Edited by lubokbutar at 27-11-2019 09:07 AM
SINGAPURA: Seorang pelancong Indonesia dan tiga rakannya berdepan pengalaman pahit apabila ditahan selama 14 jam selepas bedak ketiak yang dibawanya disangka dadah oleh polis. Sharonia yang menceritakan pengalamannya itu di Instagram memberitahu, dia bersama tiga rakannya menginap di sebuah hotel pada 10 November lalu untuk menyambut ulang tahun kelahirannya. Katanya, pengalaman pahitnya bermula apabila seorang petugas hotel terlihat bungkusan plastik mengandungi bedak tawas yang dibawanya dan diletakkan di atas meja bilik.
“Tiba-tiba pada waktu pagi, sembilan anggota polis menyerbu bilik kami dan merampas bedak berkenaan.
“Saya memberitahu polis itu adalah bedak untuk ketiak saya tetapi mereka tidak percaya dan terus membawa kami ke balai polis untuk siasatan lanjut. “Sungguh memalukan kerana ramai tetamu hotel yang melihat kami ditangkap,” katanya. Ujarnya, dia dan rakannya dimasukkan ke dalam lokap dan tidur di lantai seperti haiwan serta diberi makan sekali sahaja. Menurutnya, mereka hanya dibebaskan 14 jam kemudian selepas ujian makmal mendapati serbu putih itu bukan dadah.
===================================================================================================================================
Penulis Shierine Wangsa Wibawa | Editor Shierine Wangsa Wibawa KOMPAS.com – Seorang gadis asal Indonesia, Sharonia Paruntu, mengaku sempat ditahan 14 jam karena dikira membawa dan menggunakan narkoba. Padahal, "narkoba" yang dimaksud adalah bedak ketiak atau bedak tawas. Namun, staf hotel tempat Sharonia menginap dan para polisi tidak memercayainya. Baru setelah hasil uji laboratorium dan hasil tes urin keluar, Sharonia dan teman-temannya dilepaskan oleh polisi Singapura. Di luar negeri, memang lebih dikenal deodoran yang berbentuk roll-on atau spray untuk menghilangkan bau ketiak.
Namun, di Indonesia bentuk deodoran lebih beragam, ada yang berbentuk tawas kristal seperti yang dimiliki oleh Sharonia dan ada yang berbentuk bedak. Dilansir dari Healthline, tawas adalah deodoran alternatif yang terbuat dari garam mineral alami bernama potassium alum. Garam mineral ini memang memiliki efek antimikroba sehingga telah digunakan sebagai deodoran di negara-negara Asia Tenggara selama ratusan tahun.
Tawas bisa digunakan secara langsung dalam bentuk kristal dengan dibasahi terlebih dahulu atau dihaluskan hingga mirip bubuk seperti milik Sharonia. Namun dikarenakan fungsinya hanya untuk mencegah pertumbuhan mikroba, tawas tidak menghentikan pengeluaran keringat. Itulah sebabnya, jika Anda baru berpindah dari deodoran dengan efek antiperspiran (antikeringat) ke tawas, Anda mungkin akan mendapati ketiak lebih basah dari biasanya. Selain itu, ada juga potensi peningkatan bau badan. Sementara itu, bedak ketiak telah banyak tersedia secara komersial di Indonesia. Salah satu merek bedak ketiak yang paling terkenal di Indonesia mencantumkan triclosan, talcum dan parfum sebagai kandungan aktif di dalamnya.
Anda mungkin sudah tahu apa itu parfum, namun bagaimana dengan triclosan dan talcum yang merupakan komponen penting dari bedak ketiak? Database PubChem dari National Institutes of Health (NIH) menulis bahwa triclosan (C12H7Cl3O2) adalah sebuah kandungan yang biasa ditemukan dalam produk-produk kebersihan diri, seperti sabun, krim kulit, pasta gigi dan deodoran.
Bahan ini memiliki fungsi antibakteri dan antifungal sehingga sanSelain pada kosmetik, talc juga bisa ditemukan pada makanan dan permen karet atau pembuatan tablet obat.
Sementara itu, talcum (Mg3Si4O10(OH)2) seperti dilansir dari situs resmi Badan Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) juga merupakan bahan yang banyak digunakan dalam berbagai produk kosmetik, mulai dari bedak bayi hingga perona pipi.
Ada banyak kekhawatiran terkait talcum, termasuk kaitannya dengan kanker. Namun, belum ada studi yang secara konklusif menunjukkan kaitannya. Para ahli justru lebih mencurigai kontaminasi asbestos pada talcum.
Untuk diketahui, baik talcum maupun asbestos merupakan mineral yang terbentuk secara alami dan bisa ditambang dari Bumi. Mereka bisa ditemukan dalam jarak dekat antara satu sama lain di Bumi. Hal ini pun meningkatkan kemungkinan talcum terkontaminasi oleh asbestos.
Berbeda dari talcum yang hingga kini belum diketahui kaitannya terhadap kanker, asbestos telah dipastikan sebagai senyawa penyebab kanker (karsinogen).
Oleh karena itu, sangat penting bagi penambang talcum untuk berhati-hati dalam memilih lokasi penambangan dan melakukan tes yang memadai.
Di akun Instagramnya Sharonia menceritakan kejadian yang dialaminya. "Pakai saja bedaknya di ketiak, seharian tidak akan bau badan," ujar Sharonia yang selama ini memang tinggal di Singapura. Dia mengatakan polisi menggiringnya dan teman-temannya dengan tangan diborgol. "Polisi menggiring kami keluar hotel dengan tangan diborgol dan itu sangat membuat kami malu karena tamu-tamu hotel melihat kami dan menganggap kami penjahat," kata dia.
Menurut Sharonia, dua temannya terkunci di dalam toilet kamar hotel sekitar pukul 02.00 karena mereka tidak bisa membuka pintu kamar mandi. Temannya yang lain berusaha membuka pintu tapi malah merusak pintu kamar mandi. Akhirnya mereka memanggil petugas hotel untuk meminta bantuan. Pegawai hotel yang kemudian datang melihat tas berisi bungkusan plastik berisi bedak putih itu, kata Sharonia. Tapi si petugas tidak bertanya itu bedak apa. "Petugasnya sih ramah," kata Sharonia. Tapi kemudian sekitar pukul 10.00 ada orang mengetuk pintu kamar. Sebelum Sharonia membuka pintu, dua petugas hotel sudah merangsek masuk bersama sekitar tujuh hingga sembilan polisi. Sharonia mengatakan salah seorang dari mereka menyebut aksi itu hanya pemeriksaan acak. Diminta Mengganti Kerusakan Pintu Hotel Menurut dia, polisi kemudian bertanya apa yang mereka lakukan di dalam kamar hotel. Petugas lalu mengatakan mereka diberi tahu ada sebungkus bedak putih di dalam kamar dan Sharonia mengatakan itu bedak ketiak. Namun karena tidak bisa membuktikan, Sharonia dan temannya lalu digiring keluar. Sharonia mengaku dia ditahan selama 14 jam dan tidak bisa menghubungi orangtuanya. "Saya tidak mau menceritakan apa yang terjadi di dalam penjara karena itu sangat tidak mengenakkan," kata dia. Karena lama tidak bisa dihubungi, orangtua Sharonia kemudian menelepon hotel W Singapura. Pihak hotel mengatakan dia sudah keluar dari hotel. Tapi kemudian saat di telepon ketiga kalinya, petugas hotel diduga mengatakan kepada ibu Sharonia, anaknya itu tidak pernah keluar hotel. Sehari setelah dibebaskan, Sharonia dan ibunya lalu kembali ke hotel untuk mengambil barang-barangnya dan mengeluhkan kejadian yang dialaminya. Bukannya meminta maaf, petugas hotel lalu meminta mereka membayar Rp 17 juta untuk mengganti biaya pintu yang rusak. Setelah kejadian itu Sharonia mengaku sempat takut melihat polisi. Hotel W Singapore akhirnya kemudian mengembalikan uang Sharonia tapi Hotel W Singapore akhirnya kemudian mengembalikan uang Sharonia tapi orangtuanya menuntut pihak hotel secara hukum.
|