Post time 31-7-2020 02:45 AMFrom the mobile phone|Show all posts
Al-Hin apa semua tu tak wujud sama sekali, hanya rekaan semata2. Sblm Nabi Adam as diciptakan dan turun ke bumi, penghuni bumi ialah Jin. Then Allah gantikan para Jin ni once bila Nabi Adam turun ke bumi bersama isterinya, Siti Hawa.
PERANG NUKLEAR TELAH BERLAKU BEBERAPA RIBU TAHUN DAHULU
Kitab Mahabaharata dan Kitab Ramayana ada menceritakan berlaku peperangan besar pada zaman purba yang turut membabitkan senjata nuklear dan peluru berpandu.
Dua epik India kuno, Mahabaharata dan Ramayana yang dipercayai ditulis kira-kira 3,500 tahun lalu, menceritakan tercetusnya satu kejadian besar pada zaman purba yang benar-benar membuatkan pembaca khususnya penyelidik terpaku kebingungan.
Meneliti baris demi baris dalam cerita panjang yang ditulis pada dua epik berbahasa Sanskrit itu membuatkan penyelidik tertanya-tanya akan kebenarannya dan sehingga kini peristiwa yang terkandung dalam setiap ayat yang tertera pada epik itu masih kekal misteri.
Benarkah perang nuklear sudah tercetus pada zaman India kuno, ribuan tahun lalu?
Persoalan itu mendorong kalangan penyelidik untuk mencari logik di sebalik cerita yang ditulis menerusi epik berkenaan.
Malah, tatkala meneliti ayat yang menyatakan peperangan itu turut membabitkan pesawat canggih dan digambarkan seperti jet pejuang dan piring terbang pada masa kini, penyelidik semakin terpinga-pinga kehairanan. Epik terbabit ditulis kira-kira 3,500 tahun lalu atau pada 1,500 Sebelum Masihi (SM) tetapi peristiwa peperangan yang tercatat di dalamnya dikatakan berlaku lebih lama iaitu 5,000 tahun lalu.
Mengikut logik akal, keadaan di bumi ketika itu masih terlalu kuno serta jauh daripada perkembangan sains dan teknologi. Pesawat dan jet pejuang yang mampu menembak misil masih belum dicipta ketika itu, apatah lagi teknologi bom nuklear. Sekiranya berlaku peperangan ketika itu, ia seharusnya membabitkan senjata tradisional seperti pedang, tombak dan panah saja.
Paling dahsyat pun peperangan itu, ia akan kelihatan seperti filem ‘300’ yang mengisahkan peperangan pahlawan Sparta menentang Parsi tetapi era Sparta wujud sekitar 500 SM sedangkan peperangan India Kuno itu dikatakan berlaku lebih lama iaitu lebih 3,500 SM.
Begitulah gambarannya mengikut logik akal tetapi penulis epik terbabit menggambarkan seolah-olah peperangan India kuno yang berlaku itu membabitkan senjata nuklear malah serangan turut membabitkan pesawat yang mampu menembak peluru berpandu.
Lebih membingungkan penyelidik, penulis terbabit menggambarkan keadaan itu bagaikan dia melihat sendiri kewujudan kapal terbang terbabit serta mengalami sendiri betapa dahsyatnya kesan letupan bom paling bahaya itu.
Epik Mahabaharata dan Ramayana mengisahkan konflik yang tercetus di antara dua sepupu iaitu Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepi Sungai Gangga. Perjalanan epik itu juga turut menceritakan dua peperangan hebat yang berlaku di antara kerajaan Alengka dan Astina, ketika itu.
Perang kali pertama (1) dicatatkan seperti berikut (terjemahan) : “Bahawa Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Vimana (kenderaan udara mirip pesawat) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa (mungkin tembakan atau peluru berpandu) yang dapat menimbulkan sekali gus melepaskan nyala api yang kuat ke atas wilayah musuh. Seperti hujan lebat yang kencang, mengepung musuh dengan kekuatannya yang sangat dahsyat.”
“Dalam sekelip mata, sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk di atas wilayah Pandawa; angkasa menjadi gelap gelita, semua kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang dahsyat mula bertiup disertai dengan debu pasir, burung bercicit panik, seolah-olah langit runtuh, bumi merekah.
“Matahari bergoyang di angkasa, panas membara mengerikan yang dilepaskan senjata ini membuat bumi bergoncang, gunung bergoyang, di kawasan darat yang luas, binatang mati terbakar dan berubah bentuk, air sungai kering kontang; ikan, udang dan lainnya semuanya mati.
“Saat Gendewa meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat askar musuh terbakar bagaikan batang pohon yang terbakar hangus.”
Gambaran pada perang kali kedua (2) pula lebih memeningkan penyelidik lebih-lebih lagi menerusi terjemahan berikut:
“Pasukan Alengka menaiki kenderaan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal (mungkin sejenis peluru berpandu) yang ditujukan ke kota pihak musuh. Rudal ini seperti mempunyai segenap kekuatan alam semesta, terangnya seperti terang puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa, sangat indah.”
“Mayat terbakar sehingga tidak mampu dibezakan. Bulu rambut dan kuku terbakar menggelupas, perkakas tanah liat retak, burung yang terbang terbakar oleh suhu tinggi. Demi untuk menghindari kematian, askar terjun ke sungai membersihkan diri dan senjatanya.”
Selesai membaca dan mengkaji epik berkenaan, penyelidik mula menjelajahi bumi India bagi mencari kepastian terhadap cerita yang tertulis itu. Mereka mula menyusuri sepanjang Sungai Gangga bagi mencari kemungkinan adanya tinggalan arkeologi peperangan itu.
Hasilnya amat memeranjatkan penyelidik.
Ekspedisi itu menemukan ahli arkeologi dengan banyak kesan runtuhan yang memiliki kesan hangus terbakar di hulu Sungai Gangga. Batu besar pada runtuhan itu terlekat menjadi satu, permukaannya pula menonjol, cengkung dan tidak rata.
Kajian saintifik mendapati proses untuk meleburkan batuan berkenaan memerlukan suhu tinggi melebihi 1,800 darjah Celsius. Dengan kata lain, bara api biasa tidak mampu mencapai suhu setinggi itu dan hanya ledakan nuklear saja mampu mencapai suhu demikian.
Di dalam hutan primitif di pedalaman India pula, penyelidik menemui lebih banyak runtuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh serta tinggalan yang ditemui menjadi seakan-akan kristal dan kaca.
Dalam kebingungan diselubungi enigma, penyelidik berpendapat yang mungkin pada lebih 5,000 tahun lalu sudah wujud suatu peradaban di India yang terlalu futuristik dan maju sehingga mampu membina pesawat perang dan senjata nuklear.
Akan tetapi atas sebab tertentu atau mungkin juga akibat perang nuklear terbabit, peradaban maju India kuno itu lenyap bersama teknologi dan rahsia sains yang dikuasai mereka, sehingga manusia mula menyangka yang dunia purba adalah mundur dan primitif.
Credit buat zulsegamat
Wallahu'alam..
Tidakkah mereka memerhati dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) Yang Tidak Kami Berikan Kepada Kamu, dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan lebatnya, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka mereka, dan Kami ciptakan sesudah mereka, umat yang lain. (QS An'nam 6)
This post contains more resources
You have to Login for download or view attachment(s). No Account? Register
📚 TERNYATA ADA LEBIH DARI SATU ADAM DAN NABI ADAM BUKANLAH MANUSIA PERTAMA
( Kajian Syawal No. 02 )
Oleh: Yeddi Aprian Syakh Al-Athas
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Saudaraku yang senantiasa dirahmati Allah Swt dan selalu dirindukan oleh Rasulullah saw, tahukah Anda bahwa ternyata Allah menciptakan lebih dari satu Adam dan bahkan Nabi Adam as bukanlah manusia yang pertama.
Nah kali ini izinkan saya untuk berbagi tulisan bertajuk “Ternyata Ada Lebih dari Satu Adam dan Nabi Adam as ternyata juga bukanlah manusia pertama yang Allah Ciptakan” yang saya yakin tulisan ini sudah tentu pada akhirnya akan mengundang banyak perdebatan.
Untuk itu, sebelum kita melanjutkan kajian kita, maka saya akan terlebih dulu memberikan beberapa catatan kecil sebelum kita memulai kajian ini...
1. Tulisan ini cukuplah panjang, maka bacalah dengan perlahan dan jika perlu disave terlebih dulu dan dibaca kemudian ketika sudah memiliki waktu luang.
2. Silahkan untuk percaya ataupun tidak percaya dengan isi tulisan ini, karena posisi saya hanyalah sebatas menyampaikan saja.
3. Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber baik sumber referensi ilmiah ataupun sumber referensi spiritual seperti diskusi lahiriah dan diskusi batiniah.
4. Beberapa dari isi tulisan ini masih berupa hipotesis yg membutuhkan kajian lebih lanjut dan masih perlu diperbaiki.
Jika Anda setuju dengan beberapa catatan kecil di atas mari kita lanjutkan, dan jika Anda tidak setuju maka disarankan untuk berhenti sampai disini...
Nah untuk yang setuju, mari kita mulai ...
Namun sebelum kita mulai, yuk sejenak kita kesampingkan dulu “ego” yg ada di dalam hati kita masing-masing, karena Imam Abu Hamid Al-Ghazali ra mengatakan bahwa hikmah tidak akan pernah dapat dipetik oleh seseorang yg masih memiliki “ego” di dalam hatinya.
“Barang siapa diberi hikmah maka ia telah diberi kebaikan yang banyak. Namun, elemen-elemen hikmah tersebut tidak akan ditemukan di dalam hati yang berisi syahwat (ego). Sebab tidak ada yang bisa mengambil pelajaran dari hikmah tersebut kecuali orang-orang yang menggunakan akalnya.” (Imam Abu Hamid Al-Ghazali)
Bismillah...
Iqra bismi rabbikalladzi khalaq...
Saudaraku, di dalam Kitab Suci Al-Quran,
Allah Swt berfirman sbb,
“Dan sungguh, Kami ciptakan kamu (Adam) kemudian Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Bersujudlah kamu kepada Adam’ maka (mereka) pun sujud kecuali Iblis. la (Iblis) tidak termasuk yang bersujud.”
(QS. Al-A’raf 7:11)
Nah kalimat “KAMI CIPTAKAN KAMU” ( خَلَقْنَاكُمْ ) pada ayat di atas merupakan kata isim “maskulin jamak” dan bukan kata isim mufrad (kata tunggal) yg dalam Al-Quran Terjemahan Versi Depag, kalimat ini kemudian diterjemahkan dengan tambahan kata “Adam” dalam kurung, dan penunjukan kata “Maskulin Jamak” dengan kalimat yg lain juga diulang pada kalimat berikutnya “KAMI BENTUK KAMU” ( صَوَّرْنَاكُمْ ) untuk menegaskan bahwa Adam yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah sosok tunggal melainkan sosok jamak yg bermakna “ada lebih dari satu Adam”. Inilah alasannya mengapa Al-Quran menggunakan diksi kata isim maskulin jamak untuk menyebut sosok Adam.
Selain itu, di dalam Kitab Suci Al-Quran, Allah Swt juga berfirman sbb,
“Dan (ingatlah) ketika berfirman Tuhanmu kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan KHALIFAH di bumi’. (Para malaikat) berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.” (QS. Al-Baqarah 2:30)
Nah kata “KHALIFAH” ( خَلِيفَةً ) dari kalimat “FIL ‘ARDHI KHALIFAH” ( فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ) merupakan kata benda “maskulin akusatif” yang berasal dari kata dasar “KHALAFA” ( خلف ) yang secara harfiah berarti “Pengganti” yang menegaskan tentang adanya subjek “yang diganti”. Sedangkan dalam bentuk kata benda “feminin akusatif”-nya adalah “KHILFAH” ( خلفه ) yang berarti “silih berganti” sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Furqan 25:62. Sehingga kata “KHALIFAH” ( خَلِيفَةً ) dalam QS. Al-Baqarah 2:30 yang merujuk kepada sosok Adam seakan menegaskan bahwa posisi Adam hanyalah sebagai “Pengganti” dari Adam-Adam dari periode zaman sebelumnya secara “silih berganti” dari periode zaman yang satu ke periode zaman berikutnya hingga sampai kepada periode zaman Nabi Adam as yang terakhir yang kita kenal saat ini.
Dan penjabaran makna kata “KHALIFAH” ( خَلِيفَةً ) dalam QS. Al-Baqarah 2:30 sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat kita temui penjelasannya dalam Kitab “Permulaan dijadikan Langit dan Bumi” yang ditulis oleh Al-Allamah Syaikh Nuruddin Ali ra sbb:
Ketika Nabi Musa as bermunajat kepada Tuhan Rabbul ‘Alamin di Bukit Thursina, maka pada saat itu Nabi Musa as bertanya kepada Allah swt dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
Allah Swt menjawab:
“Pertama-tama Aku jadikan adalah Nur Muhammad. Kemudian Aku jadikan Durratul Baidhoo’ dari Nur Muhammad. Dari Durratul Baidhoo’ Aku jadikan 70.000 planet di cakrawala. Maka satu planet itu luasnya tujuh puluh kali Bumi. Tiap-tiap planet itu dijadikan penghuninya 70.000 makhluk, bukan dari bangsa jin, dan bukan dari bangsa manusia, dan juga bukan dari bangsa malaikat. Kesemuanya dijadikan dengan kalimat “Kun Fayakun”. Mereka beribadat kepada-Ku sampai 70.000 tahun lamanya. Kemudian belakangan mereka durhaka kepada-Ku, lalu Aku binasakan mereka semuanya. Lalu kemudian setelah itu Aku jadikan lagi 80.000 buah planet yang besarnya cuma sepuluh kali dari bumi dunia. Semua berada di cakrawala yang bertingkat-tingkat. Di planet itu Aku ciptakan sebangsa unggas yang memakan tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian. Lama kelamaan unggas-unggas itu pun punah. Kemudian baru Aku jadikan 20.000 makhluk sebangsa manusia dari cahaya secara berangsur-angsur lalu punah. Kemudian setelah berselang 70.000 tahun sesudah itu, baru aku jadikan Qalam, Lauhil Mahfuzh, ‘Arsy dan kursi dan malaikat. Maka setelah kira-kira 70.000 tahun lagi barulah Aku jadikan surga dan neraka. Kemudian setelah itu baru Aku jadikan makhluk manusia yang namanya Adam, bukan bapakmu Adam yang sekarang ini, hai Musa. Aku jadikan dia dari awal Adam sampai keturunannya yang terakhir 10.000 tahun lamanya. Setelah itu Aku jadikan pula Adam yang lain dengan keturunannya terakhir dalam masa 10.000 tahun. Demikian seterusnya Aku jadikan tiap-tiap Adam dan keturunannya dalam masa 10.000 tahun, berganti-ganti, sampai mencapai 10.000 orang Adam. Maka Adam yang sekarang inilah yang kesepuluh ribu kalinya.”
👉 Dari penjelasan Kitab “Permulaan dijadikan Langit dan Bumi” yang ditulis oleh Al-Allamah Syaikh Nuruddin Ali ra di atas diperoleh informasi bahwa ternyata Allah swt menciptakan 10.000 Adam dimana pada setiap Adam hingga keturunannya yang terakhir berlangsung selama periode 10.000 tahun dan terus menerus berulang dari periode 10.000 tahun yang satu ke periode 10.000 tahun berikutnya hingga kepada periode 10.000 tahun Adam terakhir yang ke-10.000 yang kita kenal saat ini.
Sehingga jika kita hitung dari Adam periode 10.000 tahun yang pertama hingga sampai kepada Adam terakhir yg ke-10.000 maka akan didapat perhitungan sbb:
— Periode zaman setiap Adam = 10.000 tahun.
— Total Periode zaman Adam ke-1 sampai kepada Adam ke-10.000 = 10.000 Adam x 10.000 tahun = 100 Juta Tahun.
👉 Artinya jika Nabiyullah Adam as sebagai Adam yang ke-10.000 hidup pada 10 ribu tahun yang lalu, maka Adam yang ke-1 telah hidup sejak 100 juta tahun yang lalu.
Dengan asumsi Adam ke-1 telah hidup sejak 100 juta tahun yang lalu. Dan asumsi ini didukung dengan ditemukannya benda-benda arkeologi, peninggalan umat manusia yang telah berumur jutaan tahun sebagai berikut :
— Jembatan Penyebrangan (Rama Bridge), berdasarkan mitos dibuat oleh pasukan kera, ketika Sri Rama akan menyeberang ke Alengka. Jembatan ini setelah dites dengan kadar isotop ternyata sudah berumur 1,7 juta tahun.
— Penelitian oleh Richard Leicky, di tahun 1972, terhadap sedimen Pleistocene di daerah Old Govie Jourg (Kenya, Afrika), memperoleh kesimpulan telah ada peradaban umat manusia pada sekitar 1,7 juta tahun yang lalu.
— Penemuan arkeologis fosil manusia purba “Pithecantropus Mojokertensis” di Mojokerto, Jawa Timur yang diperkirakan berusia 1,9 juta tahun.
— Dan bahkan hasil penemuan arkeologis fosil manusia purba “Australopithecus Africanus” di Afrika Selatan diperkirakan berusia 2,5 - 3,5 juta tahun.
— Di temukannya jejak kaki, yang diduga jejak kaki manusia, yang telah berumur sekitar 3,6 juta tahun, di Laetoli, Tanzania.
👉 Artinya berdasarkan data arkeologis, diketahui bahwa sudah ada kehidupan manusia purba sejak 1,7 juta tahun - 3,6 juta tahun yang lalu, padahal dari penjelasan Kitab “Permulaan dijadikan Langit dan Bumi” yang ditulis oleh Al-Allamah Syaikh Nuruddin Ali ra diperoleh informasi bahwa ternyata Adam yang ke-1 telah hidup sejak 100 juta tahun yang lalu.
😱😱😱
Bahkan dalam Kitab “al-Futuhat al-Makkiyah” yg ditulis oleh Muhyiddin Ibnu Arabi ra disebutkan bahwa Sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan 100.000 Adam.
Dalam Kitab “al-Futuhat al-Makkiyah”, Jilid III, Bab 390, hal. 459, ref. Tafsir Kabir V, yg ditulis oleh Muhyiddin Ibnu Arabi ra disebutkan bahwa suatu hari beliau melihat diri beliau dalam mimpi sedang berthawaf di Ka’bah. Dalam mimpi itu beliau berjumpa dengan seseorang yang menyatakan dirinya sebagai nenek moyang beliau.
Ibnu Arabi bertanya,
"Berapa lama Anda meninggal?"
Orang itu menjawab,
"Lebih dari empat puluh ribu tahun”.
Ibnu Arabi bertanya,
"Tetapi masa itu jauh lebih lama dari masa yang memisahkan kita dari Adam, bahkan Adam sendiri tidak hidup selama itu."
Orang itu menjawab,
"Tentang Adam mana yang engkau maksudkan? Adam yang terdekat dengan dirimu kah atau Adam yang lainnya?"
Maka Ibnu Arabi ra kemudian teringat akan sebuah sabda Rasulullah saw yg berbunyi “Innallaaha khalaqa miata alafa Adam” (Sesungguhnya Allah telah menciptakan 100.000 Adam) sehingga akhirnya beliau membatin di dalm hatinya,
“Barangkali orang yang mengaku dirinya leluhurku ini seorang dari Adam-Adam terdahulu sebelum Adam yang terdekat denganku."
Apa yang disampaikan oleh Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Kitabnya “al-Futuhat al-Makkiyah” rupanya senada dengan apa yang disampaikan oleh Fatid Wajid dalam Kitabnya “Da’irah Ma’arif” dan Ibnu Babawayh dalam kitabnya “Al-Tawhid” yang menyebutkan riwayat dari Imam Ja'far Sadiq ra dalam satu hadits yang panjang, dimana dia berkata: "Allah telah menjadikan 100.000 Adam".
Dengan asumsi:
— Periode zaman setiap Adam = 10.000 tahun.
Maka:
— Total Periode zaman Adam ke-1 sampai kepada Adam ke-100.000 = 100.000 Adam x 10.000 tahun = 1 Milyar Tahun.
👉 Artinya jika Nabiyullah Adam as sebagai Adam yang ke-100.000 hidup pada 10 ribu tahun yang lalu, maka Adam yang ke-1 telah hidup sejak 1 Milyar tahun yang lalu.
Dengan asumsi Adam ke-1 telah hidup sejak 1 Milyar tahun yang lalu, maka tidaklah menjadi hal yang “aneh” ketika ditemukan adanya penemuan arkeologis tambang dan reaktor uranium tertua di daerah Oklo, Republik Gabon, Afrika yang diperkirakan berusia 2 Milyar Tahun dan telah beroperasi selama 500 ribu tahun.
👉 Artinya berdasarkan data penemuan arkeologis tambang dan reaktor uranium tertua di daerah Oklo, Republik Gabon, Afrika, diketahui bahwa sudah ada kehidupan manusia modern sejak 2 milyar tahun yang lalu, dan menurut perhitungan Ilmu Astronomi, Planet Bumi mulai terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu.
Dan perhitungan Umur Planet Bumi menurut Ilmu Astronomi ini memiliki keseuaian dengan perhitungan usia planet Bumi sesuai hitungan “Kalpa” dalam ajaran Agama Hindu.
Dalam ajaran agama Hindu, Satu “Kalpa” berarti: “Satu Hari bagi Dewa Brahma” dan “Satu Hari bagi Dewa Brahma sama dengan Seribu Yuga”.
“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian naik kepada-Nya dalam SATU HARI (YAWM) yang kadarnya adalah SERIBU TAHUN (SANAH) menurut perhitunganmu” (QS. As-Sajadah 32:5)
Menurut Kitab Veda:
— 1 Kalpa = 1 Hari Brahma.
— 1 Hari Brahma = 1.000 Yuga.
Menurut Kitab Suci Al-Quran:
— 1 Hari Tuhan = 1.000 Sanah.
Apakah “1.000 Sanah” dalam Kitab Al-Quran ukuran waktunya sama dengan “1.000 Yuga” dalam Kitab Veda?
Dalam Kitab Veda, ukuran “Satu Yuga” terdiri dari empat zaman yakni: Satya Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga.
Dan jangka waktu pada masing-masing zaman adalah:
Satya Yuga = 1.728.000 tahun.
Treta Yuga = 1.296.000 tahun.
Dwapara Yuga = 864.000 tahun.
Kali Yuga = 432.000 tahun.
Dan jika jangka waktu keempat zaman tersebut dijumlahkan maka hasilnya adalah:
1.728.000 tahun + 1.296.000 tahun + 864.000 tahun + 432.000 tahun = 4.320.000 tahun (4,32 Juta Tahun).
Sehingga:
1 Yuga = 4,32 Juta Tahun.
Sementara:
1 Kalpa = 1.000 Yuga.
1 Kalpa = 1.000 x 4.32 Juta Tahun = 4,32 Milyar Tahun.
Jadi:
1 Kalpa = 1 Hari Brahma = 1.000 Yuga = 4,32 Milyar Tahun.
Dengan asumsi 1 Hari Brahma = 1 Haru Tuhan, dan 1.000 Yuga = 1.000 Sanah, maka:
1 Hari Tuhan = 1.000 Sanah = 4,32 Milyar Tahun.
Menurut Kitab Suci Al-Quran:
— 1 Hari Tuhan = 1.000 Sanah = 4,32 Milyar Tahun.
“Dan sungguh Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam ENAM HARI, dan Kami tidak merasa letih sedikit pun”. (QS. Qaf 50:38)
Dan dalam Al-Kitab Perjanjian Lama (al-Ahd al-Qadim) Bab Genesis 1:26-28 disebutkan bahwa Tuhan menciptakan Adam pada hari keenam, sedangkan dalam Hadits yg diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda bahwa pada Hari Jumat (hari keenam) Nabi Adam as diciptakan (HR. Abu Daud No. 1048).
Artinya apa?
Artinya Planet Bumi baru layak ditinggali oleh manusia pada hari keenam menurut perhitungan Tuhan yang sama dengan hitungan 1 Kalpa = 1.000 Yuga / 1.000 Sanah = 4,32 Milyar Tahun.
Dan hal ini memiliki kecocokan dengan apa yang disampaikan oleh Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Kitabnya “al-Futuhat al-Makkiyah” dan Fatid Wajid dalam Kitabnya “Da’irah Ma’arif” dan Ibnu Babawayh dalam kitabnya “Al-Tawhid” bahwa Adam ke-1 dari 100.000 Adam telah diciptakan sejak 1 Milyar Tahun yang lalu.
Wallahu ‘alam Bish Shawab.
Mohon maaf atas kesalahan karena Kesalahan semata-mata datangnya hanya dari diri saya pribadi dan Kebenaran datangnya semata-mata hanya dari Allah Swt Yang Maha Benar dan memiliki kebenaran yang tunggal dan bersifat mutlak.
Salam takzimku untuk Saudara-Saudara Nusantaraku yang dipertemukan dan dipersatukan Allah dengan cara yang indah dan ajaib dalam komunitas Telegram Group “Panji Pandu Nuhsantara” dan komunitas Whatsapp Group “Panji Pandu Nuhsantara”.
Salam Rahayu,
Jaya Jayanti Nusantaraku
Yeddi Aprian Syakh Al-Athas
— Yedidiah —
NB:
Saya izinkan untuk membagikan tulisan ini dengan tetap menyebutkan sumber aslinya agar semakin banyak orang yang dapat mengambil manfaat dari tulisan ini dan menjadi amal jariyah ilmu yang pahalanya tdak ada habis-habisnya.
This post contains more resources
You have to Login for download or view attachment(s). No Account? Register