkan anggota TUDM itu jatuh pingsan dan kemudian membentur aspal. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/pd/11)


Reply

Use magic Report

Post time 31-10-2011 06:25 PM | Show all posts
PTDI Masih Rawat Baik N-250



30 Oktober 2011, Bandung (Investor Daily): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) masih merawat dengan baik dua unit pesawat karya anak bangsa N-250 Gatotkaca meskipun kedua pesawat itu tidak bisa diterbangkan karena terkendala prosedur dan regulasi penerbangan.

"Dua pesawat N-250 masih kami rawat dengan baik di hanggar kami," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Bandung, Sabtu.

Pesawat N-250 merupakan pesawat hasil pengembangan sendiri putra-putri Bangsa Indonesia yang dikembangkan PT DI yang kala itu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

Pesawat N-250 yang sempat diterbangkan dan mengikuti sejumlah pameran kedirgantaraan itu merupakan pengembangan IPTN dari produk andalannya CN-235 yang merupakan produk kerja sama dengan Cassa Spanyol.

Dengan warna dasar putih dan bagian bawah badan pesawat biru itu, N-250 masih cukup "gagah" dipamerkan, meskipun pesawat itu tidak lagi diterbangkan.

Bahkan, N-250 menjadi salah satu pesawat produk PTDI yang dipamerkan saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke PTDI pada Rabu (26/10) lalu. Presiden juga sempat mendapat sekilas penjelasan terkait perawatan pesawat itu.

Juru bicara PTDI, Rakhendi menyebutkan pesawat itu disimpan di hanggarnya yang terletak di ujung kompleks hanggar PTDI.

"Sebenarnya pembuatan N-250 itu sudah selesai dua setengah pesawat, dua pesawat sudah dirampungkan dan yang satu lagi pengerjaanya baru 50% saat proyek itu dihentikan," kata Rakhendi.

Saat ini PTDI kembali bangkit melalui program revitalisasi dengan mengembangkan produk CN-235 Maritime Patrol dan terakhir mengembangkan pesawat CN-295 bekerja sama dengan Airbus Military Spanyol.

PTDI akan mengerjakan sejumlah pesawat CN-295 pesanan Kementerian Pertahanan RI di samping membuat helikopter dan pesawat CN-212.

Bersama PT Pindad, PTDI mendapat penugasan untuk mendukung program revitalisasi alutsista TNI di bidang masing-masing.

Sumber: Investor Daily
Reply

Use magic Report

Post time 31-10-2011 06:36 PM | Show all posts
Perang Intelejen Indonesia Vs. Australia

Spy catching caused Jakarta rift
By Tom Allard


An Australian spy's cover was blown in a counter-espionage operation mounted by Indonesia in an extraordinary event that sheds light on relations between Jakarta and Canberra before the East Timor crisis.

The sting occurred in September 1997, several intelligence sources say.

The Australian Secret Intelligence Service agent had arranged to receive documents from a key Indonesian contact, believed to be a military intelligence officer.

The document drop occurred in Jakarta but, unbeknown to both spies, they were being observed by Indonesian counter-intelligence officers.

As he picked up the documents left for him, the ASIS agent was collared by the Indonesians and strong protests relayed to the Australian embassy in Jakarta.

Within days the officer had been quietly shuttled out of the country, never to work in intelligence services again.

A Herald investigation over several months has uncovered the agent's name, which, for legal reasons, cannot be published. He was operating under diplomatic cover and was not declared to the Indonesians as a spy, as is sometimes the case.

Australia was deeply embarrassed but, following discussions at the highest level that are believed to have included the Minister for Foreign Affairs, Alexander Downer, both countries agreed to keep the incident secret.

A spokesman for Mr Downer said yesterday that the Government "could not confirm or deny or offer any comment".

"Of course it went to Downer," an intelligence source said. "Of course, the Prime Minister was informed.

"These situations have the potential to blow out into extremely tricky situations. They would have had to work out a strategy to handle it."

In the world of espionage there are few more disturbing developments than a foreign government uncovering a spy's identity - especially when it occurs at a time of acute instability, as was the case with Indonesia in 1997.

On that there was universal agreement. As to the incident's consequences, opinion varies. "It was just one of those unlucky breaks that happens from time to time," a former intelligence figure said.

"It was as embarrassing to the Indonesians as it was to Australia. You see, we had obviously penetrated their intelligence network. They wanted to keep it quiet, as much as we did."

What emerged was a "gentleman's agreement" common in the spying game, the source said.

"The Indonesians are trying to pull the same stunts here all the time. Everybody does it. The Indonesians knew they were in trouble if they went public. They knew damn well that would have been tit-for-tat."

Others take a less benign view. First, it was highly likely that the Indonesians had been tracking the agent for some time, observing his movements and contacts and developing a rare, detailed picture of the Australian and US intelligence in Indonesia.

"ASIS agents have extensive contacts with the CIA, both socially and professionally," said another source who is familiar with ASIS operations in the region. "And then, of course, they would have been able to observe which Indonesian contacts the agent was running.

"The sting would have been the end of the story, in many ways, rather than the beginning."

By choosing to inform Australia, Indonesia was intent on causing maximum discomfort, putting Australia's intelligence agents and the government on the back foot, he said. And, then, what happened to the Indonesian operative who was caught up in the sting?

According to one account, he was executed, causing anger in sections of the Indonesian military.

The Herald has learnt that the fallout of the incident included death threats made to another Australian living in Jakarta at the time who, while innocent, shared the same name as the ASIS agent.

What is certain is that the incident coincided with the beginning of a period of turmoil in Indonesia that wrong-footed Australian policy makers.

The financial crisis that racked Indonesia was in full swing in 1997, setting off a chain of events that led to Indonesia's president Soeharto being deposed the next year.

By 1998 Australian intelligence reports were revealing increased militia activity in East Timor, aided by the Indonesian defence forces.

The alarming reports of organised violence against pro-independence East Timorese and warnings of violent consequences of the independence ballot to be held in 1999 were discounted or ignored by defence and foreign affairs officials in Canberra.

It was in mid-1998 that a new intelligence sharing agreement between Australia and the US was forged, largely giving Australia carriage of Indonesia in terms of signals intelligence and with ASIS agents on the ground gathering human intelligence.

As Australia's leaders continued to play down the increasing violence in East Timor and the culpability of the Indonesian government, the US became frustrated, and a schism developed in the relationship.

At this time Merv Jenkins, the Defence Intelligence Organisation liaison officer in Washington, was castigated by superiors for passing unauthorised Australian material to his US counterparts about what was happening in East Timor.

Despondent at his treatment by Canberra, Mr Jenkins committed suicide in 1999.


===========================================================
Sumber intelejen Australia menceritakan perang Intelejen Australia vs. Indonesia yang terjadi pada tahun 1997, sebelum lepasnya Timor Leste.

Peristiwa ini berawal dari di tangkapnya perwira intelejen Indonesia yang menjadi agen ganda Australia dan seorang Diplomat Australia yang juga merangkap agen intelejen ASIS. Si Diplomat segera dideportasi dan Australia dengan sangat malu meminta maaf kepada Indonesia atas kasus itu.

Karena mata-mata yang ditangkap adalah perwira intelejen Indonesia, maka ada gentlemen agreements kedua negara untuk merahasiakan kasus itu demi menutup malu.

Namun pengamat mengatakan kalau perwira intelejen yang menjadi agen ganda Australia itu sebenarnya hanya umpan yang digunakan mata-mata kita untuk membongkar jaringan Intelejen Australia-Amerika di Indonesia, mengingat komunitas intelejen dua negara itu dikenal mesra. Peristiwa penangkapan itu sebenarnya hanya peringatan untuk Australia dan jaringan intelejennya bahwa : "saya tahu kerjaan kamu."

Insiden ini kemudian menjadi kartu truf Indonesia dalam masalah menutup dosa di Timor-Timur. Berbuntut perpecahan hubungan mesra intelejen Amerika-Australia dan bahkan berujung dengan bunuh dirinya salah satu perwira intelejen Australia

Si perwira intelejen Indonesia yang jadi agen Australia itu kabar beritanya sudah.....!!!!
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2011 04:45 PM | Show all posts


2023, Pindad Targetkan Jadi Produsen Terkemuka di Asia
Selasa, 1 November 2011 | 12:51



[BANDUNG] Tahun 2023, PT Pindad akan menjadi produsen peralatan pertahanan terkemuka di Asia. Hal ini akan tercapai melalui upaya inovasi prouduk dan kemitraan strategis.

Demikian dikatakan Direktur Produk dan Manufakturing PT Pindad, Tri Harjono, dalam acara temu pers di Bandung, Selasa (1/11). Turut hadir dalam acara itu adalah Kepala Pusat Komunikasi Publik, Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Hartind Asrin.
   
Harjono mengatakan, PT Pindad akan terus melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan negara.
   
Strategi yang akan dilakukan ke depan, kata dia, ada tiga hal yakni, pertama, integrasi bisnis yakni dengan menjadikan bisnis alutsista sebagai backbone, mengupayakan subsitusi impor alutsista, mengembangkan bisnis komersial yang terkait teknologi alusista dan meninggalkan bisnis peralatan industrial yang tidak menguntungkan dan sulit dikembangkan.
   
Kedua, fokus pengembangan yakni alutsista untuk kaveleri dan artileri. Ketiga, membangun keunggulan operasional melalui perbaikan lini produksi khususnya alutsista, restrukturisasi sistem atau proses bisnis, restrukrisasi permodalan, restrukturisasi sumber daya manusia dan aliansi strategis dengan industri dalam negeri dan luar negeri.
   
Menurut Harjono, ada beberapa permasalahan yang dialami PT Pindad sampai saat ini adalah mesin produksi usia sudah tua sehingga kurang optimal, modah kerja sangat terbatas, umur sumber daya manusia sudah tua yakni rata-rata 43 tahun dan beban fixed cost yang tinggi.
  
Dikatakan, penjualan alutsista tahun 2010 yang terdiri dari senjata, amunisi dan kendaraan khusus mencapai Rp 675 miliar. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2009 dengan tiga jenis produk yang sama yakni mencapai Rp 773 miliar.
   
Harjono mengatakan, dalam waktu dekat, Malaysia akan membeli 30 unit kendaraan panser jenis anoa. "Satu panser seharga US$ 1 juta. Sekarang Malaysia sudah ok, tinggal tunggu administrasinya saja," kata dia. [E-8]


http://www.suarapembaruan.com/home/2023-pindad-targetkan-jadi-produsen-terkemuka-di-asia/13033
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2011 06:15 PM | Show all posts
Post Last Edit by rifa at 1-11-2011 22:14

dobolllll
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2011 07:29 PM | Show all posts
Post Last Edit by rifa at 1-11-2011 20:19

Dislitbangal Laksanakan Penelitian Berbagai Peralatan Tempur



[img][/img]

31 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal) saat ini tengah melaksanakan penelitian pembuatan sepatu PDH yang cocok bagi Anak Buah Kapal (ABK).

Demikian dikatakan Kadislitbangal Laksamana Pertama TNI Tri Santosa dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Sekdislitbangal Kolonel Laut (T) J.R Duapadang, S.E dalam apel khusus, Senin (31/10) di Mabesal, Cilangkap Jakarta Timur

Selain sepatu PDH, menurut Kadislitbangal, kegiatan lain yang sedang berlangsung diantaranya penelitian dan pengembangan rancang bangun kapal patroli Catamaran, pembuatan armor bahan komposit untuk rantis, pembuatan akustik Jammer bawah air, penelitian dan rancang bangun kendaraan Amphibi Angkut Personel (APC), penyempurnaan sky diving dan beberapa penelitian di bidang manajemen.

Selain itu Dislitbangal juga melaksanakan penelitian yang didanai Kemenristek seperti rancang bangun ranpur amphibi jenis BMP, ranpur Amphibi roda rantai, penelitian dan pembuatan senjata perorangan bawah air jenis APS,dan lain-lain. “Hal ini menunjukan Dislitbangal sebagai institusi litbang di lingkungan TNI AL, yang mengemban tugas pokok menyelenggarakan pembinaan fungsi dan kegiatan penelitian tetap konsisten melaksanakan kegiatan litbang yang berorientasi pada pemenuhan kebutu*an operasional guna mendukung kesiapan alutsista TNI AL serta mewujudkan kemandirian di bidang pertahanan matra laut, ” kata Kadislitbangal.

Pada bagian lain Kadislitbangal menyampaikan juga bahwa saat ini Dislitbangal secara aktif menjalin kerjasama dengan institusi lain baik dari dalam maupun dari luar TNI AL dalam rangka untuk mengetahui peta kemampuan SDM dalam negeri yang memiliki kompetensi dalam mendesain dan membuat sebuah produk tertentu di bidang pertahanan.

Di akhir sambutannya, Kadislitbangal mengajak seluruh prajurit dan PNS TNI AL untuk dapat berperan dan ikut serta dalam lomba kreativitas prajurit yang dilaksanakan Dislitbangal. Dengan banyaknya judul yang masuk maka makin banyak pula ide-ide kreatif yang datang dari personel guna mendukung organisasi. “Sebagai institusi litbang di lingkungan TNI AL tentunya sangat membutu*kan sumbang saran dari semua fihak seperti ide-ide positif dan kreatif agar kemajuan organisasi TNI AL dapat tercapai,” tandasnya.

Sumber: TNI AL
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 1-11-2011 11:01 PM | Show all posts
Post Last Edit by wongedandotcom2 at 1-11-2011 23:09


ITS Membuat Kapal Selam



Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) sedang menggarap Kapal Perang Crocodile-Hydrofoil di Laboratorium Hidrodinamika, Selasa (1/11/2011)

SURABAYA, KOMPAS.com- Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya membuat kapal selam yang diberi nama Kapal Perang Crocodile-Hydroffoil. Saat ini pembuatan baru mencapai sekitar 20 persen berupa penyiapan dua mesin kembar diesel Mitsubishi 6D40T dengan kapasitas masing-masing 350 PK serta pembuatan mal atau contoh badan kapal sesuai ukuran.

"Pembuatan kapal selam ini menggunakan dana program insentif riset dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Kepala Laboratorium Hidrodinamika Fakultas Teknik Kelautan Institut Sepuluh Nopember Surabaya Wisnu Wardhana, Selasa (1/11/2011) di Surabaya.

Alokasi dananya mencapai Rp 3 miliar yang disampaikan selama tiga tahun antara 2011-2013 atau setiap tahun sebesar Rp 1 miliar.

Menurut Wisnu, Kapal Perang Crocodile-Hidrofoil merupakan yang pertama di Indonesia. "Kapal selam ini kombinasi dari tiga fungsi, yaitu untuk kapal hidrofoil yang melayang hanya bagian sayap yang menyentuh permukaan air, kemudian fungsi kapal permukaan, dan fungsi kapal selam dengan kedalaman 5-7 meter," kata Wisnu.

Dijadwalkan, kapal ini selesai tahun 2013. Lokasi uji coba di Selat Madura.

sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2011/...at.Kapal.Selam
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2011 11:07 PM | Show all posts
Post Last Edit by wongedandotcom2 at 1-11-2011 23:39

setelah kemaren APC buat Final Project - Undergraduate Program kat ITS



now .. Submarine..
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2011 11:37 PM | Show all posts


ITS constructing a combat submarine
The Jakarta Post, Jakarta | Tue, 11/01/2011 3:44 PM


Surabaya’s Sepuluh November Institute of Technology (ITS) says it is constructing a combat submarine at an estimated cost of Rp 3 billion (US$339,000). The vessel is expected to complete by 2013.

ITS School of Marine Engineering Hydrodynamics Lab head Wisnu Wardhana said Tuesday in Surabaya that the funds would come from a research grant from the Education and Culture Ministry disbursed in stages; Rp 1 billion per year from 2011 to 2013.

“The submarine will have three combined functions. First, it can operate as a hydrofoil, where only the wings touch the water. Second, it can function as a surface ship, and third, it can also serve as a submarine,” Wisnu said, as quoted by kompas.com.

He said the submarine was named Crocodile-Hydrofoil, adding that his team had completed 20 percent of the construction process.

Wisnu also added that the submarine would be tested in the Madura Strait upon its targeted completion in 2013.


http://www.thejakartapost.com/ne ... mbat-submarine.html
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2011 11:39 PM | Show all posts

SUBMARINE MADE IN INDONESIA INSTITUE TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER SURABAYA

Post Last Edit by audreyhepburn at 1-11-2011 23:52


Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) sedang menggarap Kapal Perang Crocodile-Hydrofoil di Laboratorium Hidrodinamika, Selasa (1/11/2011)

SURABAYA, KOMPAS.com- Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya [B]membuat kapal selam yang diberi nama Kapal Perang Crocodile-Hydroffoil[/B]. Saat ini pembuatan baru mencapai sekitar 20 persen berupa penyiapan [B]dua mesin kembar diesel Mitsubishi 6D40T dengan kapasitas masing-masing 350 PK[/B] serta pembuatan mal atau contoh badan kapal sesuai ukuran.

"embuatan kapal selam ini menggunakan dana program insentif riset dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Kepala Laboratorium Hidrodinamika Fakultas Teknik Kelautan Institut Sepuluh Nopember Surabaya Wisnu Wardhana, Selasa (1/11/2011) di Surabaya.

Alokasi dananya mencapai Rp 3 miliar yang disampaikan selama tiga tahun antara 2011-2013 atau setiap tahun sebesar Rp 1 miliar.

Menurut Wisnu, Kapal Perang Crocodile-Hidrofoil merupakan yang pertama di Indonesia. [B]"Kapal selam ini kombinasi dari tiga fungsi, yaitu untuk kapal hidrofoil yang melayang hanya bagian sayap yang menyentuh permukaan air, kemudian fungsi kapal permukaan, dan fungsi kapal selam dengan kedalaman 5-7 meter,"[/B] kata Wisnu.

Dijadwalkan, kapal ini selesai tahun 2013. Lokasi uji coba di Selat Madura.

sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2 ... Membuat.Kapal.Selam

WELL..lets see whos the giant in the next decade..MINAT KAH MALAYSIA BELI SUBMARINE INI ?
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

27-4-2024 04:13 AM GMT+8 , Processed in 0.074996 second(s), 39 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list