sekarang the raid sudah masuk 50 the best action versi imdb dengan peringkat 30 http://www.imdb.com/chart/action
padahal belum realese ......semoga bisa bertahan
Dah tengok mlm tadi, action nya memang luar biasa....tang tembak2 aku tak tertarik sangat tapi tang martial art mmg seronok tgk iko uwais dan mad dog tu berlawan. Jalan cerita pulak tak berapa best bg aku.....
wah nonton di Jakarta.. kamu sedang liburan atau memang tinggal diJakarta ??
saya malah belum nonton, mungkin nanti malam...biasanya kalau senin tiketnya dapat discount...
memang story the raid terlalu simpel, ya dimaklumi saja memang tujuannya hanya mencari investor untuk film Berandal...
proyek film Berandal budgetnya besar, Gareth menunggu sampai setahun untuk mendapatkan investor namun belum berhasil jadi dibuat dulu the raid yg sesuai budget...jadi the raid seperti pra sequel dari berandal yg storynya lebih kompleks...
tapi sekarang proyek film berandal sudah dapat investor dan syuting akan dimulai awal tahun depan...
Finding the best overall per-theater-average of any specialty film (though still second to "The Hunger Games" overall) was Gareth Evans' much-anticipated Indonesian action flick "The Raid: Redemption." Released by Sony Pictures Classics after acclaimed festival screenings at Toronto and Sundance, the film took a risky move to open opposite the buzz-vacuum that is "The Hunger Games," but it seems to have paid off. On 14 screens in the US and Canada (the sole Canadian screen seeing the film released by Alliance, not SPC), the film took in $220,937. That made for a promising average of $15,781.
wah nonton di Jakarta.. kamu sedang liburan atau memang tinggal diJakarta ...
yantostar Post at 26-3-2012 10:52 AM
Iya mas, sedang tinggal di Jakarta tapi sementara aja (sekitar tiga minggu). Biasanya nonton film di bioskop area Jkt Selatan, tapi the Raid aja nonton di Blitz PGI. Sy pikir budget tak seharusnya mempengaruhi storyline kerene storyline bagus bisa aja dibuat dgn budget kecil. Sy setuju dgn beberapa resensi blogger Indonesia yg mengatakan perkara terbaik dalam The Raid ialah aksi pertarungan dan skor musik. Bener sekali, pertarungan dlm The Raid sangat menghibur dan musik nya juga asyikk.
Bagaimanapun sy heran kenapa film Mata Tertutup oleh Garin Nugroho hanya satu minggu aja di bioskop dan sekarang sudah diturunkan. Sejujurnya sy mau nonton Mata Tertutup dahulu sebelum The Raid.
Resensi di Kompasiana dari orang yang sudah nonton ....
Gereget Aksi dan Bahasa dalam Film The Raid
Film Indonesia yang lebih dulu tayang di luar negeri selalu menarik perhatian. Apalagi kalau mendapat review positif dari para pengamat dan pecinta film di ajang perfilman internasional, wuih, bukan main penasarannya banyak orang di tanah air. Hal itu terjadi pada film The Raid yang disutradarai oleh Gareth Evans.
Mulai tanggal 23 Maret lalu, timeline di Twitter dan Facebook saya ramai membicarakan film ini. Beberapa website berita bahkan tak henti-hentinya menayangkan artikel yang intinya menyorot kesuksesan film tersebut. Terdorong oleh rasa penasaran dan keinginan kuat untuk lebih sering menyaksikan film Indonesia berkualitas, saya pun pergi ke Bioskop 21 untuk menonton The Raid yang dijadwalkan tayang pada pukul 19.00 WIB
Entah karena jumlah pasukan yang dibawa untuk mengepung hanya sedikit (dua puluh orang, sebagian besar personel muda) atau karena penyerangan tidak didahului rencana yang matang, pasukan yang dipimpin oleh Sersan Jaka justru mendapat gempuran balik dari sasaran mereka. Listrik dan sarana komunikas diputus, mereka terjebak dalam labirin asing berbentuk apartemen kumuh yang hanya memiliki satu jalan keluar. Tujuan utama untuk menangkap bandar narkoba kelas kakap pun berubah menjadi upaya bertahan hidup yang nyaris mustahil.
Mad Dog Vs Sersan Jaka (sumber: thereelbits.com)
Bumbu konflik dalam film ini sederhana. Sang karakter protagonis, Rama, hanya ingin menjalankan tugas sebaik-baiknya lalu pulang ke pelukan istrinya yang tengah mengandung anak mereka. Konflik internal lainnya muncul saat di tengah penyerbuan sarang narkoba tersebut, ia malah bertemu kembali dengan sang kakak, Andi, yang setelah menghilang sekian lama ternyata malah menjadi salah satu orang kepercayaan Tama.
Secara keseluruhan, menonton film ini sangat menghibur. Meskipun tidak disarankan untuk mereka yang tidak kuat melihat darah atau adegan kekerasan terlalu brutal, film ini tampil sangat apik dari segi audio visual. Tidak heran bila akhirnya review film ini di situs terkenal Rotten Tomatoes diganjar 86% fresh rating, unggul tipis dari box office saat ini, The Hunger Games, yang diberi 85% fresh rating.
1. Sersan Jaka (Joe Taslim) terlihat sangat meyakinkan sebagai seorang pemimpin. Dia tampil penuh percaya diri dan sangat berani dalam memimpin anak buahnya yang masih amatiran dalam menyerbu markas penjahat kelas kakap. Sayangnya, keberanian dan wibawa sebagai pemimpin ini luntur seketika saat dia sendiri baru mengetahui bahwa penyerangan tersebut di luar rencana korpsnya. Artinya, tidak ada back up yang akan datang menolong mereka di saat terdesak. Rasanya kok terlalu sepele sekaligus sangat fatal, seorang pemimpin bisa sampai melupakan hal seperti ini. Back up dalam sebuah penyerangan (teroris atau bandar narkoba) semestinya sudah menjadi perhitungan otomatis sebelum beraksi.
2. Gaya bahasa Sersan Jaka saat memberikan instruksi untuk memecah pasukan menjadi dua terlalu baku. Kalau tidak salah dengar, dia berkata, “Saya ke sebelah sini, Anda ke sebelah sana”. Begitu juga dengan ucapan sepasang penjahat yang dikirim oleh Tama sebagai bala bantuan untuk menggempur tamu tak diundang di rusunnya. Penjahat yang satu berkata ke temannnya, “Aku yang sebelah kiri, kamu yang sebelah kanan”. Kuping saya sedikit gatal mendengarnya, habis tidak pernah seumur-umur menemukan adegan percakapan sesopan ini antara dua orang penjahat dalam sebuah film aksi.
Hanya dua kekurangan itulah yang menurut saya sedikit mengganggu saat menonton The Raid. Selebihnya film ini sangat layak ditonton dan diapresiasi. Baru kali ini saya menonton film aksi yang keren, tapi tidak terasa seperti menonton film Indonesia. It is brutally cool! Apalagi Iko dan Yayan Ruhian (pemeran Mad Dog yang by the way mirip Ki Joko Bodo ) menampilkan bak bik buk dan gerakan silat yang apik. Bikin saya makin salut dengan keseriusan penggarapan film ini.
Ray Sahetapy berperan sebagai Tama, bos narkoba yang kejam. (sumber: Boleh Cinema at boleh.com)
Meskipun banyak cewek kesengsem sama kerennya aksi Iko Uwais dan Donny Alamsyah di film ini, favorit saya adalah Ray Sahetapy karena dia berhasil memerankan karakter penjahat dengan sangat baik. Terbukti dari banyaknya makian dan geraman gemas penonton yang saya dengar saat Ray muncul di layar. Adegan favorit saya adalah saat Ray menggoda seorang mangsa sebelum menghabisinya dengan hantaman palu, “Sampai di mana ya tadi?”. Ekspresi wajahnya benar-benar kalem sekaligus tampak sangat buas.
Thumbs up for Ray! Thumbs up for Gareth Evans! Thumbs up for Indonesian high quality movies!
Ok, so I’ve been singing the praises of The Raid, sight unseen, since I first saw the trailer back in September and I’ve blogged about it a few times and even have it as one of my most anticipated films of the year. Finally, at long last, the Indonesian action film that wow’d audiences at last year’s Toronto International Film Festival and this year’s Sundance Film Festival makes it’s way to Oahu for it’s theatrical run here in Hawaii. The film opens tomorrow at Consolidated Kahala 8 and Consolidated Ward 16 and here are five good reasons why you should go out and see this movie . . .
1.It’s Not a Remake/Reboot/Sequel/Or in 3D
If you’ve been to the movies at in, oh I don’t know the past three years or so, chances are you’ve been to a movie or two which just seems to be a rehash or retread of a movie you’ve seen before. Don’t get me wrong some of these movies can still be pretty good and I like a good franchise as much as the next guy, but where’s the originality these days? You don’t see Hollywood taking a lot of chances on things that are new and original. Well, The Raid brings something fresh and original to the table not having been a former TV show, book, comic book, or movie. And you won’t need special glasses to watch this movie either.
2.Say Hello to Pencak Silat
Director Gareth Evans was introduced the Indonesian martial arts of Pencak Silat while filming a documentary on the subject. Wanting to bring more attention to Pencak Silat, Evans features the fighting style prominently in his second film Merantau, and here again in his third film The Raid. An umbrella and unifying term for similar martial arts throughout Indonesia, according to Wikipedia “pencak and silat are seen as being two aspects of the same practice. Pencak is the performance aspects of the martial art, while silat is the essence of the fighting and self-defense.” Throw in the use of weaponry to Pencak Silat and it is a force to be reckoned with. Here’s to hoping that The Raid does for Pencak Silat what Ip Man did for Wing Chun.
3.It’s Got Awesome Fight Choreography
From gun battles to fights with knives, spears, machetes and more the amount of coordiation put into the fight sequences looks amazing. But don’t just take my word for it, check out the four-on-one battle in a scene from The Raid (above).
4.Diversify Your Viewing With a Foreign Film
I’m not going to stereotype any of you who may be reading this out there, but there are those that are daunted or just plain turned off by seeing foreign films. Yeah sure the subtitling I know is a part of it, but I also think that some people feel that they just won’t “get” foreign films. Now is the time to start changing that mentality. As I’ve mentioned previously, The Raid is an Indonesian film so you will have to do some reading along with your watching, but I guarantee that you will “get” this movie and have a fun time doing so. The film is about a SWAT team taking down a crime lord and his minions–nuff said. Also, you can brag about seeing a foreign film the next time you’re talking with friends around the water cooler.
5.It’s Going to be a Non-Stop Action Thrill Ride
Hyperbole? Maybe. From everything I’ve seen and from reviews that I’ve read, all signs point to The Raid delivering on the action showcased in the trailer. We even got a confirmation from HIFF programming director Anderson Le after he saw the film in January at Sundance. I’ve also heard that the action ramps up as the movie goes on.
Looking back on what originally excited me about this film, it definitely had to be the insane depiction of the action of the movie and the seemingly large amount of it. In a way I guess it gives off that vibe that you get from seeing 80s action movies like Die Hard, you know, when action in movies seemed more real, weren’t that effects heavy, and were taken more seriously. That’s what I hope to get from seeing The Raid this weekend, and I hope this post gets you excited for it as well.
The Raid :: Rated R :: Runtime – 1h 41m
Does this post convince you to go out and see The Raid? If you do check it out this weekend, but sure to leave us your thoughts in the comments and let us know if it lives up to and deserves the hype.
Post time 17-3-2012 03:29 PM
Author
) menampilkan bak bik buk dan gerakan silat yang apik. Bikin saya makin salut dengan keseriusan penggarapan film ini.
but the ACTION is AMAZINGGGGGGGGGGG 
