|
INDONESIA - defence and military issues (PART IV-R.P.9]
[Copy link]
|
|
Korina: Begitu Dekat Begitu Nyata
Sepanjang minggu kedua September 2011 ini hampir semua media di Indonesia menempatkan berita gembira tentang kabar belanja alutsista TNI. Ada sidang kabinet terbatas tanggal 7 September 2011 yang dihadiri Presiden, Wapres, Menko Polhukam, Menkeu, Menhan, Panglima TNI dan Kapolri khusus membahas dana alutsista dan progress pengadaannya sampai dengan tahun 2014.
Presiden yang tahu persis tentang seluk beluk pengadaan alutsista termasuk potensi korupsinya (karena dia seorang jendral purnawirawan TNI) memberi arahan secara lugas, rinci dan sistematis bahwa pengadaan alutsista TNI harus tepat waktu, tepat sasaran dan tepat anggaran.
Senada dengan itu Menteri Keuangan memperjelas kembali bahwa sampai dengan tahun 2014 telah disediakan anggaran Rp 100 Trilyun untuk pengadaan alutsista. Yang sedang disiasati saat ini adalah penambahan Rp 50 Trilyun lagi agar target anggaran yang telah disepakati antara Pemerintah dan DPR sebesar Rp. 150 Trilyun bisa tercapai.
Menteri Keuangan sangat berharap agar penyerapan belanja alutsista tepat waktu karena yang terjadi selama ini proses pengadaannya yang bertele-tele sehingga tahun anggaran terlewati begitu saja.
Kalau mau dirunut ini adalah puncak rangkaian gelar statemen yang dilakukan oleh para petinggi TNI dan Kemhan. Sebelumnya di Wates 1 September 2011 KSAU Marsekal Imam Sufaat mempertegas bahwa proses pengadaan alutsista TNI AU akan dipercepat sehingga tahun 2014 pengawal dirgantara ini sudah memiliki kekuatan alutsista yang kuat bersamaan dengan berakhirnyaa era SBY.
Kemudian KASAL Laksamana TNI Soeparno dalam sertijab Panglima Armada Timur tgl 06 September 2011 di Surabaya menyatakan alutsista TNI AL tahun 2014 akan sesuai dengan target MEF (Minimum Essential Force).
Harus diakui inilah proyek pengadaan alutsista terbesar setelah era Dwikora dimana dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014) dilakukan penambahan alutsista TNI secara besar-besaran. Kita tak perlu lagi membahas apa-apa yang dibeli dari luar negeri, dikerjasamakan atau diadakan sendiri oleh industri pertahanan dalam negeri.
Yang ingin kita kedepankan adalah pola kerjasama alih teknologi alutsista dengan Korea Selatan sebagai negara mitra kerjasama yang mendulang berkah karena tak pelit ilmu sehingga dia juga ketiban rezeki devisa dollar.
Korea Selatan memang sudah memiliki industri alutsista berskala dunia akreditasi A sejak 10 tahun terakhir ini yang semuanya diawali dengan pola kerjasama alih teknologi dengan negara-negara utama penghasil industri alutsista seperti AS, Jerman, Israel, Perancis. Walaupun terhitung baru dalam perjalanan industri alutsistanya dibanding “mbahnya” tadi, negeri ginseng ini tak pelit ilmu dan mau berbagi jurus dengan Indonesia, misalnya yang sudah terbukti kerjasama pembuatan 4 kapal perang jenis LPD (Landing Platform Dock) untuk TNI AL.
Saat ini berbagai jenis alusista buatan Korsel yang sudah bermukim di Indonesia selain LPD adalah pesawat latih KT-1 Wongbee, Rantis Barracuda untuk Brimob, Senapan mesin K3, Ranpur amphibi LVT-7, Radio Panggul VHF dan FM PRC 999KE/C, Submachinegun Daewoo K7, Truk angkut pasukan sekelas reo, Jip KIA dan upgrade KRI Cakra.
Yang sedang dinantikan kedatangannya adalah upgrade KRI Nanggala selesai akhir tahun ini, jet latih tempur T-50 golden eagle, panser canon Anoa Tarantula, tank IFV K-21. Yang sedang diriset kembangkan bersama adalah jet tempur generasi 4.5 KFX. Dari pola produksi bersama ini nantinya Indonesia akan mendapatkan 50 unit jet tempur dengan kemampuan tempur melebihi kualitas F16.
Dan, puncak dari semua kerjasama alutsista itu adalah dinantikannya proyek prestisius pembuatan 3 kapal selam dalam waktu dekat ini. Kunjungan Menhan Korsel ke Jakarta 8 September lalu menyiratkan upaya kuat negeri itu memenangkan pertarungan tender melawan Turki.
Nah kalau mau didolarkan nilai kerjasama proyek alutsista RI termasuk dengan pola berbagi ilmu tadi Korsel setidaknya akan mendulang US$ 3,8 milyar. Rinciannya US$ 2 milyar untuk proyek jet tempur KFX, US$ 1,2 milyar untuk proyek kapal selam, US$ 400 juta untuk proyek jet latih tempur T-50, sisanya proyek tank IFV K21, proyek panser anoa tarantula dan upgrade kapal selam KRI Nanggala.
Kedekatan hubungan Korina (Korea_Indonesia) tidak hanya belaku pada sektor alutsista. Barang-barang produk Korsel mulai dari otomotif sampai dengan gadget sudah begitu kita kenal dan pergunakan. Kedekatan lain yang mampu mengikat kedekatan emosional adalah hadirnya beragam jenis sinetron Korea di layar kaca TV kita.
Sinetron dari negeri ginseng ini saat ini begitu melekat dimata pemirsa. Hebohnya lagi ada satu stasiun TV nasional Indosiar yang menayangkan beragam jenis sinetron Korsel dari pagi sampai sore, mestinya namanya ditukar saja dari Indosiar menadi Indorea.
Tak ketinggalan jua kiblat model dan gaya group penyanyi kita ya prianya ya wanitanya mengikuti banget gaya artis Korsel. Ini adalah sebuah fenomena yang jarang terjadi, ada kerjasama militer yang begitu dekat, ada kerjasama ekonomi yang sudah akrab, ada pula ”kerjasama” kedekatan emosional dalam dunia hiburan. Siapa yang tak kenal dengan nama-nama artis Korea yang setiap hari berkunjung via media TV untuk kemudian pemirsa kita terbawa dalam dinamika emosi jalan cerita sinetron.
Suka tidak suka itulah yang terjadi saat ini. Budaya Korsel memang banyak persamaan dengan Indonesia, menghargai tata krama, tidak arogan, hubungan antar negara dan rakyatnya dibangun dalam konsep kesetaraan. Tenaga kerja Indonesia banyak yang bekerja di Korsel dengan perjanjian kerja yang menghargai konsep kemitraan.
Kedekatan hubungan dengan Korsel itu malah melebihi kedekatan hubungan kita dengan negara serumpun Malaysia. Jadi tak salah kalau kita menyebut kedekatan dan kemesraan hubungan Korina ini seperti motto iklan sebuah perusahaan telekomunikasi : begitu dekat, begitu nyata. Atau, walau jauh di mata namun dekat di hati.
*****
Jagvane / 11 Sep 2011
|
|
|
|
|
|
|
|
lagi males mo ngupdate , daripada ntar artikel-e dobel2.. |
|
|
|
|
|
|
|
TNI AU Dan RAAF Persiapkan Latihan di Australia
DARWIN, KOMPAS.com - Untuk meningkatkan profesionalisme penerbang, Angkatan Udara Indonesia (TNI AU) dan Australia (RAAF-Royal Australian Air Force) akan menggelar Latihan Bersama dengan sandi "Rajawali Ausindo 2011" di Darwin, Australia.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama (TNI) Azman Yunus mengatakan, Rabu (14/9/2011), saat ini rapat pembahasan masih berlangsung. "Rapat pembahasan diikuti tiga Perwira Menengah TNI AU yang dipimpin Paban III/ Latihan Staf Operasi AU (Sopsau) Kolonel (Pnb) Emir Panji Dermawan sedang dari RAAF sebanyak sepuluh perwura dipimpin Komandan Skadron Sam Wright," kata Azman.
Hasil pembahasan meliputi kegiatan latihan bersama dimana kedua Angkatan Udara akan menggunakan pesawat C-130 Hercules dan akan berlangsung pada 1-6 Desember 2011 di Darwin Air Force Base (Darwin AFB).
Bulan lalu, TNI AU dan RAAF mengadakan latihan bersama dengan mengerahkan pesawat tempur F-16 Falcon dan F-18 Hornet di Pangkalan Udara (Lanud) Ngurah Rai, Denpasar, Bali dengan Sandi Elang Ausindo. |
|
|
|
|
|
|
|
Armabar Tingkatkan KRI di Laut Natuna dan Selat Malaka
JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, menegaskan Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dituntut untuk mampu menghadirkan KRI di Laut Natuna dan Selat Malaka.
Pangarmabar dalam taklimat perwira di Markas Armabar, Jakarta, Rabu (14/9/2011) mengatakan, kehadiran KRI dalam patroli keamanan laut di Selat Malaka, Selat Singapura, Laut Natuna dan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I di Selat Sunda mutlak dibutu*kan.
"Pertajam fungsi intelijen dalam mengantisipasi perkembangan global, regional dan nasional agar tugas patroli berjalan efektif dan efisien. Pejabat intelijen harus memberikan data kerawanan daerah operasi kepada para komandan KRI," kata Panglima Armabar.
Satuan KRI Armabar diminta memanfaatkan gelar Integrated Maritime Surveilances System (IMSS) yang sudah tergelar di Pos-Pos Angkatan Laut Satuan Radar (Posal Satrad).
Para Komandan KRI juga diminta menyampaikan, menyiapkan satuan penanganan bencana alam gempa dan banjir serta SAR kecelakaan di laut, khususnya di wilayah barat Indonesia. |
|
|
|
|
|
|
|
(Flash Iron 11-02 JCET) Kopaska dan US Navy Seal Latihan Terjun Military Free Fall
Surabaya - Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan US Navy Seal latihan terjun Military Free Fall (MFF) bersama di Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Juanda, Selasa (13/9/2011).
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian latihan bersama (Latma) Flash Iron 11-02 JCET yang diikuti oleh personel Satkopaska Koarmatim dan Satkopaska Koarmabar serta satu tim US Navy Seals 17 yang bermarkas di Sandiego, Amerika Serikat.
Latihan penerjunan dilaksanakan dua tahap (Sorty). Penerjun Sorty pertama diikuti 11 orang personel Kopaska dengan ketinggian 6000 fit dan 7 personel Navy Seal dengan ketinggian 8000 fit.
Sedangkan para penerjun Sorty ke dua diikuti 12 Kopasaka dan 7 Navy Seal dengan ketinggian yang sama menggunakan parasut jenis UM-1B. Penerjun melaksanakan Boarding ke Pesawat Cassa 212 yang berada di Skuadron 600.
Tempat pendaratan (Drop Zone) para penerjun tersebut berada di lapangan Hanggar Helly di Lanudal Juanda.
Tim penerjun dari Kopaska yang mengikuti latihan Military Free Fall ini didampingi dua orang Jumping Master yaitu Sertu Nav Eko Siswoyo dan Sertu Sba Zainudin.
Sedangkan Tim Seal didampingi seorang Jumping Master Chief Warrant Officer (CWO) Kevin. Parasut jenis UM-1B yang digunakan pada latihan ini mampu mengangkut beban seberat kurang lebih 180 kg sehingga mampu menahan beban yang dibawa setiap personel berupa senjata dan logistik.
Sedangkan MFF biasanya dilaksanakan oleh pasukan khusus untuk menyusup ke daerah lawan (Infiltrasi) melalui udara dengan sasaran Obyek Fital, Laut dan kapal yang dikuasi oleh musuh pada saat siang maupun malam hari.
Kemampuan Military Free Fall wajib dikuasai oleh setiap personel Kopaska guna mendukung tugas melaksanakan oprasi peperangan laut khusus. |
|
|
|
|
|
|
|
F-5 Tiger TNI AU
audreyhepburn Post at 14-9-2011 18:13
itu F-16 bro.. trus yg altileri  photoshoped. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 912# superis
ho oh..itu punuk nya juga keliatan beda..sorry my bad..strip merah di ekornya benar2 bikin bingung. hoho |
|
|
|
|
|
|
|
Panglima TNI: Indonesia-Thailand Waspadai Laut China Selatan
BANGKOK, KOMPAS.com — Tentara Nasional Indonesia dan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand sepakat mewaspadai perkembangan politik di Laut China Selatan.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Bangkok, Kamis (15/9/2011), menjelaskan, Indonesia-Thailand sepakat meningkatkan kerja sama intelijen, operasi, dan latihan bersama.
Menghangatnya suasana keamanan di Laut China Selatan dengan tampilnya kekuatan China, serta kerusuhan di negara yang telah maju sekalipun, secara tidak langsung akan berdampak pada situasi keamanan di kawasan ASEAN.
"Sebagai dua negara anggota ASEAN yang memiliki perbatasan maritim perlu waspada dan senantiasa siaga dengan kemungkinan terkena imbas dampak buruk dari bergejolaknya situasi keamanan di beberapa wilayah tersebut," kata Agus seusai pertemuan Sidang ke-5 Indonesia Thailand High Level Committee (ITHLC) tahun 2011 di Bangkok, Thailand, 13-15 September 2011.
Panglima TNI menyatakan, Indonesia dan Thailand tidak mungkin terlepas dari fenomena perkembangan lingkungan global yang dinamis, perkembangan dinamika keamanan di berbagai negara, seperti yang terjadi di Tunisia, Mesir, Suriah dan Libia, ditambah situasi keamanan di Pakistan dan Afganistan, juga di Semenanjung Korea.
Indonesia dan Thailand memiliki sejumlah agenda latihan dan patroli bersama. |
|
|
|
|
|
|
|
Ketua DPR Tawarkan Kerjasama Ekspor Pakaian Militer dan Senjata Api Ke Irak
Ketua DPR RI, Marzuki Alie dalam pertemuannya dengan Duta Besar Irak, Ismeal Shafiq Muhsin menyatakan keinginannya untuk dapat mengekspor senjata api dan pakainan militer ke Irak. Hal tersebut disampaikannya di Ruang Pimpinan, Nusantara III, Kamis (15/9).
“Alangkah baiknya jika nanti Perdana Menteri Irak dapat mengunjungi Indonesia dan dapat langsung meninjau perusahaan senjata api dan pakaian militer di Bandung, tentunya kami akan sangat senang jika Indonesia dapat mengekspornya ke Irak,”jelas Marzuki.
Mengenai penawaran tersebut, Duta Besar Irak menyambut baik keinginan Marzuki, Dia berharap agar Indonesia dapat segera mengirimkan Undangan yang ditujukan kepada Perdana Menteri Irak agar dapat segera berkunjung ke Indonesia.
“Kami sangat senang dengan penawaran yang diajukan, dan kami menunggu undangan dari pihak Indonesia, agar Perdana Menteri kami dapat segera berkunjung ke Indonesia,”terangnya.
Dalam pertemuan itu Marzuki juga menanyakan mengenai kondisi keamanan Irak saat ini dan tentara Amerika yang masih menetap di Irak.
Menanggapi hal tersebut, Ismeal mengatakan, Kondisi Irak saat ini sudah membaik dan tentara Amerika yang berada di Irak, berdasarkan kesepakatan akan meninggalkan irak akhir tahun ini. “ Kondisi keamanan Negara kami sudah cukup membaik, salah satunya bisa ditandai dengan kemenangan salah satu tim sepak bola kami FC Arbil yang melawan Persipura dengan angka 2-1,”jawabnya. (ra) |
|
|
|
|
|
|
|
Menhan: Tidak Ada Lagi Kesepakatan Pertahanan RI - Singapura
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, menegaskan bahwa tidak ada lagi pembahasan kesepakatan kerja sama pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA) antara RI dengan Singapura yang ditandatangani kedua pemerintahan pada 2007.
Sesaat sebelum menerima kunjungan kehormatan Wakil Perdana Menteri (PM) Singapura, Theo Chee Hean, di Jakarta, Rabu, Punomo mengatakan kepada ANTARA News: "Tidak ada lagi pembahasan tentang itu."
Purnomo Yusgiantoro menuturkan, setiap kerja sama pertahanan yang dilakukan dengan sejumlah pihak harus ada kesepakatan pelaksanaannya (implementing arrangement).
"Ini kita belum menyepakati apa-apa. Jadi, tidak ada lagi kerja sama kesepakatan pertahanan itu," katanya.
Perundingan DCA (Defence Cooperation Agreement) antara Indonesia dan Singapura telah berlangsung sejak Juli 2005 selama tujuh kali putaran. Putaran terakhir dilaksanakan pada 5 - 6 Desember 2006 dengan menyepakati 13 pasal, dan empat pasal lainnya belum tercapai kesepakatan.
Pembahasan tersebut dilakukan paralel dengan pembicaraan mengenai ekstradisi antara dua negara dan selalu dikoordinasikan dengan pihak Departemen Luar Negeri, sehingga nantinya kerja sama pertahanan kedua negara dapat benar-benar mendukung kepentingan nasional Indonesia.
DCA akhirnya ditandatangani pada 27 April 2007 oleh Menhan kedua negara disaksikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong.
Dalam perjalanannya, kedua negara tidak dapat melaksanakan kesepakatan kerja sama itu secara mulus karena menuai kontroversi di masing-masing pihak, terutama menyangkut Implementing Arrangement (IA) Military Training Area (MTA) di Area Bravo yang berada di Kepulauan Natuna.
Kebuntuan terhadap beberapa pasal dalam DCA antara RI dan Singapura, antara lain berdampak pihak Singapura mengabaikannya dan tidak membahas lebih lanjut, terutama menyangkut ekstradisi.
Dalam pertemuan bilateral sekira 15 menit di Kantor Kementerian Pertahanan RI pada Rabu ini, wakil pemerintahan kedua negara itu juga tidak membahas tentang kemungkinan DCA dibahas kembali.
Para pihak hanya berbincang tentang perkembangan kerja sama yang telah dijalin kedua negara selama ini, khususnya dalam bidang pertahanan.
Bahkan, Chee Hean mengaku kagum dengan pembangunan kekuatan pertahanan Indonesia dalam industri pertahanan, baik yang dilakukan secara mandiri maupun yang bekerjasama dengan sejumlah negara, seperti Korea Selatan dan Serbia.
(T.R018/A011) |
|
|
|
|
|
|
|
Menhan Purnomo Yusgiantoro Dapat Medali Kehormatan Russia
JAKARTA, KOMPAS.com -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerima penghargaan dari pemerintah Rusia. Purnomo dinilai berjasa dalam membina hubungan pertahanan Indonesia-Russia.
Atase Pers Kedutaan Rusia Dmitry A Solodov, Rabu (14/9/2011), menjelaskan bahwa Menhan Purnomo dianugerahi medali karena memperkuat persaudaraan di bidang pertahanan. Penganugerahan akan dilakukan Selasa (20/9/2011) di Kedutaan Besar Rusia di Kuningan, Jakarta.
Indonesia sejak masa tahun 1990-an mulai kembali membeli persenjataan berupa panser angkut pasukan (Armoured Personel Carrier-APC) dari Rusia dan bekas Uni Soviet seperti BTR-50 dan berbagai variannya.
Hubungan semakin meningkat setelah Indonesia membeli pesawat tempur Sukhoi 27 dan Sukhoi 30 pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dan dilanjutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan pembelian pesawat tempur Sukhoi, Helikopter Mi-17 hingga peluru kendali Yakhont. |
|
|
|
|
|
|
| |
|