CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: Pangtujuh

Kenduri Arwah, tahlil & Amalan Kematian

[Copy link]
Post time 25-12-2007 06:41 PM | Show all posts
Originally posted by kupia at 25-12-2007 05:59 PM


Ulang sekali lagi apa yang Antique dah tulis, malas nak ulang-ulang, mohon pastikan kata-kata Imam As-Syafie yang jelas ertinya supaya tidak ditafsirkan dengan tujuan untuk mengubah maksudnya ...


In xmo nafikan apa yang telah antik pastekan... namun, maukah kamu nafikan ayat ini....??


[quote]
Tafsirnya: 揇an orang-orang (Islam) yang datangkemudian daripada mereka (berdoa dengan) berkata: 揥ahai Tuhan kami!Ampunkanlah dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang mendahuluikami dalam iman, dan janganlah dalam hati kami perasaan hasad dengkidan dendam terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kamisesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 25-12-2007 06:41 PM | Show all posts
[quote]Originally posted by zerozone at 25-12-2007 06:30 PM
حدثنا ‏ ‏أبو بكر بن أبي شيبة ‏ ‏وم
Reply

Use magic Report

Post time 25-12-2007 06:56 PM | Show all posts
In,

Saya tidak berani dan tidak pernah menafikan ayat2 Allah, Surah Al_hasri 10 yang In bawak tu adalah "doa", doa orang2 Islam yang masih hidup memohoh Allah mengampunkan dosa orang2 Islam yang telah meninggal terdahulu.  Soal doa tidak termasuk apa kita pertikaikan dalm thread ini.  

Kita bincang soal zikir-zikir dan ayat-ayat quran yang dibaca dalam majlis tahlil, boleh atau tidak pahala bacaannya di sedekah/hadiahkan pada orang yang telah meninggal.  

Atau pun In maksudkan ayat tu bukan doa?
Reply

Use magic Report

Post time 25-12-2007 06:59 PM | Show all posts

Reply #129 zerozone's post

Pendapat Imam Syafie dan Imam Nawawi telah di nukil di atas, sekiranya tidak benar sila bantah dengan fakta dan bukti.
Reply

Use magic Report

Post time 25-12-2007 07:07 PM | Show all posts
Originally posted by kupia at 25-12-2007 06:41 PM


Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:

Dari Abdullah bin Abu Mulaikah, ia berkata: Aku sedang duduk di samping Ibnu Umar. Kami sedang menunggu jenazah Ummu Aban binti Usman. Bersamanya juga ada Amr ...


Hadis menceritakan Aishah tidak pernah mendengar hadis disampaikan oleh nabi kepadaIbnu Umar... lalu memberi tahu kata-kata rasulullah yang pernah didengarnya... so apa masalahnya..????

1.nabi pesan pada ibnu umar meratap mayat itu menyeksakan si mati.
2.nabi pesan pada aishah orang kafir itu ditambah siksanya oleh Allah sebab tangis keluarganya(matinya orang kafir memang terseksa dan apabila keluarga si kafir itu meratapi kematiannya akan bertambah terseksa mayatnya).

beza disini seksa mayat orang kafir akan bertambah jika si warisnya meratapi kematiannya.... itu sahaja...

nak tanye pada encik kopiah... hukum meratapi si mati tu sunat ke, wajib ke, haram ke, makruh ke atau harus????



[ Last edited by  anak_pejuang at 25-12-2007 08:07 PM ]
Reply

Use magic Report

Post time 25-12-2007 08:22 PM | Show all posts
Originally posted by indah1285 at 25-12-2007 06:41 PM

In xmo nafikan apa yang telah antik pastekan... namun, maukah kamu nafikan ayat ini....??
dan baca elok2 apa yang In pastekan..... semboronokah....?

ketentuannya, ada hadis n nas  ...

dan baca elok2 apa yang In pastekan..... semboronokah....?

ketentuannya, ada hadis n nas yang membolehkan berdoa buat si mati...dan satu lagi sebagai sandaran saja... bagaimana imam syafiemenjelaskan ayat ''la taqrabu zina....'' sebagai batal wudu' jikabsentuhan kulit lelaki/pompuan,,

bandingkan ayat yg In pastekan dgn ayat yg disandarkan imam syafie...mana yg lebih nyata dan jelas.... (DEMI ALLAH TIADALAH NIAT UNTUKMEMPERKECILKAN KEAGUNGAN ILMUAN IMAM SYAFIE R.A . namun imam pernahbkata jika kamu menemui kebenaran, maka tinggalkan pendapatku.....

wallahua'lam


Sorry In, saya pun salah baca apa yang In tulis.  Apa yang In tulis tu tidak dibantah, cuma In mungkin keliru sebenarnya kita tidak berbincang pasal "doa".  Doa memang dituntut lebih-lebih lagi doa anak yang soleh.  Hadis 3 perkara itu ada dalam tulisan anitque.

In kena bagi pendapat tentang "pahala bacaan Quran" yang dibaca oleh saudara mara yang masih hidup dengan tujuan untuk disampaikan sebagai hadiah/sedekah kepada ahli yang sudah meninggal SAMPAI atau TIDAK SAMPAI pada simati.
Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 25-12-2007 08:30 PM | Show all posts
Originally posted by anak_pejuang at 25-12-2007 07:07 PM

Hadis menceritakan Aishah tidak pernah mendengar hadis disampaikan oleh nabi kepada Ibnu Umar... lalu memberi tahu kata-kata rasulullah yang pernah didengarnya... so apa masalahnya..????

1.nabi pesan pada ibnu umar meratap mayat itu menyeksakan si mati.
2.nabi pesan pada aishah orangkafir itu ditambah siksanya oleh Allah sebab tangis keluarganya(matinyaorang kafir memang terseksa dan apabila keluarga si kafir itu meratapikematiannya akan bertambah terseksa mayatnya).

beza disini seksa mayat orang kafir akan bertambah jika si warisnya meratapi kematiannya.... itu sahaja...
nak tanye pada encik kopiah... hukum meratapi si mati tu sunat ke, wajib ke, haram ke, makruh ke atau harus????

Hadis riwayat   Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya mayit akan disiksa karena tangis ratapan (penyesalan) keluarganya


Besar masalahnya, cuba baca betul-betul apa kata Aisyah r.a.,  

Tidakkah engkau tahu (atau tidakkah engkaumendengar) Ayyub berkata: Belum tahukah engkau atau Belum mendengarkahengkau bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya mayit itu akandisiksa karena tangis ratapan keluarganya. Adapun Abdullah iamenjadikannya umum, adapun Umar ia berkata: Pada keadaan tertentu. Makaaku (Abdullah bin Abdullah bin Abu Mulaikah) berdiri dan menemui Aisyahdan bercerita kepadanya apa yang dikatakan oleh Ibnu Umar Aisyahberkata: Tidak, demi Allah! Rasulullah saw. sama sekali tidak bersabda:Sesungguhnya mayit akan disiksa sebab tangis seseorang.   Tetapi beliaubersabda: Sesungguhnya orang kafir itu ditambahsiksanya oleh Allah sebab tangis keluarganya Sungguh, Allah adalah Zatyang membuat tertawa dan membuat menangis. Dan seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.. (Shahih Muslim No.1543)


[ Last edited by  kupia at 25-12-2007 08:31 PM ]
Reply

Use magic Report

Post time 25-12-2007 08:50 PM | Show all posts
Originally posted by kupia at 25-12-2007 08:30 PM

Besar masalahnya, cuba baca betul-betul apa kata Aisyah r.a.,  

Tidakkah engkau tahu (atau tidakkah engkaumendengar) Ayyub berkata: Belum tahukah engkau atau Belum mendengarkahengkau b ...


ini bermakna riwayat hadis ibu omar tuh aishah tak pernah dengar.... lalu dia meriwayatkan sabda nabi kepada Abdullah bin Abdullah bin Abu Mulaikah... so apa masalahnya???

kedua-dua hadis berkenaan adalah sohih... sekang nih persoalanya, berdosakah orang meratapi mayat menyeksakan si arwah????

[ Last edited by  anak_pejuang at 26-12-2007 02:53 PM ]
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 26-12-2007 01:48 PM | Show all posts

Reply #133 kupia's post

Salah satu buktinya terdapatnya dua Qaul yang diriwayatkan dari Imam Syafie r.a berkenaan masalah ini , menurut Ibnu Hajar Haitami didalam Fatawal Kubro  muka surat 425 cetakan Darul Kutub:

揔a na mutaakhirun yarauna wusulal qira ah lil mayyit ala tafsilin muqarrarun fi mahallih
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 02:33 PM | Show all posts

Reply #138 zerozone's post

jadik kesimpulan nya sunat baca quran utk arwah ekk?? kalau khatam lagi bagus kan
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 03:18 PM | Show all posts
[quote]Originally posted by zerozone at 26-12-2007 01:48 PM
Sila lihat pula kepada kenyataan Imam Nawawi didalam RiadhusSolihin  muka surat , 415 bab dua lil mayyit ba抎a daf nihi wal qu抲dinda qabrihi saatan wal istighfar wal qira ah.قَالَ الشَّافِعِى رَحِمَهُ الله تعالى: وَيستحب أن يقرأ عنده شىء من القرأن وان ختموا القرأن كله كان حسنا.  
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 06:04 PM | Show all posts
erm klu aku org kaya,walaupun masa hidup dulu tak buat amal ibadat,
tapi bila mati aku suruh waris aku buat tahlil hari hari sedekah pahala kat aku,suruh orang ngaji quran kat masjid hari hari dan pahala dia sedekah kat aku,dan suruh orang zikir juga pahala dia sedekah kat aku.aku bayar la berapa bayaran yg diaorang nak.aku suruh zikir,tahlil hari hari.senangla aku dalm kubur,banyak dapat pahala.erm rupanya pahala ni boleh dibeli dengan wang ringgit.cuba kita fikir adil tak macam ni.
    dan bayangkan pula org miskin susah kat dunia ni.sama gak jenis tak
buat ibadat jugak macam sikaya tadi cuma tak leh beli pahala la,sebab tak buat kenduri tahlil,sedakah ngaji quran dan zikir tak buat,sebab takde duit nak bayar kat org.maknanya yg miskin ni akan kena teruk la
dalam kubur sebab tak dapat pahala sedekah.rasa cam tak adil plak
agama islam ni klu cam ni.
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 06:19 PM | Show all posts
[quote]Originally posted by zerozone at 26-12-2007 01:48 PM
Salah satu buktinya terdapatnya dua Qaul yang diriwayatkan dari Imam Syafie r.a berkenaan masalah ini , menurut Ibnu Hajar Haitami didalam Fatawal Kubro  muka surat 425 cetakan Darul Kutub:

揔a na mutaakhirun yarauna wusulal qira ah lil mayyit ala tafsilin muqarrarun fi mahallih
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 06:41 PM | Show all posts
Dipetik dari ceramah Y.A.B.Tuan Guru Hj. Nik Aziz, MB Kelantan.
=======================================

FATWA-FATWA MUFTI EMPAT MAZHAB TENTANG KENDURI ARWAH

Seterusnya dinyatakan pula fatwa-fatwa daripada mufti-mufti 4 mazhab di Mekah sebagaimana yang tersebutkan dalam Iknatut Talibin [ 2:145-146].

Syed Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Mekah dari mazhab Syafi抜 berkata ;擸a ! Apa yang diperbuat orang, iaitu berkumpul di [rumah] sisi ahli mayat dan membuat [menyediakan] makanan[untuk orang-orang yang berkumpul itu] adalah dari bid抋h munkarah yang diberi pahala [kepada] ketua negeri atas menegahnya.
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 06:42 PM | Show all posts
Dinukil dari "kitab kuning" ulamak-ulamak dalam mazhab Syafie yang disegani di Nusantara:-

Kenduri Arwah Dalam Kitab Kuning (pent.)

1. Bahrul Mazi ( Juzuk 7, m/s 130)

Telah berkata Sohibul Syamil dan lainnya adapun bermasak ahli mayat akan makanan dan dihimpunnya orang-orang memakannya maka kerja itu tiada dinaqal daripadanya sesuatu. Maka ialah bid抋h yang tiada elok , ini kalam sohibul Syamil. Dan mengambil dalil ia dengan hadis Jarir Bin Abdullah r.a katanya
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 07:06 PM | Show all posts
Originally posted by kupia at 26-12-2007 06:42 PM
Dinukil dari "kitab kuning" ulamak-ulamak dalam mazhab Syafie yang disegani di Nusantara:-

Kenduri Arwah Dalam Kitab Kuning (pent.)

1. Bahrul Mazi ( Juzuk 7, m/s 130)

Telah berkata Sohib ...


ikutlah cara masing2... ada ulamak pro dengan kenduri arwah nih... adanya tidak... masing2 ada hujjah masing2 yang kuat... klo nak pilih mana2 pendapat tak ada yang salah dan takde yang betul... inilah rahmat bila berbeza-beza pendapat... yang penting buat sesuatu perkara adalah kerana Allah...

[ Last edited by  anak_pejuang at 26-12-2007 07:12 PM ]
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 26-12-2007 08:01 PM | Show all posts
sumber: http://www.opensubscriber.com/message/tumpat@yahoogroups.com/5826413.html

HUJAH GOLONGAN YANG MEMPERTAHANKAN KENDURI ARWAH DAN JAWAPANNYA:  

  Sumber asal: perbahasan di al-ahkam.net  


  salaf-khalaf menulis 1:  

  --------------------------------------------------------------------------------  
  Kesimpulannya, siapa yg tidak mahu bertahlil, silakan. Yang mahu bertahlil, ana datangkan buat antum dalil-dalil keharusannya yg diistinbatkan dengan begitu mendalam oleh Tok Guru kita ni. Dia tidak semberonoh kata harus bertahlil, tapi dia juga meletakkan syarat keharusannya. Nak tahu detail, baca ye. Dia juga tidak mudah-mudah kata tahlil harus, tapi bersandarkan kepada ilmu mutolah hadis, usul fiqh, bahasa, qaul ulama muktabar, al-quran, perbuatan sahabat dan sebagainya.  

  Beliau juga ada mengomentarkan hadis Jabir yg digunapakai oleh Salafiah untuk mengatakan bahawa tahlil itu bid'ah sebab ada unsur Niyahah.  

  JAWAPAN SAYA 1:  

  Tentang siapa yang mahu bertahlil atau tidak sudah tentu mestilah didasari oleh ilmu. Apabila telah diyakini oleh orang tertentu sama ada hujahnya dan dalilnya sama ada menguatkan yang kata tak boleh atau memilih yang kata boleh maka masing2 berhak memilih yang kuat hujahnya. Tapi mestilah jelas hujahnya dan dalilnya dan jangan diikutkan hawa nafsu dalam memahami dalil tersebut. Akhirnya berlakulah jenayah ilmiah kerana menyembunyikan aspek-aspek tertentu dalam membahaskan satu-satu masalah untuk memberikan gambaran yang pendapatnya benar sahaja.  

   Tentang masalah larangan tahlilan di rumah mati yang menyediakan makanan bukanlah pendapat golongan salafiah atau digelar wahabi tapi ia memang terdapat dalam seluruh kitab2 muktabar mazhab yang 4 dan sangat jelas dan terang terutama sekali dalam pendapat-pendapat ulamak syafiiyyah dalam kitab2 muktabar dan rujukan utama dalam mazhab syafiiyyah sama ada kitab berbahasa arab atau kitab jawi.   

   Tentang pendapat yang membenarkan kenduri kematian/tahlilan hanyalah diriwayatkan dalam kitab tulisan Imam Sayuti (di kalangan ulamak syafiiyyah) sahaja iaitu contohnya dalam kitab Al Hawi lil Fatawa yang bukanlah dijadikan rujukan utama dalam mazhab syafie. Bahkan jarang sekali kitab-kitab ulamak dalam mazhab syafie yang merujuk kepada kitab ini. Ramai juga ustaz-ustaz yang tidak mengenali kitab ini apabila ia hanya cenderung dengan kitab-kitab yang biasa dipakai dalam mazhab syafie sahaja seperti Fathul Muin, Ianatut Talibin, Mughni al-Muhtaj, Majmuk syarah muhazzab, al-Umm, Muhazzab, al-Iqna',Tuhfah dan seumpamanya.  

   Hujah yang dipakai oleh Imam Sayuti pun tidak pernah dinukilkan dalam kitab2 lain sama ada menguatkan atau menolaknya kerana tidak ada diriwayatkan dalam kitab hadis yang 6 dan juga tidak ada dibentangkan dalam kitab-kitab fiqh yang muktabar sama ada mazhab syafie atau mazhab yang lain dalam semua mazhab.  

   Oleh itu kita mendapati kenapa sangat terang dan jelas dari kitab-kitab muktabar larangan dari sama ada mengharamkan atau memakruhkan yang sangat-sangat berbeza dengan apa yang dibentangkan oleh Imam Sayuti.  

   Oleh itu, sekali lagi ditegaskan isu ini bukanlah melibatkan pendapat golongan salafiah atau wahabi tapi ia adalah melibatkan persoalan pendapat majoriti ulamak dalam semua mazhab disamping pendapat yang berbeza oleh sebahagian yang sangat kecil iaitu Imam Sayuti dan ulamak-ulamak yang mengutip darinya sahaja yang berpendapat sebaliknya. Umdatul Qari dan selainnya yang berpendapat seumpama Imam Sayuti tetap juga tidak boleh lari hanya merujukkan pendapat mereka dari kitab Imam Sayuti dan tidak ada sandaran yang lain kerana tidak pernah ada pendapat atau hujah dari kitab lain mengenai persoalan ini.  

   Tambahan lagi yang dikatakan boleh oleh Imam Sayuti bukanlah upacara tahlilan atau kenduri kematian tapi sedekah yang diberikan kepada fakir miskin dan bukan kenduri ritual keagamaan yang berlaku dalam masyarakat kita sekarang ini.  

   salaf dan khalaf menulis 2:  

   Kesimpulannya, "Apa yg nabi tak buat, tak bererti haram" kerana Allah s.w.t sendiri berfirman: "Dan apa yg didatangkan kepada rasul itu ambillah dan apa dilarang olehnya maka jauhkanlah ia"...daripada ayat ni tidak disebutkan "Apa yg tidak dilakukan oleh nabi, maka tinggalkanlah". Justeru, kaedah nabi tak buat bererti haram adalah tertolak.  

  JAWAPAN SAYA 2:  

  Persoalan ini perlulah dibahaskan dan diperincikan perbahasannya. Apa yang nabi tak buat itu adakah melibatkan pakaian, makanan dan urusan hidup atau ia adalah melibatkan persoalan ibadah-ibadah khusus atau ritual agama yang menjadi perbahasan bid'ah atau dilarang?  

   Ibadah umum atau masalah kehidupan dunia memang tidak ditetapkan oleh syarak dan digalakkan ada pembaharuan yang memudahkan urusan kehidupan manusia. Sebaliknya pula dalam masalah ibadah khusus. Sebenarnya ibadah khusus atau ritual keagamaan terhenti dengan semata-mata apa yang sampai dari nabi dan walaupun khalifah rashidah tetap juga mereka tak boleh mencipta amalan ritual agama yang baru tapi mestilah berlandaskan sunnah yang telah ditetapkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Khalifah Rashidah sudah tentu menetapkan sesuatu perkara berdasarkan syura atau pengetahuan mereka tentang sunnah dan kalau tersalah/terseleweng dari sunnah sudah tentu sahabat-sahabat yang mengetahuinya akan menegurnya apabila keputusan itu diketahui umum. Kalau tiada teguran bermakna ia memenuhi ciri-ciri yang ditetapkan oleh sunnah dan dalil.  

   salaf dan khalaf menulis kembali 3:  

  Dalil diharuskan tahlil dalam mazhab as-Syafi'i:

[ Last edited by  anak_pejuang at 26-12-2007 08:03 PM ]
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 08:05 PM | Show all posts
JAWAPAN SAYA 3:  
  Penyelewengan pertama jelas disini iaitu mendasarkan mazhab syafie dengan satu pendapat yang terasing dari pendapat sebenar Imam Syafie dan juga aimmatul ulamak (ulamak besar) dalam mazhab syafie yang merupakan pendapat majoriti ulamak dalam mazhab syafie iaitu melarang mengadakan kenduri kematian semata-mata kerana ia upacara agama atau kenduri keagamaan  atau ritual keagamaan yang tanpa didasarkan dalil yang jelas. Tambahan lagilah ia bertentangan dengan prinsip syariah yang ingin memudahkan umat islam dan tidak ingin menyusahkan umat islam. Disitu juga hampirnya perbuatan itu ke arah yang haram seperti termakan harta anak yatim, termakan harta yang diragui kerana tiada pembahagian harta warisan lagi atau termakan harta yang tidak pusaka yang masih tidak menjelaskan hutangnya lagi sama ada dengan manusia atau dengan Allah.  

   salaf dan khalaf menulis kembali 4:  

  Risalah ini ditulis Tuan Guru Al Marhum Haji Wan Idris bin Al Marhum Haji Wan Ali  
  ( Baba Yeh ), pondok Tok Jong Patani, Thailand.  

  HUJAH PERTAMA - BOLEH BERDASARKAN NIAT  

  Soal: Apa hukum buat kenduri arwah di rumah si mati dan baca Qulhu wal Allah di rumah si mati dan berhimpun baca quran dan zikir.  

  Jawab:  

  Buat kenduri di rumah si mati itu, ada padanya tafsil. Jika buat tidak dengan sebab adat dan tidak dengan takkalluf ( menebing- nebing) walaupun tidak kuasa dan tidak dengan harta tarikah yang belum dibahagi istimewa pula jika ada setengah daripada warathah (pewaris) itu anak yatim. Bahkan buat dengan niat tara`hum ( menuntut rahmat) kepada si mati dengan ikhlas hati serta niat hadiah pahalanya kepada si mati itu, maka iaitu sunat. Diharapkan dapat pahalanya. Kerana hadis, :  

  (انما الأعمال بالنيات وانما لكل امرء مانوى)  

  “Ertinya, segala amal itu dengan niat”, dan dapat pahala bagi tiap-tiap seorang itu barang yang ia niat.”  

  Dan lagi kerana kaedah:  

  (اَلأمُورُ بمقاصدها )  

  Ertinya: Segala perkejaan itu dengan niat. Dan kerana hadis yang sahih yang diriwayat daripada Ibnu Abbas R.A.  

  ( ان الله كتب الحسنات والسيآت )  

  “Ertinya, bahawasanya Allah Taala menulis ia akan kebajikan dan kejahatan.” Kemudian mentafsirkan hadis ini oleh Nabi S.A.W sendiri dengan sabdaNya:  

  فمن هم بحسنة كتبه الله عنده حسنة كاملة فأن هم بها فعملها كتبها الله عنده عشر حسنات الى سبعمائة ضعف الى أضعاف كثيرة.  

  Ertinya: Barangsiapa cita- citanya dengan kebajikan maka tidak beramal ia akan dia, nescaya menulis Allah Taala akan dia disisinya satu kebajikan yang sempurna. Barangsiapa cita-cita ia dengan dia, maka beramal ia dengan dia, nescaya menulis Allah Taala sepuluh kebajikan hingga kepada 700 ganda hingga kepada beberapa ganda yang banyak”.  

  JAWAPAN HAFIZ FIRDAUS 1:  

  Tentang keikhlasan. Ia benar tetapi niat yang ikhlas tidak cukup kerana amalan itu sendiri perlu bertepatan (BUKAN SEKADAR SANGKAAN TAPI JELAS TEPATNYA) dengan al-Sunnah. Demikian juga sebaliknya, jika amalan bertepatan dengan sunnah tetapi tidak ikhlas, maka ia tidak diterima juga.
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 08:05 PM | Show all posts
JAWAPAN SAYA 4:  
  Oleh itu niat yang ikhlas mestilah didasari oleh amalan yang jelas sumbernya dari al-quran, sunnah, ijmak, qias serta beberapa kaedah fiqh yang diambil iktibar contohnya dalam meraikan maqasid syariat (tujuan syariat) dan usaha pencegahan terhadap perkara yang haram dan syubhat. Contohnya dalam masalah kenduri kematian ialah timbulnya kecelaruan adakah pasti kenduri itu dalam batas syarak yang dibenarkan atau direka-reka ketetapan yang tidak jelas. Asal dalam ibadah adalah haram selagi tiada kejelasan melalui nas yang qat'ie. Begitu juga haram dan syubhah timbul apabila melibatkan harta anak yatim atau harta yang belum dilangsaikan hutang atau membebankan keluarga si mati.  

  statement:  

  "Jika buat tidak dengan sebab adat dan tidak dengan takkalluf ( menebing- nebing) walaupun tidak kuasa dan tidak dengan harta tarikah yang belum dibahagi istimewa pula jika ada setengah daripada warathah (pewaris) itu anak yatim"  

   menunjukkan bahawasanya perkara itu telah jelas keharamannya. Yang timbul pula persoalannya adakah benar setiap orang boleh lepas dari perkara syubhat dan haram ini. Adakah benar duit yang dijadikan kenduri kematian itu dari wang yang terlepas dari masalah harta warisan yang tidak dibahagikan atau disana ada kewajipan yang lebih besar iaitu membesarkan anak yatim.  

   Oleh itu lebih tepat perbahasan dalam masalah ini ialah sadduzaraie iaitu usaha pencegahan awal sebelum terjebak kedalam tempat yang haram. Contohnya kalau satu upacara yang asalnya adalah harus tapi disana biasanya mungkin dihidangkan arak dan makanan yang haram serta ada muzik2 serta wanita2 penyanyi maka disitu timbullah persoalan syubhat atau keharaman menghadirkan diri dalam majlis tersebut contohnya haram menaiki kereta ke arahnya atau haram berjalan ke arahnya. Maka sudah tentu jalan selamat untuk mengelakkan dari terjebak memakan harta anak yatim atau memakan harta warisan yang tidak dibahagikan lagi dengan adil ialah dengan awal-awal lagi upacara ritual kenduri kematian ini dibatalkan sahaja dan adalah lebih selamat dan menyelamatkan seluruh ahli qaryah dan tok lebai dari soalan yang berbahaya tentang memakan harta orang susah, harta anak yatim atau harta warisan yang belum dibahagikan lagi.  

   Oleh itu ulamak-ulamak besar (aimmah al-ulamak) dalam semua mazhab mengambil jalan selamat dan jelas serta bertepatan dengan sunnah yang diucapkan oleh nabi iaitu memberi makan kepada keluarga si mati dan bukan orang lain memakan harta si mati walaupun dalam bentuk sedekah sebelum jelas harta tersebut setelah memakan masa yang menghilangkan dukacita keluarga si mati.  


   salaf dan khalaf menulis kembali 5:  

  Dan barang yang sabit di dalam Bukhari, daripada Abdullah bin Omar bin Al A’sh R.A, bahawasanya seorang laki- laki bertanya akan Nabi S.A.W:  
  (أى الاسلام خير قال تطعم الطعام )  

  Ertinya: Yang manakah pekerjaan Islam yang lebih baik?” Jawab Nabi S.A.W,“ Memberi makan kepada manusia.” Berkata Al-Allamah Ahmad Qastolani didalam syarahnya berkenaan dengan Hadis Bukhari ini,“Lafaz Ith-‘am itu melengkapi, makan dan minum dan jamuan dan sedekah dan lain lagi”. Maka tidak boleh, kita ta’yin-kan (specifickan) lafaz ith’-am itu dengan makna sedekah jua- (Qastolani juzu’1 m/s 95)  

  Dan lagi kerana hadis Thawwus:  
  ( ان الموت يفتنون فى قبورهم سبعا . فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام . )  

  Ertinya “ Berkata Thawwus, bahawasanya segala orang yang mati itu difitnah akan mereka itu didalam kubur, didalam masa 7 hari. Maka adalah mereka itu ( Para Sahabat) suka bahawa memberi makan mereka itu ganti daripada mereka itu pada demikian itu hari.”  

  Berkata Imam as-Sayuti, Katanya : كانوا يستحبون ( Kaanu Yastahibbu ) maknanya, “Adalah manusia pada ketika itu melakukan amalan sedemikian pada zaman Nabi S.A.W, dan nabi mengetahuinya dan baginda tidak engkar Nabi S.A.W ke atasnya”- (Al Hawi lil Fatawa juzu’2 m/s 377).  


  JAWAPAN HAFIZ FIRDAUS:  


  HUJAH KETIGA, atsar daripada Tawwus rahimahullah. Imam as-Sayuti mensahihkannya dalam al-Hawi al-Fatawi dan al-Dibagh. Ia dikeluarkan oleh Ahmad dalam Kitab al-Zuhud dan Abu Nu’iam al-Asfahani dalam Hilyah al-Auliya’ Saya sedikit musykil dengan pensahihan ini kerana dalam sanad tersebut, Sufyan mengambilnya daripada Tawwus.  

   Padahal setahu saya Sufyan tidak mendengar secara terus daripada Tawwus. Jadi sanadnya terputus (munqathi’).  

  Tak apa, kita boleh juga mengambil pensahihan al-Sayuthi. Dalam atsar tersebut, Tawwus menerangkan bahawa mayit ditimpa fitnah pada tujuh hari pertama selepas dikebumikan. Maka para sahabat mensedekahkan makanan pada 7 hari yang pertama itu agar pahala daripadanya dapat disampaikan kepada mayat, dengan harapan ia dapat menjauhkan mayat tersebut daripada fitnah.  

  Soalannya, sedekah makanan yang bagaimanakah dapat menjana pahala? Ia adalah sedekah makanan kepada orang miskin, anak yatim dan sebagainya. Orang yang bercukupan tidak masuk dalam kategori ini kerana sedekah kepada orang yang bercukupan telah disentuh oleh Rasulullah s.a.w. dalam hadis berikut: “Tidak halal sedekah bagi orang yang kaya, dan tidak bagi orang yang berkebolehan lagi normal (sihat dan kuat).” [Sahih Sunan Abu Daud - no: 1634]  

  Oleh itu jika kita hendak mengamalkan atsar dari Tawwus, hendaklah diberi makan kepada kaum miskin, anak yatim dan sebagainya.
Reply

Use magic Report

Post time 26-12-2007 08:06 PM | Show all posts
JAWAPAN SAYA 5:  

   Benar, sedekah makanan adalah besar pahalanya di sisi Allah. Tapi adakah kita boleh menetapkan cara-cara tertentu atau kenduri tertentu tanpa dalil. Kerana upacara agama atau ritual keagamaan seperti kenduri keagamaan tentunya memerlukan dalil yang khusus.  

   Kenduri kematian adakah perlu dibuat atau sunat atau harus semata-mata dengan ucapan Thawwus yang tidak sampai darjatnya  ke peringkat sahabat. Perkataan Thawwus bersendirian sudah tentu jauh untuk menjadi hujah dalam agama. Sedangkan perkataan sahabat atau amalan sahabat-sahabat di madinah sahajalah yang diterima oleh Imam Malik sebagai hujah agama dan tidak dalam mazhab-mazhab lainnya termasuk imam syafie.  

   Sedangkan kita sendiri mendengar ucapan sahabat yang lebih terang, sarih (jelas) dan sahih serta lebih kuat sanadnya melarang kita menyusahkan keluarga simati.  

  كُنَّا نَرَى الِاجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنْعَةَ الطَّعَامِ مِنْ النِّيَاحَةِ  
  (سنن ابن ماجة)  

   كُنَّا نَعُدُّ الِاجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنِيعَةَ الطَّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ مِنْ النِّيَاحَةِ  
  مسند أحمد  

  " Kami (sahabat) memandang berkumpul dirumah simati sbg perbuatan meratap".  

  Hadis ini digunakan dalam semua kitab2 fiqh muktabar dalam semua mazhab berbanding dengan kitab yang menukilkan semata-mata hadis Tawus dan meninggalkan hadis larangan hanyalah dalam Fatwa Li al-Hawi oleh Imam Sayuti sahaja. Kenapa?  

   Ulamak-ulamak hadis yang lain memandang bahawa Sufyan tidak berjumpa dengan Tawus dan ini jelas terputusnya sanad. Oleh itu Tuan Guru Al Marhum Haji Wan Idris bin Al Marhum Haji Wan Ali ( Baba Yeh ), pondok Tok Jong Patani, Thailand terpaksa bertungkus lumus mengutip ucapan Imam Sayuti untuk menyambungkan sanadnya yang diketahui terputus - "Sufiyan Athhawri berkata: sesungguhnya Saya menjumpai Thawwus , maka sesungguhnya kewafatan beliau awal tahun 110 h menurut salah satu pendapat"  


   salaf dan khalaf menulis kembali 6:  

  Berkata Ibrahim Al Halabi, didalam Syarah Al-Kabir kemudian daripada naqal beberapa nas yang menunjuk atas makruh buat makanan daripada ahli mayat :  

   Dan tiada sunyi daripada Nazar (kecederaan yang perlu dibahas), kerana bahawasanya tidak ada dalil ke atas makruh melainkan hadis Jarir bin Abdillah jua. Kerana bahawasanya melawani akan dia oleh hadis yang diriwayatkan akan dia oleh Imam Ahmad dengan sanad yang sahih. Dan barang yang diriwayat oleh Abu Daud daripada Ashsim bin Kulaib daripada bapanya daripada seorang laki-laki daripada Ansar  

  قال خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فى جنازة فرأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو على القبر يوصى الحافر يقول أوسع من قبل رجليه اوسع من قبل رأسه فلما رجع استقبله  
داعى امرأته فجأ وجىء بالطعام فوضع بين يديه ووضع القوم فأكلوا ورسول الله صلى الله وسلم يلوك لقمة فى فيه ثم قال انى أجد لحم شاة أخذت بغير اذن اهلها.  
  Ertinya, “ Berkata ia, kami keluar bersama Rasullah S.A.W pada suatu jenazah, maka aku melihat kepada Rasulullah S.A.W dan ketika baginda berada diatas kubur, baginda berpesan kepada si penggali kubur itu, “luaskanlah bahagian kaki, luaskan bahagian kepalanya”. Maka takala kembali daripada kubur itu, baginda menghadap kepada isteri si mati itu. Maka dia datang dengan membawa makanan dan meletakkannya di sisinya dan para sahabat meletakkannya lalu Rasulullah makan sesuap dan sesuap kemudian baginda bersabda, “ Aku dapati daging kambing ini diambil tanpa keizinan oleh ahlinya”. Justeru, hadis ini menunjukkan keharusan menyediakan makanan oleh ahli mayyit dan menjemput manusia kerananya dan pada setengah riwayat “imraah.” … dengan tidak ada dhomir. Maka kaedah usul fiqh, mesti kena :  

  ( حمل المطلق على المقيد )  

  Maksudnya diambil qaid yang muqayyad itu, buat qayyid pada yang muthlaq itu. Ertinya ditanggung (lafaz) “imro’ah” yang tidak ada dhomir itu ialah “imro’atil mayyit”, seperti hak dhomirnya itu jua, Wallahu`alam].  


  JAWAPAN HUJAH KEDUA,  

  Hadis riwayat Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani dimana dalam perjalanan balik dari satu majlis perkebumian, Rasulullah s.a.w. dijemput oleh seorang wanita (isteri kepada yang baru dikebumikan?) untuk menjamu makan. Maka baginda dan para sahabat ikut serta makan.  

  Di sini timbul soalan, adakah jemputan makan oleh isteri atau wanita tersebut itu bersempena dengan adanya kematian atau semata-mata jemputan? Saya lihat ia semata-mata jemputan.  

  Seandainya ia adalah jemputan bersempena kematian, maka sudah tentu amalan menjemput makan akan berlaku untuk hampir semua kematian pada zaman Rasulullah serta al-Salaf al-Shalih dan bukannya dalam satu kes ini sahaja.
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

17-6-2024 10:05 PM GMT+8 , Processed in 0.087133 second(s), 42 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list