|
INDONESIA - defence and military issues (PART IV-R.P.9]
[Copy link]
|
|
Post Last Edit by eltoro at 25-9-2011 21:43
Perkenalkan saya wollstonecraft, rekan om FC16, sesama designer & engineer S.A.K.T.I. dari Elemental Defense
Seperti diterangkan sebelumnya oleh rekan saya, S.A.K.T.I. merupakan sebuah sistem angkut baru yang kami coba develop untuk keperluan tempur TNI. Saat fase desain, ada beberapa hal yang kami sesuaikan dengan kondisi & kebutu*an pihak pengguna, yang pada akhirnya mempengaruhi bentuk & rupa akhir dari sistem itu sendiri.
Fitur-fitur utama pada S.A.K.T.I. termasuk:
* 2 komponen utama, yakni R.B.S (Rompi Balistik S.A.K.T.I.) & R.A.S (Rompi Angkut S.A.K.T.I.) yang keduanya dapat digunakan secara terpisah maupun integral tergantung misi operasi yang dijalankan
* R.B.S. mampu mengangkut soft armor (mengikuti bentuk soft armor TNI saat ini jadi tinggal insert) dengan perlindungan hingga level IIIA & juga ceramic plate (depan/belakang) untuk perlindungan balistik level yang lebih tinggi lagi yakni IVA
* R.A.S. yang fungsi utamanya sebagai Load Bearing Vest, juga memiliki kompartemen dapat mengangkut ceramic plate (depan/belakang) bila diperlukan
* Keduanya mengadopsi S.U.L.A.M. (Sistem Urai Lilit Angkut Modular) yang dapat mengakomodasi posisi kantung-kantung taktis dengan berbagai skenario sesuai kebutu*an misi operasi/posisi dalam sebuah tim (riffleman, grenadier, gunner, medic dsbnya)
* Material menggunakan dasar Cordura 1000D untuk ketahanan & material pendukung (buckle, webbing, dll) semuanya sesuai mil-spec
* Untuk R.B.S tidak dilengkapi sistem quick release karena memang fiturnya sebagai body armor utama, sedangkan pada R.A.S, baik pemakaian/pelepasan dapat dilakukan dengan mudah dengan fitur 1 point waist buckle
* R.A.S, selain untuk direct action mission (serbu taktis cepat), juga dapat digunakan untuk mendukung prajurit lapangan dalam misi-misi non-tempur (kemanusiaan), yang sering dijalankan oleh TNI dalam hal penanggulangan bencana dllnya
* R.A.S juga memiliki fitur built-in magazine pouch, dengan kapasitas maksimum 10 x 5.56mm magasen, serta built-in radio/HT pouch
* Kedua rompi, mempunyai sizing universal yang dapat diatur pemakaiannya sesuai ukuran tubuh dengan adjustment straps & cummerbund
Kurang lebih itu dulu yang dapat saya sampaikan hingga saat ini, karena memang S.A.K.T.I. masih dalam tahap pengembangan & pengetesan lebih lanjut, mudah-mudahan kami dapat terus berimprovisasi mendukung modernisasi prajurit TNI kedepannya.
Kurang lebih itu dulu yang dapat saya sampaikan hingga saat ini, karena memang S.A.K.T.I. masih dalam tahap pengembangan & pengetesan lebih lanjut, mudah-mudahan kami dapat terus berimprovisasi mendukung modernisasi prajurit TNI kedepannya.
|
|
|
|
|
|
|
|
Dilema Pengadaan Jet Tempur F16
Khalayak ramai sejatinya sudah sangat berharap kedatangan jet tempur paling favorit di dunia saat ini, Fighting Falcon F16. Yang diharap tentu saja yang ramai dibicarakan yaitu hibah 30 F16 blok 25 second yang akan diupgrade menjadi blok 32. TNI AU sebagai user sudah pun mempersiapkan pangkalan baru bagi home base jet tempur ini sekalian mempersiapkan pilot-pilotnya untuk mengawaki elang petempur itu. Kalau barangnya jadi datang, ini merupakan paket pembelian terbesar dalam pengadaan jet tempur TNI AU selama 3 dekade.
Namun ketika semua tahapan dilalui mulai dari kesediaan Pemerintah AS menawarkan program hibah F16 kepada Indonesia dengan kunjungan Presiden Obama 9 Nop 2009, kemudian ada kunjungan Komisi I DPR ke AS untuk lihat barang yang akan dihibahkan itu, kemudian dilakukan lobby-lobby intensif diantara kedua negara dan juga parlemennya, lalu Kongres AS menyetujuinya medio Agustus 2011, tiba-tiba dalam dua kali rapat antara Pemerintah dan DPR Senin (19/09) dan Rabu (21/9), perbedaan pandangan diantara keduanya menajam.
Lalu berita mengejutkan datang hari Sabtu (24/9) Kemenhan dengan persetujuan Komisi I telah memutuskan membeli 6 jet tempur gress F16 blok 52 dengan anggaran US$ 430 juta. Terus untuk yang 30 F16 second bagaimana dong.
Kita melihat cerita perjalanan proses pengadaan jet tempur F16 second ini sebagai sebuah antiklimaks. Lihat saja proses awalnya, disiapkan anggaran untuk pembelian 6 jet tempur baru F16 blok 52 tahun 2010, lalu ada tawaran dari Pemerintah AS untuk menghibahkan 30 F16 blok 25 kepada Indonesia, hal yang sama dilakukan Pemerintah AS kepada Thailand dengan menghibahkan puluhah F16 secondnya untuk kemudian di upgrade.
TNI AU lebih memilih hibah 30 F16 dengan pertimbangan luas wilayah coverage udara RI yang harus diawasi dengan patroli udara. Lagi pula dengan upgrade ke blok 32, jet tempur F16 dinilai sangat layak mengawal teritori udara RI. Sekadar catatan 10 F16 yang dimiliki TNI AU saat in adalah dari blok 15 OCU yang kemampuannya jauh dibawah blok 32.
Ketidaksepahaman antara DPR dengan Kemenhan tentang hibah ini menurut pandangan kita adalah sebuah kemunduran dari sebuah langkah yang sudah diamini keduabelah pihak pada awalnya. Menjadi ironi ketika semua tahapan krusial seperti persetujuan Kongres AS sudah dilalui tetapi tiba-tiba berselisih sendiri oleh sebab-sebab teknis yang mestinya bisa didiskusikan dengan sikap jernih dan transparan. Kalau kalangan komisi I DPR beranggapan bahwa dengan 6 jet tempur anyar dari F16 blok 52 bisa memberikan efek gentar, tidak jua bisa disebut demikian.
Apa yang bisa dilakukan dengan 6 biji jet tempur itu untuk mengawal wilayah udara RI yang seluas Eropa itu, apalagi jika membandingkan dengan kekuatan 60 F16 blok 52 yang dimiliki Singapura. Jika sudut pandang itu yang dipakai maka mestinya dibeli saja sebanyak minimal 1 skuadron (16 unit) F16 blok 52.
Pilihan TNI AU pada opsi hibah 30 F16 second karena sejatinya TNI AU tahu diri dengan keterbatasan anggaran. Kalau minta duit sebesar US $ 1,4 Milyar untuk beli 16 jet tempur gress F16 blok 52 jelas berat diongkos, begitu pertimbangannya, maka untuk sementara cukuplah kuota anggarannya berkisar US$ 450 juta.
Ya karena TNI AU juga masih harus mendatangkan Super Tucano, Golden Eagle dan Sukhoi untuk melengkapi skuadronnya yang grounded karena ketuaan pesawat. TNI AU sebagai user sudah sangat familiar dengan F16 bahkan sudah memiliki simulator di pangkalan Iswahyudi. Kuantitas F16 diperlukan dalam jumlah banyak mengingat dinamika kondisi kawasan, konflik perbatasan, sehingga kehadiran armada F16 dalam jumlah yang memadai diperlukan untuk mengawal kewibawaan teritori udara kita.
Ongkos terbang F16 juga jauh lebih murah dibanding Sukhoi karena Sukhoi memang dipersiapkan untuk pertarungan berat dan panjang sesuai jarak jelajahnya dan kemampuan manuvernya. Nah dalam kondisi damai namun tetap waspada seperti sekarang ini yang perlu tampil dalam patroli udara sangat pantas dibebankan pada F16.
Dalam bingkai yang sama kita juga berharap pada Kemenhan dan TNI agar ketika sudah memilih opsi pengadaan 30 F16 second itu mestinya diperjelas tentang penggunaan anggaran yang sesungguhnya dan jadwal kedatangan bertahap F16 second itu. Soalnya beberapa statemen yang disampaikan ke publik berbeda satu sama lain, ada yang bilang sebelum April 2012 menjelang hari bhakti TNI AU minimal sudah datang 4 unit tapi ada juga yang katakan baru datang tahun 2014 sebanyak 4 unit sebagaimana yang dikritisi oleh anggota Komisi I DPR Fayakhun Andriadi.
Kalau beli second saja durasi kedatangannya baru tahun 2014 mending beli baru saja. Bukankah pilihan beli yang second itu juga berkaitan dengan waktu kedatangannya yang lebih cepat, begitu gambaran politisi muda Partai Golkar ini.
Dalam konteks ini kita ingin menggarisbawahi bahwa sesungguhnya mayoritas rakyat Indonesia sangat menginginkan perkuatan TNI di segala matra. Sudah saatnya kita mempunyai alutsista yang setara dengan yang dipunyai negara sekeliling kita. Ini tentu sebuah kado yang menggembirakan bagi Kemenhan dan TNI untuk mempergunakan uang rakyatnya bagi pengadaan alutsista yang modern.
Sudah ada kesamaan sikap antara DPR dan Pemerintah mengucurkan dana alutsista sebesar 100 trilyun rupiah dengan opsi tambahan 50 trilyun lagi untuk masa 2010-2014. Bukankah ini momentum yang membahagiakan karena selama ini kita miris dengan gelar alutsista TNI, jauh dari kesan gagah perkasa malah cenderung menjadi gagah gemulai karena kualitas arsenalnya jadi bahan tertawaan.
Oleh sebab itu kita berharap pengadaan 30 F16 second itu tidak berhenti begitu saja. TNI AU sebagai user tentu yang paling tahu dengan kondisi F16 second itu karena pengawal dirgantara ini sudah sangat paham dengan anatomi F16 segala blok. Kita meyakini bahwa pilihan F16 second itu dilakukan TNI AU sebagai jembatan ketersediaan armada jet menjelang kehadiran jet tempur KFX tahun 2020 karena F16 second ini masih dapat digunakan sampai 12 tahun ke depan. Meskipun begitu Kemenhan dan TNI diharapkan lebih membuka diri pada mitra legislatifnya DPR tentang kajian teknis, teknologi, pola bayar up grade, jangka waktu kedatangan, keterlibatan industri hankam dalam negeri PT DI.
DPR sebagai wakil rakyat negeri ini tentu membawa misi mempertangungjawabkan penggunaan anggaran yang besar itu. Argumen-argumen yang disampaikan oleh Komisi I DPR setidaknya membuka mata kita bahwa masih diperlukan ruang komunikasi untuk bisa mempersamakan persepsi. Kita hargai posisi argumentasi Komisi I DPR sembari ingin menyampaikan pesan: Sebagai rakyat kita sangat menginginkan 30 F16 second itu, syukur-syukur dapat dua sekaligus, 6 jet tempur gress F16 blok 52 beserta 30 F16 blok 32 upgrade. Siapa tahu kan ?
*******
Jagvane / 26 Sept 2011 |
|
|
|
|
|
|
|
Sekjen Kemhan: Jangan Sampai Gagal Beli Kapal Selam
Jakarta (ANTARA News) - Walau diakui sudah terlambat sampai tiga tahun, namun Kementerian Pertahanan sangat tidak ingin gagal membeli armada kapal selam untuk memperkuat jajaran kapal perang TNI-AL.
Kini, tahapan pengadaan kapal-kapal perang itu sudah di tingkat Tim Evaluasi Pengadaan.
"Pengadaan kapal selam sudah telat dua hingga tiga tahun," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Eris dalam Rapat Koordinasi Penentu Kebijakan, Pengguna dan Produsen Bidang Alutsista ke XIV dan Bidang Non-Alutsista, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin.
Dia katakan, selain sudah ke tingkat TEP, Kemhan juga sudah melakukan penjaringan ke produsen kapal selam untuk melakukan kerja sama.
"Sudah kita jaring ke beberapa produsen. Jangan sampai program ini lewat begitu saja," katanya.
Tak hanya mengenai pengadaan kapal selam, rapat itu juga membahas realisasi program kerja sama pengembangan rudal C-705 yang telah dipilih TNI-AL sebagai senjata strategis yang akan dipasang di kapal Kawal Cepat Rudal (KCR).
"Letter of Intent" (LOI) tentang program transfer teknologi rudal C-705 telah ditandatangani di Kementerian Pertahanan oleh Dirjen Pothan Kemhan dan Sastind China pada 22 Maret 2011.
Program akuisisi alutsista dari luar negeri perlu dibarengi dengan upaya pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri (offset). Program offset telah dituangkan dalam Rencana Pengadaan Alutsista TNI Program Pengadaan Luar Negeri tahun anggaran 2011-2014. (S037) |
|
|
|
|
|
|
|
Pilot RI Latihan Di Korsel
Jakarta, PelitaOnline—PELATIH pilot pesawat tempur Korea Selatan (Korsel) saat ini sedang melatih pilot Indonesia. Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan (Menhan) Korsel Kim Kwan Jin saat membahas Industri Pertahanan RI-Korsel di Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Jumat (9/9).
“Pelatih pesawat Korea sedang melatih pilot Indonesia,” kata Kim saat memberikan sambutan.
Menurut Kim, pilot Indonesia akan menjadi pilot terkenal, setidaknya di kawasan ASEAN. Selain itu, jelas Kim, Indonesia juga akan menjadi negara yang kuat dalam pertahanan jika dilihat dari sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).
Ia juga memuji Indonesia yang sangat strategis secara geografis.
"Berdasarkan SDA dan SDM, Indonesia siap menjadi kekuatan besar di kawasan ASEAN. Secara geografis, Indonesia berbatasan dengan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik,” jelasnya.
Dalam acara itu, selain pertemuan bilateral Menhan RI-Korsel, juga dilakukan penyerahan replika pesawat CN 235 dari Menhan RI kepada Menhan Korea Selatan. Sebaliknya, Menhan Korsel juga menyerahkan replika pesawat T-50 kepada Menhan RI. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 1004# rifa
Haiz...F16 Block 52 + mirip F16I itu adalah daripada RSAF - Singapura. Dan menteri pertahanan yang duduk di belakang menteri pertahanan indonesia adalah Teo Chee Hean, menteri pertahanan Singapura. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 1005# belacan79
Hahhahah Sori Bro.salah ambil gambar..di maklumi saja |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 1006# rifa
No prob. |
|
|
|
|
|
|
|
Melihat pengalaman masa lampau pemerintahan SBY - Budiono ... Saya tidak yakin pengadaan KS baru + F16 dapat terwujud pada tahun 2014 nanti ... apalagi slogan yang bernama ToT alusista ... |
|
|
|
|
|
|
|
Sekjen Kemhan: Jangan Sampai Gagal Beli Kapal Selam
rifa Post at 26-9-2011 18:58
when malaysia can hv such technology....like C-705
we nearly can hv FN-6 but KS-1A no our ATM choice.. sometime i thk... although china product may hv alot of problem and limitation but if v can get their technology we can save 50% of time to develop our own defence product. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 1009# gancity
saya rasa malaysia harus melakukan project itu...technology tidak di dapatkan dalam satu malam..tetapi melalui proses yang memakan waktu cukup lama..indonesia 2014 menerima 1000 Rocket R-han made in indonesia dengan daya jangkau 100km. |
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Akan Bangun Simulator Sukhoi
Sukhoi Su-30 flight simulator - Indian version (photo : Trishul)
Flanker simulator (photo : realpolitik1776)
29 September 2011, Bogor (ANTARA): Indonesia akan segera membangun simulator pesawat jet tempur Sukhoi untuk menempa keterampilan dan kemampuan para pilot pesawat tempur tersebut secara intensif, efektif dan efisien.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat kepada ANTARA usai peresmian simulator Super Puma NAS 332 di Bogor, Kamis mengatakan, "penjajakannya sudah lama dan akan mulai dimantapkan pada 2012,".
Ia menambahkan, pembangunan simulator itu akan diusahakan melibatkan PT Dirgantara Indonesia dengan beberapa perusahaan mancanegara.
"Perusahaan mancanegara kemungkinan bisa dari Rusia, China atau Kanada. Ini semua kita jajaki," kata Kasau.
Ia menegaskan, dengan adanya simulator tersebut maka keahlian dan kemampuan para pilot pesawat jet tempur Sukhoi TNI Angkatan Udara dapat terus diasah dan ditingkatkan dengan efektif dan efisien.
"Bayangkan jika kita berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya. Berapa biaya yang harus dikeluarkan...bisa ratusan juta rupiah. Di Rusia pun pesawat Sukhoi tidak dipakai setiap hari," tutur Kasau.
Ia menambahkan, pembangunan simulator Sukhoi akan ditempatkan di Skuadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hassanuddin, Makassar.
"Ini untuk memudahkan para penerbang menjangkau simulator. Tidak seperti para penerbang Hawk yang berada di Pontianak yang harus ke Pekanbaru karena simulatornya di sana. Itu tidak efektif dan efisien. Jadi kita upayakan simulator dibangun tidak jauh dari pangkalan pesawat atau heli dimaksud," ujar Imam.
Indonesia selama ini mengirimkan penerbang Sukhoinya ke Rusia selaku produsen dan pengguna, atau China yang telah memiliki pabrik dan simulator Sukhoi.
Indonesia telah memiliki Sukhoi sejak 2003 dan kini telah memiliki 10 unit pesawat Sukhoi dengan berbagai jenis. Kini Indonesia tengah menjajaki pembelian enam unit lagi pesawat sejenis untuk memperkuat skuadron tempurnya.
Sumber: ANTARA News |
|
|
|
|
|
|
|
TNI AU Resmi Miliki Simulator Heli Super Puma
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR-- TNI Angkatan Udara resmi memiliki simulator helikopter Super Puma NAS 332 untuk mendukung keterampilan dan kemampuan para penerbang helikopter matra udara.
Peresmian dilakukan di Wing 4 Pangkalan Udara Atang Sendjaya oleh Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Bogor, Kamis.
Pembangunan simulator helikopter Super Puma itu dilakukan oleh empat pihak yakni PT Dirgantara Indonesia (perakitan, desain, instrumen avionik), DSL, Inggris (pengerjaan sistem komputer avionik, visual sistem), Belanda ("motion system") dan Amerika Serikat (radar).
Imam mengatakan, setelah lima tahun pembangunan simulator tersebut sangat bermanfaat untuk membina kemampuan dan keterampilan para penerbang helikopter. "Sangat efektif dan efisien termasuk untuk mengantisipasi situasi 'emergency'," katanya.
Ia mengatakan, penerbang yang sudah lama tidak terbang juga bisa menggunakan simulator untuk menempa kembali kemampuannya. Begitu juga, katanya, untuk penerbang baru, bisa menabung jam terbang sebelum menggunakan pesawat atau helikopter yang sesungguhnya.
"Simulator NAS-332 Super Puma ini merupakan yang pertama dimiliki TNI AU," kata Imam. Ia mengatakan, keberadaan Simulator NAS-332 Super Puma merupakan salah satu terobosan strategis dalam meningkatkan keahlian personel TNI AU khususnya helikopter.
Usai meresmikan simulator, Kasau didampingi Danlanud Marsekal Pertama TNI Tabri Santoso, pilot Danwing 4 Kolonel Pnb Eding menjajal simulator tersebut selama 20 menit. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by rifa at 29-9-2011 18:55
KFX hits IOC in 2020, sooner than expected. Incremental upgrade to full stealth.
KFX roadmap was unveiled by the government.
KFX enters full developmental status in 2013 and the first prototype will be flying in 2018, IOC by 2020. This is a much more aggressive schedule than expected.
The decision was made to go for the eventual full stealth, so it will look like a stealth fighter externally from the onset but won't be declared a stealth fighter in initial batch because there are other issues to resolve to achieve full stealth like emissions control and LPI mode, with the full stealth status declared in the later batch. They probably decided to take this incremental approach because they desperately need new fighters to replace F-4/F-5s ASAP and can't wait for full stealth from the beginning.
The government officials already visited Lockheed Martin for technical assistance negotiation and will be negotiating with Boeing soon, and outcome of $9 billion FX-3 contest depends on who is the "most helpful". This puts Boeing and the Silent Eagle at a major advantage over F-35, because Boeing was historically more willing to help out than Lockheed Martin was. |
|
|
|
|
|
|
|
Komisi I DPR Akan Kunjungi Korsel Dan Spanyol Untuk Bahas Kapal Selam Dan Intelijen
Jakarta - Komisi I DPR berencana melawat ke Spanyol dan Korea Selatan. Komisi I DPR dibagi menjadi dua rombongan dalam kunjungan tersebut.
"Rencana Kunjungan ke Spanyol sedang dibicarakan lagi. Dalam rangka terkait RUU Intelijen juga terkait pengawasan KBRI," ujar Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddik.
Hal ini disampaikan Mahfudz kepada detikcom, Kamis (29/9/2011).
Selain ke Spanyol, rombongan Komisi I DPR juga melawat ke Korea Selatan. Rombongan kedua ini berencana melihat sejumlah industri militer di Korea.
"Ke Korsel agendanya mengunjungi industri militer, Kemhan kan sudah berencana memesan kapal selam," terang Wasekjen PKS ini.
Rombongan pertama rencananya akan berangkat pada Jumat (30/9) pekan ini. Sedangkan Rombongan kedua rencananya akan berangkat pekan depan. |
|
|
|
|
|
|
|
KSAD Terima Dubes Rusia
H. E. Mr. A. Ivanov, Duta Besar Rusia Untuk Indonesia, didampingi Atase Pertahanan Colonel Vladimir Afanasenkov, melakukan kunjungan kehormatan yang diterima Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, di Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jl. Veteran No. 5 Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2011). Kunjungan tersebut dalam rangka meningkatkan hubungan antara kedua pemerintahan, khususnya di bidang industri pertahanan, yang dihadiri oleh para pejabat teras TNI Angkatan Darat. |
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Akan Punya Satu Lagi Pabrik Pesawat
VIVAnews - Meski Indonesia sudah memiliki PT Dirgantara Indonesia yang merupakan perusahaan pembuat pesawat di tanah air, ternyata pemerintah masih berambisi membangun pabrik serupa di Jawa Timur.
Hal itu diketahui dari permintaan Menteri Perhubungan Freddy Numberi kepada pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk segera menyiapkan lahan 1.000 hektar yang akan diperuntukan bagi pembangunan pabrik pesawat terbang.
"Sebelumnya saya katakan, kenapa tidak dibangun di Bandung?" ujar Gubernur Jawa Timur Soekarwo dalam diskusi Forum Rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Jatim di kampus ITS, Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 29 September 2011.
Soekarwo mengaku telah berbicara dengan sejumlah kepala daerah perihal rencana pembangunan pabrik pesawat tersebut. "Mereka umumnya siap merealisasikan rencana itu," katanya.
Pemilihan Jatim sebagai lokasi pembangunan pabrik pesawat, ujar Soekarwo, dikarenakan provinsi ini dianggap memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil. Bahkan tingkat pertumbuhan ekonomi Surabaya cenderung meningkat melebihi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur berharap jika proyek pembangunan pabrik pesawat tersebut itu terwujud, pelayanan transportasi udara di tanah air akan mengalami peningkatan.
Lebih jauh, Soekarwo berharap keberadaan pabrik pesawat itu akan membantu percepatan pertumbuhan perekonomian di Kawasan Timur Indonesia (KTI) (Laporan : Tudji Martudji | Surabaya) (adi) |
|
|
|
|
|
|
|
PT DI Akan Produksi Pesawat Amfibi
BANDUNG, (PR).-
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) akan memproduksi pesawat amfibi melalui kerja sama under license dengan perusahaan pesawat Jerman Dornier Seawings.
"Saat ini, PT DI sedang mempersiapkan produksi dan customer support untuk mendukung layanan purnajual. Dan, pesawat amfibi tersebut akan mulai dipasarkan tahun 2012," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisyahbana di Bandung kemarin.
Menurutnya, pesawat amfibi memiliki potensi ekonomis dan cocok dengan kondisi Indonesia yang 62% konsentrasi dan perekonomian masyarakatnya ada di wilayah pesisir laut, danau, dan sungai. Selain itu, 70% wilayah nasional merupakan perairan.
"Jadi, apa pun kendaraan yang bisa memiliki kemampuan water base transportation pasti akan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar," ujarnya.
Market penggunaan pesawat amfibi sangat besar. Menurutnya, bupati yang biasanya sulit mencapai pelosok dan membutu*kan waktu hingga 2-3 hari menjangkau daerahnya dengan pesawat itu nantinya mereka hanya membutu*kan waktu kurang dari sejam.
Andi menuturkan pesawat amfibi itu mampu mendarat di darat dan di air sehingga bisa jadi solusi bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Menurutnya, bila membuat landasan pesawat dan airport kan membutu*kan biaya sangat mahal dan lahan yang luas.
"Pesawat amfibi tersebut membutu*kan amphibiport untuk tempat menurunkan penumpang dengan luas lahan hanya sebesar pesawat itu sendiri. Rasio perbandingannya dengan pembuatan airport biasa adalah sekitar 1 : 8," tuturnya.
Pesawat amfibi dirancang dengan menggunakan composite material atau sejenis fiberglass khusus (tahan karat dan air laut). Pesawat diperuntukkan empat belas penumpang dan dilengkapi dua mesin dan dapat melewati ombak tinggi (stage 3 operation) dengan jarak take-off dan landing relatif pendek yaitu take- off 770 meter, sedangkan landing memerlukan 385 meter. (A-190)** |
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Akan Punya Satu Lagi Pabrik Pesawat
VIVAnews - Meski Indonesia sudah memiliki PT Dirgantara Indonesia yang merupakan perusahaan pembuat pesawat di tanah air, ternyata pemerintah masih berambisi membangun pabrik serupa di Jawa Timur.
Hal itu diketahui dari permintaan Menteri Perhubungan Freddy Numberi kepada pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk segera menyiapkan lahan 1.000 hektar yang akan diperuntukan bagi pembangunan pabrik pesawat terbang.
"Sebelumnya saya katakan, kenapa tidak dibangun di Bandung?" ujar Gubernur Jawa Timur Soekarwo dalam diskusi Forum Rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Jatim di kampus ITS, Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 29 September 2011.
Soekarwo mengaku telah berbicara dengan sejumlah kepala daerah perihal rencana pembangunan pabrik pesawat tersebut. "Mereka umumnya siap merealisasikan rencana itu," katanya.
Pemilihan Jatim sebagai lokasi pembangunan pabrik pesawat, ujar Soekarwo, dikarenakan provinsi ini dianggap memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil. Bahkan tingkat pertumbuhan ekonomi Surabaya cenderung meningkat melebihi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur berharap jika proyek pembangunan pabrik pesawat tersebut itu terwujud, pelayanan transportasi udara di tanah air akan mengalami peningkatan.
Lebih jauh, Soekarwo berharap keberadaan pabrik pesawat itu akan membantu percepatan pertumbuhan perekonomian di Kawasan Timur Indonesia (KTI) (Laporan : Tudji Martudji | Surabaya) (adi) |
|
|
|
|
|
|
| |
|