|
aku tak bacala artikel tu, tapi gambar dia tu kan, bukan atas batu2 tu sampah ke?? ke aku yang salah tafsiran? |
|
|
|
|
|
|
|
adei.....tak bape paham ngan bahase indon nih....huhu |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by ultrakasino at 29-7-2011 21:53
Mata Air Lima Rasa
Keberadaan lima mata air dengan empat rasa di perbukitan Banjar Bangle, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, wilayah timur Bali, diminati wisatawan asing.
Turis dari sejumlah negara, seperti dilaporkan Senin (12/7/2010) biasa membaur dengan umat Hindu yang sedang melakukan ritual keagamaan di kawasan mata air yang lokasinya berderet berundak, dari bagian bawah lereng bukit tersebut.
Menurut I Nyoman Pande, yang menjadi kelian atau tetua banjar (dusun) tersebut, setiap harinya mencapai puluhan wisatawan asing yang berkunjung ke lokasi wisata bernuansa magis tersebut.
"Turis yang umumnya diantar pemandu wisata itu biasa membaur dengan umat Hindu yang sedang memohon air suci untuk keperluan ritual keagamaan," katanya.
Nyoman Pande menjelaskan, dari lima mata air yang ada di Banjar Bangle, yang pertama menyembur dari lapisan tanah masam, yang airnya terasa seperti buah asam dan membuat mulut keset.
Mata air kedua berada di atasnya berjarak sekitar 500 meter, airnya diawali rasa sedikit asam kemudian menjadi pahit. Ketiga berada di atasnya lagi, airnya terasa manis.
Mata air keempat memiliki dua rasa, yakni tawar dan asam. "Untuk mata air kelima, rasanya asam seperti mata air pertama," ucapnya.
Kelima mata air itu, lanjut Pande, ditemukan oleh warga setempat pada tahun 1980-an.
Konon, kelima mata air itu memiliki hubungan erat dengan Pura Lempuyang yang berada di ujung timur Pulau Dewata.
"Kami tak mengetahui betul sejarah hubungan mata air yang menampilkan aneka rasa itu dengan Pura Lempuyang," kata Pande.
Yang pasti, lokasi mata air itu terletak di perbukitan Gunung Lempuyang. Untuk mencapai lokasi mata air pertama, wisatawan asing ataupun umat Hindu yang memohon air suci, mesti berjalan kaki sejauh sekitar tiga kilometer dari jalan utama.
Sedangkan untuk mencapai mata air berikutnya, pengunjung harus mendaki bukit dengan kondisi medan licin. "Letaknya di perbukitan, sehingga hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki," jelasnya.
Menurut keyakinan masyarakat setempat, jelas Pande, keberadaan air dari lima mata air itu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti kencing manis dan kencing batu.
"Selain memohon air suci, warga dari seluruh pelosok di Bali sengaja berkunjung guna memohon kesembuhan," katanya.
Wisatawan yang datang, senang bermain-main air di lokasi tersebut, kemudian juga membasuh muka.
Keberadaan kelima mata air tersebut disucikan oleh umat HIndu setempat. "Kalau ada warga ataupun umat yang sedang cuntaka (kotor, menstruasi) tidak diperkenankan mengunjungi mata air tersebut," katanya.
Untuk menjaga kesucian, kata Pande, setiap tahun tepatnya pada Hari Raya Purnama yang ketiga berdasarkan hitungan kalender Bali.
"Air dari kelima mata air tersebut oleh warga banjar setempat juga dimanfaatkan untuk upacara Melasti (pembersihan istana dewa)," katanya.
Meh aku terjemah ke dalam Bahasa Melayu
Kewujudan mata air di lima tempat seperti pergunungan Banjar Bangle, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, regency Karangasem, dan wilayah timur Bali, di minati oleh pelancong asing. Pelancong dari pelbagai negara seperti dilaporkan pada hari Isnin (27/07/2010) boleh bercampur dengan masyarakat Hindu yang sedang melakukan upacara agama di kawasan mata air di mana tempatnya diteres dari bawah lereng bukit tersebut. Menurut 1 Nyoman Pande, merangkap ketua di situ mengatakan setiap hari pelancong yang datang di tempat itu boleh mencecah puluhan orang untuk melihat sendiri ritual magik di kawasan itu. "elancong yang biasanya dihantar oleh pemandu pelancong biasanya bercampur dengan masyarakat Hindu yang sedang mendapatkan air suci untuk digunakan dalam upacara keagamaan" katanya.
Nyoman Pande menjelaskan, dari lima mata air yang ada di Banjar Bangle, di mana mata air yang pertama mengalir dari lapisan tanah yang masam, airnya terasa seperti buah asam (masam) dan menyebabkan mulut keset (tak tahu maksud). Mata air yang kedua, jaraknya sekitar 500 meter rasanya masam kemudian bertukar kepada rasa pahit apabila di minum manakala mata air ketiga pula dan terletak di atas puncak airnya rasa manis. Mata air yang keempat pula memiliki dua jenis rasa iaitu rasa tawar dan rasa manis. "manakala mata air kelima pula mempunya rasa masam sepertimana mata air yang pertama" katanya. Kelima-lima mata air itu telah dijumpai oleh masyarakat setempat pada tahun 1980-an lanjut Pande. Kononya, kelima-lima mata air ini mempunyai kaitan dengan Pura Lempuyang yang berada di hujung Pulau Dewata. (jangan pula tanya ak ttg Pura Lempuyang.....ak tak tau)
"Kami sebenarnya tidak pasti kaitan mata air yang mempunyai bermacam-macam rasa ini dengan Pura Lempuyang" kata Pande. Yang pastinya, lokasi mata air itu terletak di pergunungan Gunung Lempuyang, untuk sampai ke tempat mata air pertama, pelancong asing atau masyarakat Hindu yang ingin mendapatkan air suci hendaklah berjalan kaki sekitar 3 KM dari jalan utama.
Dan untuk mendapatkan mata air berikutnya, pengunjung harus mendaki bukit dengan keadaan tempat yang licin. "ianya terletak di pergunungan/perbukitan, hanya boleh ditempuh dengan berjalan kaki sahaja," jelasnya.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jelas Pande, kewujudan air dari lima mata air itu dapat menyembuhkan pelbagai jenis penyakit seperti kencing manis dan kencing batu. "selain mendapatkan air suci, masyarakat dari seluruh pelosok di Bali sengaja mengunjungi untuk memohon kesihatan", katanya. Pelancong yang datang, boleh bermain-main dengan air di tempat itu juga boleh untuk membasuh muka. Kewujudan kelima-lima mata air tersebut disucikan/dikeramatkan oleh umat Hindu setempat. "jika ada pelancong atau umat (merujuk kepada umat Hindu) yang kotor (maksudnya kotor dari segi batin - cth datang haid, dll) tidak dibenarkan mengunjungi mata air tersebut", katanya. Untuk menjaga kesucian air ini, Pande menjelaskan bahawa setiap tahun bertepatan dengan bulan purnama pada hari ketiga mengikut perkiraan kalendar Bali, "Air dari kelima-lima mata air ini digunakan untuk membersihkan Istana dewa atau dikenali sebagai upacara Melasti oleh warga Banjar setempat.
selamat membaca artikel dalam versi Bahasa Melayu |
|
|
|
|
|
|
| |
|