CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 3369|Reply: 1

FIKSI - Film Terbaik 2008

[Copy link]
Post time 13-12-2008 01:10 AM | Show all posts |Read mode
Fiksi adalah film bioskop terbaik pilihan para juri pada Festival Film Indonesia 2008 di Bandung - Jawa Barat mengalahkan film "Ayat-ayat Cinta", "May" dan "Under the Tree" yang semuanya merupakan film-film berkategori bagus  ...

Selain Film Terbaik, Fiksi juga meraih Sutradara Terbaik atas nama Mouly Surya, Skenario Terbaik dan Tata Suara Terbaik di FFI 2008 ini.

Sayang film ini kurang mendapat perhatian sewaktu tayang perdana Juni 2008 lalu karena nggak ada promosi yang memadai..  

Selamat datang untuk sang sineas muda yang penuh bakat Mouly Surya di jagad industri perfilman di Indonesia.

FIKSI



GENRE        : Drama Thriller
PEMAIN        : Ladya Cheryl, Donny Alamsyah, Kinaryosih, Inong, Soultan Saladin, Rina Hasyim, Egy Fedly, Jose Rizal Manua dan Aty Cancer
SUTRADARA        : Mouly Surya
PENULIS NASKAH        : Joko Anwar
PRODUSER        : Parama Wirasmo, Tia Hasibuan dan Sapto Soetarjo
RUMAH PRODUKSI        : Cinesurya Productions
DURASI        : 90 Menit
KLASIFIKASI PENONTON        : 13 Tahun Keatas (13+)
TANGGAL RILIS        : 19 Juni 2008

Cinta memang rumit. Semakin diingkari, makin besar pula kerinduan yang muncul. Rasa cinta justru berasa dahsyat di kehampaan perasaan kekasih. Seperti film Fiksi garapan sutradara Mouly Surya yang menyuguhkan sebuah kisah cinta yang tragis. Cinta hadir sebagai pemberontakan dari kemapanan materi dan kekangan rasa sepi. Penantian panjang akan rasa cinta melahirkan sebuah obsesi yang kalap, menggebu, dan mematikan.

Meski bukan film Indonesia bergenre thriller yang pertama, film ini menawarkan sudut pandang lain. Film Fiksi menyajikan ketegangan lewat kisah seorang perempuan psikopat. Obsesi sang perempuan terhadap cinta yang hangat membuatnya rela melakukan apa saja.

Sekilas, Alisha (Ladya Cheryl) tumbuh sebagai sosok gadis sempurna. Dia lahir dalam sebuah keluarga kaya raya yang bisa memenuhi semua
keinginannya. Namun, di balik kemewahan itu terkandung kehidupan keluarga yang porak-poranda. Ibunya bunuh diri tepat di hadapannya
lantaran kecewa dengan perselingkuhan sang suami. Bisa ditebak, Alisha adalah korban ketidakharmonisan keluarga. Kondisi itu berdampak bagi pertumbuhan psikologis. Dia akhirnya memilih menghabiskan waktu dengan bermain cello di kamar. Alunan nada cello menemani keseharian gadis berwajah pucat itu.

Di pihak lain, kehangatan relasi justru tergambar lewat hubungan Bari (Donny Alamsyah) dan Renta (Kinaryosih). Bari adalah seorang penulis
cerita pendek, sedangkan kekasihnya, Renta, merupakan mahasiswa jurusan psikologi. Mereka memilih hidup seatap atau kumpul kebo.

Mereka tinggal dalam sebuah rumah susun kumuh di kawasan Jakarta.

Kegaduhan lingkungan sekitar mereka menyiratkan sebuah hubungan yang dinamis. Hidup mereka jauh dari kemapanan, namun kaya akan suasana riang.

Kekontrasan kehidupan Alisha dengan pasangan Bari dan Renta adalah kunci bagi petualangan Alisha selanjutnya. Hasrat Alisha terhadap cinta yang hangat membuatnya rela melakukan apa saja. Hingga, obsesi cinta Alisha memuncak dan semakin tidak terkendali.

Bukan Picisan

Film ini bisa saja diintepretasi sebagai gambaran cinta buta belaka. Untungnya, kepiawaian Mouly dan penulis naskah Joko Anwar membuat pemaknaan film ini jauh dari kesan kisah cinta picisan. Dialog dan karakter para tokoh utama memancing pemahaman isi cerita
sesungguhnya. Kegilaan cinta bukan mewujud sebagai cinta buta, melainkan pencarian akan makna hidup.

"Fiksi bercerita tentang Alisha yang bagai hidup di dunia mimpi bertualang ke dunia nyata. Di sini, dunia Alisha atau dunia mimpi adalah refleksi dari gadis kaya raya yang tidak tahu lagi makna dan tujuan hidup," tandas Mouly. Refleksi yang diungkapkan Mouly ditampilkan lewat aksi Alisha kabur dari rumah. Pertemuan pertama dengan Bari membuat obsesi cintanya tidak lagi terbendung. Dia memutuskan tinggal bersebelahan dengan Bari dan Renta.

Mulai dari sini, pencarian cinta Alisha berkembang. Dia berkenalan dengan karakter orang-orang di rumah susun itu, termasuk para tokoh
dalam tulisan Bari. Ketegangan mulai terasa ketika Alisha menjadi aktor utama pembunuhan beruntun tokoh-tokoh cerita Bari.
Aksi pembunuhan ini sesungguhnya menggambarkan kekalutan kondisi Alisha. Namun, jangan harap muncul kepanikan setelah dia menuntaskan aksinya. Gadis kesepian ini hanya berekspresi datar saat melakukan pembunuhan.

"Sedikit banyak karakter Alisha terpetik dari karakter-karakter anime Jepang yang terlihat mungil tak berdaya, tapi misterius dan penuh
kejutan," jelas Mouly.

Mouly mengungkapkan, misi Alisha untuk mendapatkan kehangatan cinta mengubahnya menjadi seorang psikopat. Baginya, ujar Mouly, Bari adalah sosok yang mampu membuatnya masuk dalam pengalaman cinta yang hangat.

Dalam film ini, unsur ketegangan memang menyatu apik dalam tema cerita yang minimalis. Bisa dibilang, napas film ini adalah karakteristik kuat dari tiga tokoh utamanya. Tidak seperti film bertema cinta yang umum di pasaran, kali ini tema yang sama diangkat dari sudut pandang yang lebih ekstrem. Cinta lahir sebagai sebuah ironi yang bertolak belakang dari hakikat cinta itu sendiri. Cinta ditampilkan sebagai sesuatu yang
merusak dan liar.

Kisah para penghuni rumah susun juga merupakan nilai tambah film ini. Isu tentang penggusuran dan seks bebas dijadikan cantolan karakter
sejumlah pemeran pendukung. Paparan isu sosiol ini ditampilkan tanpa naif lewat dialog antara Alisha dan Bari.

Sebagai penulis skenario, Joko memang lihai mengaitkan isu-isu sosiol dalam penulisan naskahnya. Dalam dua naskah film sebelumnya, Arisan dan Janji Joni, dia juga memaparkan intrik komunitas masyarakat tertentu. Arisan bercerita tentang kehidupan perempuan kalangan atas, sedangkan Janji Joni mengangkat kisah pengantar rol film.

Menurut Joko, teknik penulisan naskah Fiksi sama dengan dua naskahnya terdahulu. Dia selalu mempertimbangkan rencana plot dan karakter tokoh. Sebuah naskah film yang baik, ungkapnya, harus memuat kedua hal itu.

"Kalau udah berbicara karakter susah, karena believe-nya orang harus bisa empati sama karakter itu. Setiap dia melakukan sesuatu tindakan, orang bisa paham kenapa dia melakukan tindakan itu, itu yang penting," ujar Joko.

Joko mengungkapkan, pembuatan sejumlah naskah film cenderung mempertimbangkan plot semata. Naskah demikian menyulitkan penonton untuk berempati kepada tokoh dalam film tersebut.

"Kalau kita menonton film-film yang lain, sering, kok gini sih. Itu artinya kita tidak bisa menampilkan karakternya. Tapi kalau nonton film ini semoga orang bisa paham kenapa dia berbuat seperti itu," katanya.

Film Fiksi memang menyajikan alternatif menyegarkan di antara film bertema cinta romantis belakangan ini. Film itu dikemas dalam sinematografi indah dengan memasukkan kesan klasik Eropa yang kuat.  Fiksi menampilkan pilihan warna tertier dan perabotan bercorak klasik sehingga menambah suasana suram film. Ketegangan yang diangkat tercipta dalam keheningan panjang seperti yang umum kita saksikan dalam
sejumlah film horor Jepang.

Jika anda bosan dengan film horor Indonesia yang tidak ada habisnya diputar di bioskop di Indonesiar, maka film bergenre thriller karya Mouly Surya ini bisa menjadi pilihan yang cukup fresh untuk ditonton.

[ Last edited by  jf_pratama at 13-12-2008 12:38 PM ]
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 13-12-2008 01:44 PM | Show all posts
FFI 2008: Kemenangan Anak Muda


Mouly Surya, yang menyutradarai film Fiksi, meraih penghargaan Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2008 di Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/12). Fiksi juga terpilih sebagai Film Terbaik, Skenario Terbaik, dan Tata Suara Terbaik


Kompas; Sabtu, 13 Desember 2008
Oleh DAHONO FITRIANTO

Kemenangan film Fiksi menyabet gelar Film Terbaik dan tiga penghargaan utama lainnya di ajang Festival Film Indonesia 2008 menjadi pembuktian kemampuan generasi terbaru industri perfilman nasional. Masa depan film Indonesia ada di tangan anak-anak muda ini.

Dalam malam puncak penganugerahan Piala Citra yang digelar di halaman Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/12), film produksi PT Surya Indrantara yang merupakan debut sutradara muda Mouly Surya di layar lebar ini juga meraih penghargaan terbanyak. Mouly terpilih sebagai Sutradara Terbaik, mengalahkan sutradara- sutradara yang lebih senior, seperti Garin Nugroho, Viva Westi, dan Upi Avianto.

Mouly juga menyabet gelar penulis Skenario Asli Terbaik (bersama Joko Anwar). Sementara penata musik Fiksi, Zeke Khaseli, terpilih sebagai Penata Musik Terbaik.

Film May, Radit dan Jani, dan Under The Tree sama-sama meraih dua Piala Citra. Di kategori film pendek, pemenangnya adalah Cheng Cheng Po karya sutradara BW Purbanegara, sementara film The Conductors arahan sutradara Andi Bachtiar Yusuf terpilih sebagai Film Dokumenter Terbaik FFI 2008.

Penghargaan untuk akting juga jatuh kepada para pendatang baru. Dua pemeran utama Radit dan Jani, yakni Vino G Bastian dan Fahrani, berbagi penghargaan Pemeran Utama Terbaik Pria dan Wanita. Sementara Aryani Kriegenburg Willems, yang bermain apik dalam Under The Tree, menang sebagai Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, mendampingi Yoga Pratama yang meraih Pemeran Pendukung Pria Terbaik melalui aktingnya dalam 3 Doa 3 Cinta.

Nama-nama generasi muda yang mendominasi nomine dan pemenang FFI tahun ini seolah menunjukkan tekad festival film tersebut untuk mengubah citra. Banyak kalangan juga memuji nominasi tahun ini yang berisi film-film berkualitas. 擸ang terpenting bagi kami, film itu harus indah, signifikan pada zamannya, mencerminkan situasinya, relevan, dan menyentuh,
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

3-1-2025 09:35 AM GMT+8 , Processed in 0.588462 second(s), 14 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list