|
“Inilah perangai orang kita, Kalau orang tak buat, kita tak ikut. Suka ikut orang, tak pernah fikir untuk jadi berani dan buktikan kita boleh.”
― Teme Abdullah, Arkitek Jalanan |
|
|
|
|
|
|
|
“Di zaman milenial ini, satu-satunya yang paling patut untuk kita idolakan dan kita cintai, adalah beliau yang hidup tanpa Facebook, Instagram atau Twitter, namun memiliki 1,7 milyar followers. Beliau, adalah Nabi Muhammad SAW.”
― Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
“Penderitaan yang sesungguhnya adalah ketika kamu kehilangan kepercayaan diri dan harapan. Ketika Allah tak ada dalam tujuan hidupmu ”
― Helvy Tiana Rosa, Tanah Perempuan |
|
|
|
|
|
|
|
“Kita tak meng-harap. Kita ber-harap. Tanpa optimisme. Tapi kita tahu bahwa dalam hidup, gelap tak pernah lengkap, terang tak pernah sepenuhnya membuat siang. Di dalam celah itulah agaknya harapan: sederhana, sementara, tapi akan selalu menyertai kita jika kita tak melepaskannya.”
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 7 |
|
|
|
|
|
|
|
“Sebagaimana Lu Xun, penulis Cina, menyatakan, “Harapan adalah seperti jalan di daerah pedalaman, pada awalnya tidak ada jalan setapak semacam itu, namun sesudah banyak orang berjalan di atasnya, jalan itu tercipta."
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 5 |
|
|
|
|
|
|
|
“Kau lahir penuh harapan dan kau memberiku sedikit harapan itu.”
― Fenny Wong, Hanami |
|
|
|
|
|
|
|
“La tahzan. Jangan pernah berputus asa. Karena rahmat dan ampunanNya sungguh luas. Selalu Ada Harapan Bagimu, Kawan.”
― Dian Nafi, Muslimah Kudu Happy |
|
|
|
|
|
|
|
“Hidup adalah keindahan masa sekarang dan harapan-harapan akan datang.”
― Ready Susanto, Surat-Surat dari Kota |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
“Ada yang percaya bahwa di dalam hujan terdapat lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu sesuatu. Senandung rindu yang bisa meresonansi ingatan masa lalu.”
― Yoana Dianika, Hujan Punya Cerita tentang Kita |
|
|
|
|
|
|
|
“...Aku ingin kau tahu, diam-diam, aku selalu menitipkan harapan yang sama ke dalam beribu-ribu rintik hujan: aku ingin hari depanku selalu bersamamu...”
― Yoana Dianika, Hujan Punya Cerita tentang Kita |
|
|
|
|
|
|
|
“Pelangi yang muncul setelah hujan adalah janji alam bahwa masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja.”
― Windry Ramadhina, Walking After You |
|
|
|
|
|
|
|
“Kau dan aku mengalir
Sebagaimana air
Namun semakin mendekati hilir
Semakin aku tak ingin ada akhir
Maka mari jadilah saja hujan
Yang berulang jatuh di permulaan”
― Sam Haidy, Nocturnal Journal |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
“Sekolah pun keliru bila ia tidak tahu diri bahwa peranannya tidak seperti yang diduga selama ini. Ia bukan penentu gagal atau tidaknya seorang anak. Ia tak berhak menjadi perumus masa depan.”
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 2 |
|
|
|
|
|
|
|
“Mereka tahu hasil 2 + 2 = 4 tapi tak tahu mengapa 2 x 2 juga sama dengan 4.”
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 3 |
|
|
|
|
|
|
|
“Kita tahu, dalam hidup, biarpun ringkas selalu ada sesuatu yang mesti dilepas—mungkin tak ke arah yang lebih baik, mungkin ke bentuk yang lebih buruk. Dan apa yang “lebih baik” dan “lebih buruk” bagi suatu zaman tak pernah ditentukan oleh setiap orang .”
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 2 |
|
|
|
|
|
|
|
“Kesusastraan adalah hasil proses yang berjerih payah, dan tiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu: ini bukan sekadar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin.”
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 3 |
|
|
|
|
|
|
|
“Kerana sistem pendidikan itu sendiri tidak memandang belas kepada mereka yang tidak menguasai pelajaran secara menyeluruh”
― Raiha Bahaudin, Kunang Pesisir Morten |
|
|
|
|
|
|
|
“Banyak orang tidak tahu bahwa seorang doktor dan profesor itu biasanya hanya menguasai satu bidang yang kecil sahaja. Mereka punya kekhususan. Ada profesor yang bidangnya sejarah tidak mengkaji syariah secara mendalam, tetapi sering bicara tentang syariah.
Orang memanggilnya ulama, padahal ilmu agamanya belum mendalam. Makanya, di pesantren kita diajarkan adab, bukan hanya ilmu. Kita harus tahu diri, kalau tidak tahu harus mengatakan tidak tahu. Masalahnya, akan menjadi sangat rumit jika orang tidak tahu tetapi merasa tahu. Ini yang namanya orang yang tersesat.”
― Adian Husaini, Kemi: Cinta Kebebasan yang Tersesat |
|
|
|
|
|
|
|
“Salahkah bila kita menghargai pikiran yang merdeka-yang tidak dikejar kejar, yang tak diusut dan diancam, sebuah pikiran yang tak ditakut-takuti oleh cap "berdosa" atas nama Tuhan ataupun kewaspadaan.”
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 2 |
|
|
|
|
|
|
| |
Category: Belia & Informasi
|