CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: saifulms

Agama...

[Copy link]
 Author| Post time 16-7-2006 03:01 AM | Show all posts
Rasulullah menyampaikan dengan tiada yang disembunyikan, tetapi beliau menyampaikan suatu perkara sesuai kadar akal yang menerima ilmu itu, dan beliau melarang sahabatnya menyampaikan perkara-perkara batin kepada yang lemah akalnya disebabkan tinggi nafsu daripada akal mereka.


Lihatlah contoh pada seorang anak kecil, ia mempunyai akal, tetapi ia belum dikatakan berakal disebabkan nafsunya yang menyelimuti akal itu, kecenderungan ini disebabkan garisan hukum Allah (sunatullah) yang dianugerahkan bagi setiap manusia yang belum baligh (cukup umur), tiada hukum bagi mereka melainkan kepada orang tuanya yang mesti memperkenalkan Tuhannya (mendidik) sedikit demi sedikit sesuai perkembangan akal anak itu.


Bagi yang sudah cukup umur tetapi masih belum dapat mengalahkan nafsunya sehingga terhijab akalnya terkena hukum kufur nikmat, selain diri mereka yang terkena hukum, maka orang tua mereka juga terbawa-bawa bila ia tiada pernah mendidik anak-anak mereka sedari kecil.


Berbeza apabila orang tua mereka sudah mendidik sesuai dengan syari'at Islam atau bila tiada kesanggupan mereka untuk mendidik anak mereka, tetap saja mereka wajib menyerahkan anaknya untuk dididik oleh seorang ahli zikir bersama dengan mereka, maka terlepaslah mereka dari apa-apa yang dilakukan anak itu setelah mencapai usia baligh.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 19-7-2006 05:28 PM | Show all posts
Penyampaian Ilmu Tauhid              





Maka tiga perkara dalam menyampaikan ilmu Tauhid ini adalah.


1. terima, sampaikan. yakni perkara hukum syari'at, tauhid dan kelakuan hati (tassawuf) yang fardhu 'ain.

2. terima, sampaikan pilihan. yakni perkara 'i'tikad yang hanya dapat disampaikan kepada orang yang sudah beriman (berakal)

3. terima, simpan (hanya dapat diamalkan sendiri). yakni perkara keyakinan pada Allah yang didapati dengan jalan rasa. yakni perkara-perkara rahsia tentang Allah yang terhujam kedalam diri, haram menyampaikannya walaupun kepada dirinya (jasadnya), sebab bila disampaikan binasalah amalannya.


Demikianlah sebab banyak hadits yang maudhu atau dha'if, sebab tiada seluruh sahabat yang mendengar keterangan tentang hal ini langsung dari Rasulullah.


Bagaimana menyampaikan hukum asas kepada kanak2 yang baru belajar?


Maka Rasulullah Suci dari menyembunyikan khabar dari Allah, tetapi beliau menyampaikannya sekadar akal yang menerima ajarannya, bahkan beliau mengharamkan menyampaikan perkara yang melampaui batas akal pengikutnya.


Begitulah keadaan ilmu rahsia ini, untuk itu mohon maklum bila tiada perkara yang boleh selesai melainkan engkau belajar langsung kepada ahli zikir dimana engkau dapat menemukannya.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 19-7-2006 05:30 PM | Show all posts
Tentang Hakikat Ibadah Syari'at



              

Bermula Ibadah itu hanya satu saja, yakni engkau wajib mengakui Allah sebagai Tuhanmu, sebagaimana janji engkau (akal) sewaktu berhadapan sebelum engkau diturunkan didunia.


Namun ketika engkau turun kedunia maka engkau diwajibkan menemukan kembali pengenalanmu terhadap Tuhanmu sebagaimana ketika engkau berhadapan dengan Tuhanmu, maka diberilah engkau pendoman yang memudahkan engkau untuk dapat kembali kepada pengakuanmu itu, yakni alam.


"Hai Muhammad, Aku jadikan alam dikeranakan Aku berkehendak agar engkau mengenal akan Aku."


Dan didalam setiap kejadian pada alam (dirimu) itu ada suatu amanah, yakni tetap mengakui Allah sebagai Tuhanmu, inilah yang disebut dengan ibadah, maka diwajibkan engkau sholat disertai dengan banyak-banyak mengingat Allah.


Apabila engkau lalai kepada Allah, maka Allah akan mentajalikan engkau pada keraguan terhadap Allah, dan keraguan ini mengakibatkan engkau tiada digerakan kepada mengerjakan sholat, seolah tiada keinginan bagimu untuk sholat disebabkan tertutup hatimu oleh keinginan jasad (nafsu dan prasangkaan) dari Allah.


Demikianlah contoh betapa syari'at itu pertanda keadaan IMAN engkau, apabila engkau berbuat maksiat, maka engkau tiada beriman, apabila engkau berbuat ta'at maka engkau beriman, tetapi tidak cukup hingga disini, sebab ujian-demi ujian akan selalu ada sesuai dengan kadar keimanan engkau.



Selanjutnya adalah syari'at batin (adab-adab) dalam beribadah, yakni kelakuan hati, apabila engkau melakukan sholat, tetapi engkau terpedaya oleh nafsumu, maka engkau akan berlazim dengan kelakuan yang lebih menghancurkan keyakinanmu terhadap Tuhanmu, yakni PENYAKIT HATI, seperti Riya', 'ujub, takabur, sum'ah dan lain-lain.


Demikianlah Allah memperingati pada peringkat kedua ini dengan firmanNya, "Celakalah orang yang Sholat!!" yakni yang sholat demi disebut dirinya muslim atau berkehendak dimuliakan oleh makhluk.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 24-7-2006 12:51 AM | Show all posts
Sholat, Puasa, Zakat dan Haji              




Demikianlah pertunjuk bagi engkau untuk menemukan kembali Hakikat dirimu dan Tuhanmu, segalanya itu bukanlah beban bagimu, melainkan anjuran bagi engkau untuk bisa kembali kepada Allah Aza wa Jalla.


Memang pahit bagi nafsu, untuk itulah Allah memperingatimu, "Allah tidak menyukai kesulitan dalam ibadahmu, tetapi Allah menyukai kemudahan dalam ibadahmu"


Ketahuilah, engkau akan merasa sulit berbuat sesuatu perbuatan yang ringan sekalipun apabila engkau tidak sudi dikeranakan menganggap itu perbuatan sia-sia bagi kenyamanan nafsumu, bahkan membuat engkau tidak suka, demikianlah bisikan musuhmu yang nyata yang terletak pada antara kedua lambungmu.


Dan ketika engkau berprasangka baik dengan menyerahkan segala sesuatu kepada Rabb mu, maka engkau akan merasa ringan memperbuat sesuatu yang tadi terasa berat sekalipun, inilah perbuatanmu dalam memerangi musuh-musuhmu yang nyata.


Dahsyat dan ajaib kejadian pada diri ini, sebagaimana janji Allah kepadamu, apabila engkau kira engkau mendekatiNya, sesungguhnya Ia sudah lebih dekat lagi dari yang engkau kira, dan ketika engkau lalai kepadaNya, maka ia akan memperingatimu dengan berlaku maksiat pada dirimu supaya engkau menyesalinya.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 24-7-2006 12:53 AM | Show all posts
Sholat              




Sholat, yakni kelakuan pada merasakan kekuasaan Allah pada diri, tiada daya tiada upaya, selain dengan Kasih dan rahmatNya engkau dapat mengerjakan sholat itu, betapa lidah engkau digerakan pada perkataan lafaz-lafaz Al-Qur'an, betapa tubuhmu digerakan kepada menghambakan dirimu kepadaNya, betapa hatimu ditetapkan kepada mengingat kebesaranNya sehingga engkau merasa betapa hina, miskin, lemah dan bodoh dihadapanNya.


Maka nyatalah engkau merasa zalim terhadap dirimu, terhadap Tuhanmu, menganiaya dirimu sendiri dengan berprasangka buruk terhadap Tuhanmu, inilah yang terbit pada pengakuanmu terhadap Allah sebagai Tuhanmu, maka berlazim engkau sentiasa taubat ketika lalai engkau kepada Allah pada setiap helaan nafasmu, rindu yang sangat untuk tetap berhadapan dengan Tuhanmu, inilah yang disebut IMAN, yakni Khauf dan Razak (takut dan harap) terhadap Tuhanmu semata-mata.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 24-7-2006 12:58 AM | Show all posts
Puasa              




Setelah engkau menyedari betapa diri ini hina, miskin, lemah lagi bodoh dihadapan Tuhanmu, maka engkau mengetahui betapa selama ini akalmu tertutup oleh nafsu dan syahwat (keinginan dan Rasa Duniawi) yang melampaui batas-batas sekadar hajat (ibadah), maka engkau mengetahui musuhmu yang nyata itu terletak diantara dua lambungmu, yakni PERUT dan KEMALUAN.


Maka pada dirimu berlaku menginginkan untuk melatih nafsu dan syahwatmu ini supaya sentiasa tunduk kepada perintah Allah, maka engkau akan digerakan kepada melatih nafsumu itu dengan ringan melakukan berpuasa lillahi Ta'ala, jangankan yang wajib pada bulan ramadhan, pada hari-hari lainpun engkau akan tergerak untuk melaksanakannya, Sehingga berubah rasa mu terhadap menjalankan perintah Allah, dari DIPAKSA menjadi BERSABAR.


Maka bertambahlah kerinduanmu kepada Zat yang menjadikanmu, betapa terbukanya kehalusan perasaanmu yang menjadi Zauk (rasa) yang tiada ada bandingnya didunia ini, yang tiada berlazim dengan materi, yakni engkau cukupkan segalanya dari Allah, untuk Allah, kepada Allah dan dengan Allah, dan rasa ini sulit untuk dihuraikan, bahkan HARAM hukumnya menyampaikan bagaimana rasa IMAN ini, sebab tidak akan dapat disampaikan melainkan kesalah fahaman yang mengakibatkan terlepas imanmu pada saat sakaaratul maut.
Reply

Use magic Report

Follow Us
 Author| Post time 24-7-2006 01:00 AM | Show all posts
Zakat              




Setelah terbuka halusnya perasaanmu terhadap Allah, maka nampak olehmu betapa musuh yang tersembunyi didalam dirimu, yakni Dakwa (pengakuan), nampak olehmu betapa engkau selama ini merasa melakukan suatu usaha, padahal NYATA segalanya itu Allah yang menggerakanmu dengan kasih-sayangNya kepadamu, maka engkau tergerak untuk menyerahkan segala sesuatu itu kepada Haq Allah Ta'ala.


Engkau zakatkan segala sesuatu hasil yang engkau kira hasil usahamu, dan engkau kembalikan kepada Allah dengan penyerahan yang sebenar-benar penyerahan, sehingga berubah rasa KESABARAN pada dirimu menjadi KEIKHLASAN.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 24-7-2006 01:02 AM | Show all posts
Haji              





Inilah puncak pada segala pengenalan dirimu terhadap Tuhanmu, ditempat Haram inilah engkau akan menyaksikan betapa berulang-ulang kejadian antara Hamba dengan Tuhannya, mulai dari Adam hingga Muhammad akan engkau lalui disini, bagi yang dikehendaki oleh Allah.


Ingatlah tidak mungkin belum tamat sekolah rendah bisa mencapai kelas tinggi, kecuali pertolongan Allah.


Maka untuk dapat sampai disini (haji) adalah lebih sempurna bila engkau MENGETAHUI dan MENGAMALKAN dua kalimah syahadah, sholat, PUASA dan ZAKAT dengan sebenar-benar LURUS i'tikadmu Lillahi Ta'ala disertai keFAHAMAN ilmu Tauhid dan Hukum-hukumnya.


Maka tanda mabrur pada dirimu akan engkau rasakan betapa Allah itu MELIPUTI segala sesuatu dan menguasai segala-galanya dari awal hingga akhir kejadian, dengan tiada dapat engkau menerangkan kepada siapapun jua walaupun kepada isterimu, ataupun kepada ibumu, sebab setelah kejadian ini engkau mengetahui, betapa cukuplah Allah yang mengetahui kemuliaan pada kebersihan hatimu, yang Allah janjikan kepadamu itu, sampai disini, kelu lidah nak bercakap.


Setakat itulah yang dapat dihuraikan, terserah pada amalanmu masing-masing dengan bimbingan gurumu yang mursyid masing-masing.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 3-8-2006 02:51 PM | Show all posts
Segala Amal ibadah didahului oleh ilmu.





Mengenali aib diri adalah asal dari segala amalan ibadah bagi muslimin yang berkehendak untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengenali aib ini dengan jalan ilmu, menuntut ilmu hukumnya wajib, sedang mendapatkan ilmu tiadalah wajib, kerana ilmu semata-mata Nur Hidayah dari Allah SWT.


Mentauhidkan Zat, Sifat, Asma dan Af'al Allah tiada dapat diketahui melainkan dengan jalan mengendarai kenderaanmu di dunia, untuk itu engkau mesti mengenal dirimu dahulu.


Sebelum membahas aib nafsu, tentu kita mesti mengetahui dulu apa yang dikatakan nafsu, maka marilah kita buka satu demi satu rahsia diri itu.



Firman Allah: 揥a fii anfusakum, afala tubsiruun??
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 3-8-2006 02:53 PM | Show all posts
DIRI




Bermula diri itu adalah yang merasa, yang melihat, yang mendengar dan yang mencium bau atau harum, inilah yang disebut dengan penyaksian terhadap segala sesuatu kejadian (alam).


Dirimu meliputi engkau dan Jasadmu, jasadmu berfungsi sebagai kenderaan yang canggih bagi engkau, jasadmu dilengkapi anggota yang sempurna, mulai dari urat sarafmu yang sensitif hingga rangka2 akhir yang dapat bergerak sesuka hati, bahkan saluran2 yang sempurna terpasang pada jasad ini meliputi kenderaanmu dari hujung rambut hingga hujung kaki.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 3-8-2006 02:55 PM | Show all posts
JASAD (KENDERAAN)




Peralatan yang canggih berupa urat saraf yang ada pada jasadmu inilah yang membuat engkau dapat menyaksikan sesuatu, engkau dapat menyaksikan bentuk dan warna dari media yang ada disekelilingmu melalui alat yang dinamakan mata, bahkan engkau dapat menyaksikan bentuk dari jasadmu sendiri, selain itu engkau dapat menyaksikan media yang tiada dapat ditangkap oleh mata, melainkan telinga yakni media getaran yang menghasilkan bunyi-bunyian, begitu juga engkau tiada dapat menyaksikan media yang halus lembut atau kasar, panas atau dingin melalui mata atau telingamu, melainkan hanya dapat ditangkap oleh urat saraf yang meliputi daging dan kulitmu, bahkan engkau mendapat informasi bau-bauan dan harum melalui hidungmu yang tiada dapat diwakilkan oleh urat yang lainnya seperti mata, telinga atau kulit.


Tengoklah betapa otakmu menjadi instrument pengolah informasi-informasi dan mendistribusikan informasi itu kepadamu dan juga keseluruh jasadmu, begitupun lidahmu yang dapat menangkap informasi rasa suatu media, manis atau pahit, masam atau masin, yang tiada dapat ditangkap oleh alat instrument yang lainnya, bahkan ketika jasad engkau bergerak dapat engkau rasakan keseimbangan pada tubuhmu yang dikawal oleh urat saraf dibelakang kedua telingamu, sehingga engkau sanggup berdiri bahkan berjalan, dan yang lainnya yang sempurna meliputi segala otot-otot dan tulangmu yang dapat pula menjadi penghubung bagi memberi informasi kepadamu.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 3-8-2006 02:57 PM | Show all posts
ENGKAU




Bermula engkau itu tunggal, namun mempunyai beberapa sebutan berlazim dengan kecenderungan engkau pada kelakuan engkau (Sifat).


Engkau disebut Akal bila engkau berkehendak dapat mengetahui hakikat Ada atau Tiada sesuatu, engkau disebut Kalbu bila berkehendak untuk merakam (menuliskan) informasi-informasi yang engkau terima dari urat saraf pada jasadmu melalui otakmu.


Engkau disebut Roh bila berkehendak menghidupkan fungsi-fungsi dari seluruh anggota pada jasadmu melalui darah, tengoklah betapa segala yang ada pada jasadmu apabila darah berada disitu maka berfungsilah urat rasa, sedangkan pada rambut dan kuku yang tiada darah mengalir , maka tiadalah ada rasa walaupun engkau potong sekalipun, kecuali bila pada akarnya, sebab pada akarnya berlazim darah.


Dan engkau disebut Nafsu apabila berkehendak memuaskan kehendak-kehendak rasa pada jasadmu, rasa pada jasadmu inilah yang disebut kehendak duniawi, misalnya berkehendak pada Senang, Kenyang, Menang dan Tenang.


Diri yang meliputi engkau dengan jasadmu itulah yang disebut dengan kerajaan hati, engkau sebagai raja bagi kehendak-kehendak jasadmu, lihatlah betapa ajaib segala kejadian pada dirimu itu bila engkau mahu berfikir.


Begitulah bukti kesempurnaan kejadian pada dirimu yang meliputi engkau dan Jasadmu (kenderaanmu) yang menunjukan kesempurnaan Zat Yang Menjadikanmu dan Yang Menjadikan Jasadmu dan Yang Menjadikan segala media yang engkau saksikan, yakni Allah, Subhanallah... Mahasuci Allah dari seperti yang Dia jadikan.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 3-8-2006 03:00 PM | Show all posts
HAIWAN




Perbezaan haiwan dengan engkau adalah haiwan tiada dapat mengetahui hakikat ada atau tiadanya sesuatu, melainkan ada atau tiada kebendaan, semata2 yang ia saksikan melalui jasad, maka disebutlah haiwan ini tiada berakal sebab hanya dapat mengetahui perkara DUNIAWI semata.


Haiwan dijadikan oleh Allah dengan kebinasaan nyawa apabila binasa jasadnya (Wujud Mujazi), sedangkan engkau dijadikan dengan tetap kekal walaupun jasadmu binasa, maka pada saat berpisah engkau dengan jasad, engkau hanya berpindah tempat saja, dan segala informasi yang engkau tuliskan pada Kalbu (kitabmu yang nyata) akan dipertanggung jawabkan.





Bersambung... InsyaAllah,

[ Last edited by  saifulms at 3-8-2006 03:01 PM ]
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 10-6-2007 01:03 AM | Show all posts
AIB NAFSU





Mengapa Mesti mengenal Aib Nafsu?, sebab Aib nafsu inilah yang menghijab (mendinding) engkau sehingga tiada dapat mengenal Tuhanmu.



Mengenal Allah ada empat martabat

  • Taklid, Mengenal Allah dengan jalan menuntut ilmu (dari khabar mutawatir dan Kitab).
  • Ilmu, Mengenal Allah dengan jalan berfikir dan merenung dengan khawas yang lima (Taffakur) sehingga mahfum pada keadaan yang sebenarnya.
  • Ain, Mengenal Allah dengan jalan beramal syari'at sehingga mendapatkan 'zauk' dan nyata pada keadaan yang sebenarnya.
  • Haq, Mengenal Allah dengan jalan Redho.

Tiada akan Haq walaupun menjalankan redho bila tanpa ain terlebih dahulu, tiada akan ain walaupun menjalankan amalan bila tanpa ilmu terlebih dahulu, Tiada akan mengetahui walaupun menjalankan tafakur bila tanpa menuntut ilmu yang sebenarnya terlebih dahulu, Tiada akan mahu menuntut ilmu bila tiada taklid terlebih dahulu.

Inilah sandaran tabiat bagi jalan tariqat yang dikhabarkan oleh Allah melalui Rasul. Kerana dalam ilmu Allah segala jalan adalah mungkin.

Pada masing-masing martabat inilah terdapat hijab yang sesuai dengan kadar dari keyakinan seorang insan. tiada sekali-kali ia mengetahui/menyedari adanya hijab yang ada pada martabat yang lebih tinggi yang sesungguhnya menghijab dirinya dari mengenal Allah.

Maka membersihkan diri dimulai dengan mengetahui keadaan diri berada di martabat yang mana, sesuai dengan tanda-tanda pada keyakinan yang kita yakini kini.

Tiadalah dapat membersihkan syirik khafi wal-khafi tanpa membersihkan terlebih dahulu syirik khafi, tiadalah dapat membersihkan syirik khafi tanpa membersihkan terlebih dahulu syirik yang jalli.

Dalam hal ini sebelum bersih diri pada martabat dia berada, maka tiadalah dapat membersihkan diri dengan jalan pada martabat yang lebih tinggi. Inilah hakikat TEMPATKANLAH SESUATU PADA TEMPATNYA.

Bermula zahir dari hijab ini terbit dari LatifatuRabbaniyah pada seluruh 7 (tujuh) Anggota diri, yakni Lidah, Tangan, Kaki, Telinga, Mata, Perut dan Qalbu.

Untuk inilah Syara' mewajibkan padanya Thaharah sebelum mengerjakan setiap amalan ibadah, untuk mensucikan yang demikian itu hingga menembus pada mensucikan Raja dari 7 anggota kerajaan Hati itu.

Maka dengan mengetahui hal inilah sehingga asal dari segala amalan ibadah bagi orang awam yang salikin adalah mensucikan diri dari sifat-sifat mazmumah dan menggantikannya (dengan pertolongan Allah) dengan sifat-sifat Mahmudah (Qalbun Salim atau Hati yang Sejahtera).


Misalnya

  • Wudu', Mensucikan diri dari hadas kecil (Mensucikan anggota 7 yang zahir, yang akhirnya mensucikan LatifatuRabbaniyah dari segala sifat mazmumah/Kotoran yang menghijab)
  • Sholat, Mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar. (Mencegah sifat-sifat mazmumah menguasai hati)
  • Zakat, Membersihkan diri dari dakwa masing-masing anggota 7 yang akhirnya mensucikan LatifatuRabbaniyah dari segala dakwa.
  • Makan, Memasukan zahirnya sifat-sifat mahmudah kepada 7 anggota, yang akhirnya mensucikan LatifatuRabbaniyah, untuk inilah wajib wara' dalam memakan makanan yang halal, baik jenis makanannya maupun perbuatan dalam memperoleh makanan itu.
  • Buang Hajat, Mengeluarkan zahirnya sifat-sifat mazmumah dari 7 anggota, yang akhirnya mensucikan LatifatuRabbaniyah, untuk inilah dilarang menzahirkan Zikrullah pada saat-saat ataupun pada tempat ini.
  • Mandi, Mensucikan diri dari hadas Besar (Mensucikan anggota 7 yang zahir, yang akhirnya mensucikan LatifatuRabbaniyah dari segala sifat mazmumah/Kotoran yang menghijab)
  • Mengganti Pakaian, Membuang sifat-sifat Mazmumah dan memasukkan sifat-sifat Mahmudah pada diri. Untuk inilah diwajibkan wara' dalam menggunakan pakaian yang halal baik jenis maupun perbuatan dalam memperoleh pakaian itu.
  • Melontar Jumrah, membuang sifat-sifat mazmumah pada diri kita dan melontarkannya untuk menempatkan sifat-sifat itu pada tempatnya.
  • Puasa, Syahadat, Zikrullah, Taubat dan lain-lainnya yang keseluruhannya merupakan pensucian diri dimulai dari 7 anggota (Zahir) hingga LatifatuRabbaniyah (Batin) bagi orang awam.

Dengan mengetahui inilah sandaran Tabiat (Tanda-tanda)ibadah mendapatkan Zauk sehingga terbuka hijab sesuai dengan kadar martabat yang diatas.

Lebih jelas lagi apabila mengetahui Martabat nafsunya (7 Martabat Nafsu) sehingga mengetahui i'tikad dalam beramal sesuai dengan martabat nafsunya dengan jalan yang di sebutkan sebelumnya, Ibarat bila engkau berjalan disebuah tempat mesti menggunakan Peta.

Maka Syari'at itulah sebagai petanda betapa peringkat engkau berada pada martabat nafsu (Peta) itu, tidak usah orang lain yang menilai, cukup engkau sendiri untuk dapat mengetahui keimananmu melalui pengenalan terhadap dirimu itu.



Adapun martabat nafsu yang 7 yakni:

1. Amarah
2. Lawamah
3. Mulhimah
4. Mutha'mainah (Qalbun Salim)
5. Radliah
6. Mardiyah
7. Kamaliyah


Wallahu a'lam...

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 18-6-2007 07:13 PM | Show all posts
MARTABAT NAFSU




PERHATIAN, INI UNTUK MUSLIMIN YANG PERCAYA SAJA, BAGI YANG TIDAK PERCAYA, ANGGAP SAJA INI ADALAH SALAH SATU SISI SUDUT PANDANG MUSLIMIN TERHADAP ILMU, UNTUK DIRENUNGKAN.




AMARAH


Amarah adalah martabat nafsu yang paling rendah dan kotor di sisi hukum Allah untuk makhlukNya, segala yang terbit darinya adalah tindakan kejahatan yang merupakan dorongan sifat mazmumah (kecelaan), pada tahap ini hati nurani tidak akan memancarkan sinarnya kerana akan terhijab oleh dosa, lapisan lampu makrifat redup terselimuti lumpur, bila dibiarkan terus hingga padam atau mencapai khatama (tertutup dan terkunci hatinya), tiada cara untuk mencari jalan menyucikannya lagi, kerana itulah hatinya terus kotor dan diselaputi oleh pelbagai penyakit sampai akhir hayatnya, firman Allah:

"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya " (QS Al-Baqarah: 10)

"Sesungguhnya nafsu amarah itu sentiasa menyuruh manusia berbuat keji (mungkar)" (QS Al-Baqarah: 169)

"Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus menerus" (QS Al-Qiyaamah: 5)

Dalam kesehariannya tiada pernah peduli pada hukum Allah, kejahatan sudah menjadi kebiasaan, tiada penyesalan, sering merasa bangga berbuat jahat, misalnya merasa berbangga, lega dan puas dapat merosak anak gadis orang, bangga dengan kehidupannya yang tiada teratur, mabuk, berjudi, pergaulan bebas dan meniru-niru kafirun, bahkan jadi lebih barat dari orang barat.

Bagi insan pada peringkat nafsu ini, konsep hidupnya adalah sekali, hingga keperluan utama hidupnya semata-mata untuk dinikmati sepuas-puasnya tanpa mengenal batas-batas, baik jahat adalah sama saja di sisinya, bahkan ia merasa senang dalam keadaan seperti ini sebab ia tiada mempercayai AlQur'an, bahkan menganggap AlQur'an sebagai suatu kebohongan yang diperuntukan bagi orang-orang yang bodoh dan dungu sahaja, sehingga ia merasa sempurna sebagai makhluk yang terjadi dengan sendirinya secara alami dan kebetulan hingga segala sesuatu yang ia peroleh diyakininya atas jerih payahnya sendiri, Seperti firman Allah:

"Tidaklah engkau perhatikan orang-orang yang mengambil hawa nafsunya (amarah) menjadi tuhannya dan dia disesatkan oleh Allah kerana Allah mengetahui (kejahatan hatinya dan qadarnya) lalu Allah mengunci mati pendengarannya (telinga batin) dan hatinya dan ditutup penglihatannya (mata hatinya)." (QS Al-Jaatsiyah: 23)

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk agama islam itu mendapat cahaya dari Tuhannya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah, mereka itu dalam kesesatan yang nyata.? (QS Az-Zumar: 22)

Ia bergembira bila menerima nikmat, tetapi berduka cita dan mengeluh bila tertimpa kesusahan, seperti firman Allah:


"Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, nescaya mereka gembira dengan rahmat itu, dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (yang mereka sangka) akibat kesalahan tangan mereka sendiri, lantas mereka berputus asa." (QS Ar-Ruum: 36)

Mereka tiada pernah takut pada Allah dan hari pembalasan, mereka tidak pernah peduli dengan ancaman Allah seperti:


"Akan dicampakkan ke dalam neraka jahanam dari golongan jin dan manusia yang mempunyai hati tiada memperhatikan, mempunyai mata tiada melihat, mempunyai telinga tiada mendengar, Mereka itu adalah binatang dan lebih hina dari itu kerana mereka termasuk di dalam golongan yang lalai" (QS Al-A'raaf: 179)

Dalam konteks penerimaan ilmu, orang yang bernafsu amarah hanya digerakkan dalam berupaya menerima ilmu diperingkat ilmu kalam seperti filsafat-filsafat yang ia sangka sebagai hakikat, dan cenderung mementingkan soal-soal lahiriah dunia sahaja, tiada minat kepada pelajaran agama dan hari akhirat yang sebenarnya.


Pada peringkat ini dikhabarkan tiada peluang sama sekali untuk menerima ghaib dan ilmu hakikat selagi hatinya kotor dan hatinya tiada di gerakan pada berkehendak untuk disucikan dengan pembersihan zikrillah yang mempunyai wasilah dengan Rasulullah saaw.

Untuk membebaskan diri dari cengkaman nafsu ini (secara tabi'at yang dikhabarkan Allah melalui RasulNya) disandarkan pada jalan wasilah ilmu Allah melalui Rasulullah saaw dengan menerima pengajaran dari ahli zikir yaitu guru mursyid yang dapat memberikan petua-petua penyucian diri dan penyucian jiwa yang mempunyai mata rantai ilmu waris dengan Rasulullah saaw.


Sabda Rasulullah saaw:

"Tiap sesuatu ada alat penyucinya dan yang menyuci hati ialah zikir kepada Allah "

"Sesungguhnya syaitan itu telah menaruh belalainya pada hati manusia, maka apabila manusia itu berzikir kepada Allah, maka mundurlah syaitan, dan apabila ia lupa maka syaitan itu menelan hatinya"




[ Last edited by  saifulms at 18-6-2007 07:20 PM ]
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 19-6-2007 07:08 PM | Show all posts
LAWWAMAH





Nafsu lawwamah ialah nafsu yang selalu mengkritik diri sendiri bila berlaku suatu kejahatan dosa atas dirinya hingga menyesali, mencerca dan mencelanya, nafsu lawwamah lebih baik sedikit dari nafsu amarah, ia lebih cepat sedar dan menyesali perbuatannya, Perasaan ini sebenarnya timbul dari dorongan yang berupa bisikan dilubuk hatinya disebabkan mengetahui jika itu perbuatan yang tercela. Inilah erti lawwamah, bisikan hati seseorang akan melarang dirinya melakukan sesuatu yang keji timbul secara spontan bila tergerak dihatinya, cepat rasa bersalah atas kezaliman pada dirinya dan pada Allah atas keterlanjurannya. taufik dan hidayah Allah yang memimpinnya kembali dari kesesatan dan kesalahan kepada kebenaran dan jalan yang lurus, Rasulullah SAW bersabda:


"Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan menjadikan untuknya penasihat dari hatinya sendiri"

"Barangsiapa yang hatinya menjadi penasihat baginya, maka Allah akan menjadi pelindung ke atasnya."


Tapi bila seseorang itu sampai pada martabat nafsu ini tapi tiada mengetahui tanda-tanda yang memancar di hatinya, atau ia tiada mengamalkan isyarat yang ada, maka lama-kelamaan isyarat ini akan meredup dan padam, sehingga ia jatuh kembali pada tahap nafsu amarah, sebab itulah sering kita menyaksikan seseorang terkadang baik, lalu sekejap berubah jahat kembali, kemudian berubah balik jadi baik, inilah bulak-baliknya hati yang di sebabkan oleh keadaan nafsunya yang berubah-ubah, seperti Firman Allah:


"Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti mereka (dorongan jahat/syaitan) setelah datang ilmu (Isyarat lawwamah) kepadamu, sesungguhnya kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim"
(QS Al-Baqarah: 145)


"Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti mereka (dorongan jahat dan keji/syaitan), setelah ilmu diperolehi (datang kepadamu) maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu".
(QS Al-Baqarah: 120)



Pada tahap ini ia membenci sifat-sifat mazmumah yang ada pada dirinya, tetapi tetap terkadang ia tiada berdaya pada saat digerakan pada perbuatan dosa dan keji itu, dan pada kenyataannya telah berkurang pada dirinya melakukan itu, Keinsafan memancar, sekiranya ia terus mematuhi isyarat lawwamah yang ada, sedikit demi sedikit sifat-sifat keji akan di angkat mufakat dengan dorongan perbuatan taubat kepada Allah atas perbuatan itu.

Pada peringkat ini ia banyak meneliti diri sendiri dan merenung segala kesilapan yang lampau, bila perasaan menyesal datang, orang-orang pada peringkat sangat mudah mengeluarkan air mata penyesalan, kerap menangis dalam shalat, bila sendirian, sewaktu berzikir atau bershalawat, air matanya bukan lah disengajakan tetapi berlaku secara spontan. Inilah dikatakan sebagai tangisan diri, ia mulai banyak mengkaji dan meneliti alam dan kejadian, dan sentiasa membandingkan sesuatu dengan dirinya hingga menganggap jasadnya dan seisi alam ini adalah Rahmat dan Rahim dari Zat Yang Maha Penyayang bagi dirinya sebagai sandaran dan jalan untuk dapat mengenal Rabnya.

Ia juga menjadi gila untuk beribadat dan cenderung kepada perbincangan berkaitan soal mengenal diri dan mulai jemu dengan persoalan yang tidak berkaitan dengan agama. Perubahan ini terkadang terjadi mendadak sekiranya kita terjun ke alam tasawuf.


Rasulullah SAW bersabda:

"Bahawasanya orang-orang mukmin itu perhatiannya pada shalat, puasa dan ibadat dan orang munafik itu perhatiannya lebih kepada makanan dan minuman seperti halnya binatang"

"Sedikit taufik adalah lebih baik dari banyak berfikir, dan berfikir perkara duniawi itu memudaratkan, dan sebaliknya berfikir perkara agama pasti mendatangkan kegembiraan"



Pada tahap ini sudah mementingkan akhirat dari dunia.

Namun begitu walau nak dibandingkan dengan ammarah ia lebih tinggi sedikit, namun sekali-sekala ia tidak terlepas juga dari jatuh kedalam jurang dosa dan kejahatan. Imannya masih belum kuat. Namun ia cepat sedar dan cepat beristigfar minta ampun kepada Allah.


Firman Allah:

"Aku bersumpah dengan nafsu lawwamah (Jiwa yang amat menyesali dirinya) (QS Al-Qiyaamah: 2)


Sebagai contoh kalau tertinggal sembahyang terdapat perasaan kecut hati dan cepat menyesal sehingga terus pergi kadha.


Isyarat (tanda-tanda) sifat nafsu lawwamah antara lain:

1. Mencela diri sendiri

2. Bertafakur dan berfikir

3. Berbuat sesuatu amal kerana riya

4. Kagum terhadap diri sendiri yakni 'ujub

5. Membuat sesuatu dengan sum'ah agar dipuji

6. Takjub pada diri sendiri

7. dan lain-lain



Sesiapa yang berdegup di hati terhadap tanda-tanda diatas, maka ia berada pada tahap nafsu lawwamah, terdapat pada kebanyakan orang awam.

Sandaran tabi'at untuk dapat menembus dan menyucikan sisa-sisa karat dihatinya pada tahap ini adalah dengan amalan, yakni lebih kuat berzikir lagi untuk menembus dan menyucikan sisa-sisa karat hati. Zikir pada peringkat nafsu ini masih lagi dibibir tetapi kadang-kadang sudah mulai meresap masuk ke lubuk hati tapi dalam keadaan yang tidak istiqamah (tidak tetap), namun memang sudah timbul gila beribadat sehingga kadang-kadang merasa dirinya ringan dan melayang, kadang-kadang terasa seperti hilang dirinya, atau ada semacam kesemutan diseluruh tubuhnya hingga tiada terasa lagi keadaan jasadnya terutama pada bahagian tulang belakang dan tangannya, keadaan beginilah yang menimbulkan keasyikan yang masyuk dengan amalan zikir atau dengan ibadat-ibadat lain.

Pada tahap ini terkadang menerima sedikit ilham dengan merasakan zauk dan faham, kadang-kadang mengalami mimpi yang perlu ditafsir kembali oleh guru, bila terus menerus patuh dengan petua dan amalan yang diberi oleh guru, terutama melatih menjaga rahsia dengan apa-apa yang terjadi kecuali pada guru, InsyaAllah ia akan meningkat kepada tahapan nafsu yang berikutnya.




Bersambung, Insya Allah...

[ Last edited by  saifulms at 19-6-2007 07:09 PM ]
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 24-6-2007 03:39 PM | Show all posts
MULHIMAH





Nafsu ini lebih baik dari amarah dan lawwamah, Mulhimah merupakan nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses kesucian dari sifat-sifat hati yang tercemar melalui ujian dan latihan sufi/ tariqat/ amalan guru dan lain-lain baik lahir maupun batin yang mempunyai sanad dari Rasulullah saaw, kesucian hatinya telah menyebabkan segala lintasan kotor atau was was syaitan telah dapat dibuang dan diganti dengan ilham dari Allah, firman Allah:


"Maka diilhamkan Allah kepadanya mana yang buruk dan mana yang baik, sesungguhnya dapat kemenanganlah orang yang mensucinya (nafsu) dan rugilah (celakalah) orang yang mengotorkannya (nafsu)?
(QS As-Syams: 8-10)


Maka makam nafsu ini juga dikenali dengan nafsu syamiah, pada peringkat ini Allah mentajjalikan amalannya yang baik sudah mengatasi amalannya yang jahat, sifat mazmumah telah mulai diganti dengan mahmudah, sikap beribadat telah tebal dan amalan guru terus diamalkan dengan lebih tekun lagi.

Zauk pada penyesalan pada peringkat sebelumnya (lawwamah) terus teringat di dalam jiwa, isyarat dan tanda-tandanya sentiasa lekat dalam ingatan, taubat orang pada nafsu mulhamah ini adalah "taubatan nasuha" tidak hanya dimulut tetapi hakiki.

Dalam kehidupan sudah terbina satu sikap dan akhlak yang baik, tabah menghadapi ujian, bila terlintas sesuatu yang mendorong ke arah maksiat, ia sentiasa memohon perlindungan Allah.


Firman Allah:

"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka saat itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan."
(QS Al-A'raaf: 201)


Sabda Rasulullah saaw:

"Barangsiapa yang merasa gembira dengan kebaikannya dan merasa susah (gelisah) dengan kejahatan yang dilakukan, maka itulah orang-orang mukmin"


Zikir pada tahap ini telah menyerap kedalam lubuk hatinya bukan sekadar dibibir saja bahkan sudah menerima hakikat nikmat zikir dan zauk. bila disebut nama Allah rindunya sangat besar, menyirap darahnya dan gementar tubuhnya tanpa disengajakan , firman Allah:


"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu, bagi mereka apabila disebut nama Allah, nescaya gementarlah seluruh hati mereka" (QS Al-Anfaal: 2)


Perasaan ini terus menjalar sehingga bertemu kekasihnya.



Isyarat (tanda-tanda) sifat nafsu mulhimah antara lain:


1. Sifat-sifat ketenangan,lapang dada dan tidak putus asa.

2. Tak sayang akan harta

3. Qana'ah.

4. Berilmu laduni

5. merendah diri/ tawwadu'

6. Taubat hakiki

7. Sabar hakiki

8. Tahan ujian dan menanggung kesusahan

9. dan lain-lain


Mereka pada tahap ini mulai masuk ke setingkat maqam wali yakni kerapkali mulai mencapai fana? yang menghasilkan rasa makrifat dan hakikat (syuhud/menyaksikan) tetapi belum teguh dan kemungkinan untuk kembali kepada sifat yang tidak baik masih ada, dikeranakan hanya penyaksian belaka dan masih dapat tertipu oleh penyaksian yang diselewengkan oleh syaitan (Ghurur/Terpedaya), kebanyakan orang cepat terhijab kembali pada masa ini kerana terlalu asyik dengan anugerah Allah, padahal itu hanyalah ujian semata-mata.

Dalam konteks ilmu pula mereka bukan saja menguasai ilmu qalam, bahkan sudah dapat menguasai ilmu ghaib dengan menjalani tiga cara laduni iaitu nur, tajalli dan cara laduni di peringkat sir, atau menerima pendengaran batin yang terletak ditengah-tengah kepala yang biasanya disebut bahagian tanaffas.

Suara yang diterima amat jelas sekali, seperti mendengar suara telefon, pada saat yang sama pendengaran zahir tetap tidak terganggu walaupun masa menerima laduni sir itu, biasanya suara ghaib itu adalah guru-guru ghaib (Anbiya, Auliya dan para guru mursyid) yang bertugas mengajar ilmu ghaib pada mereka yang diperingkat mulhamah dengan seizin guru mursyid kita yang zahir yang telah berkomunikasi terlebih dahulu dengan guru-guru ghaib ini, sebab itulah kalau tak ada Guru Murysid kita, akan terpedaya dengan syaitan dan jin yang menyamar.

Pembukaan telinga batin ini pada awalnya berlaku seakan suatu bisikan suara yang dapat dipisah-pisah dalam anak telinga, dimana pada permulaannya terasa berdesing/berdesir, hingga kemudian barulah dapat dengar jelas, zikir tetap meningkat, pada peringkat inilah Allah berfirman:


"Orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah. Ingatlah hanya dengan berzikir kepada Allah sahajalah hati menjadi tenteram". (QS Ar-Raad: 28 )


Ujian pada peringkat ini yang paling sulit yaitu pada sumpahnya untuk menjaga rahasia dengan apa-apa yang telah disaksikan, hingga menjadi rahasia antara dirinya dengan Allah, barulah ia mendapat kesempatan untuk ke tahap berikutnya.


Bersambung, Insya Allah...


[ Last edited by  saifulms at 24-6-2007 03:42 PM ]
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 2-7-2007 01:04 PM | Show all posts
MUTMAINAH



Inilah peringkat martabat nafsu yang pertama yang benar-benar diredhoi Allah yang layak masuk syurga Allah, maknanya barang siapa sampai pada maqam ini syurga tetap terjamin, namanya sudah tercatat dan di cap sebagai hamba Allah dan penghuni Syurga, insyaALLAH. Nafsu ini disebut juga dengan Qalbun Salim , Hakikat inilah yang difirmankan Allah:

"Wahai orang yang berjiwa / bernafsu mutmainnah, pulanglah kepangkuan Tuhanmu dalam keadaan redhoi meredhoi olehNya dan masuklah ke dalam golongan HAMBAKU dan masuklah ke dalam syurgaKu".
(QS Al-Fajr: 27-30)


Pada peringkat ini jiwa mutmainnah merasakan ketenangan hidup yang hakiki yang bukan dibuat-buat, tidak ada lagi perasaan gelisah, semuanya terbit dari tauhidnya yang tinggi dan mendalam, tauhid yang sejati dan hakiki, tidak ada lagi perbezaan senang dengan susah bagi nafsunya sama saja. Pada maqam inilah permulaan mendapat darjat wali kecil.



Isyarat/Tanda-tanda maqam ini adalah:


1. Taqwa yang benar

2. Arif


3. Syukur yang benar

4. Tawakkal yang hakiki


5. Kuat beribadat

6. Redho dengan ketentuan Allah


7. Murah hati dan senang bersedekah

8. Menjaga Rahsia pada Aib/Rahmat orang lain yang ia saksikan.


9. Dan lain-lain sifat mulia yang tidak dibuat-buat.



Pada maqam ini telah dicabut beberapa adat tabi'at yang ada pada kebanyakan manusia, sehingga sering orang melihat pada dirinya ada keramat-keramat yang luar biasa, bila menghendaki ilmu ia mendapat ilmu dengan tak payah belajar, sebab sudah dapat menyerap rahsia-rahsia dari Kitab yang Nyata (Lauh Mahfuz), ia sudah menguasai ilmu peringkat nur, tajalli dan juga pendengaran dan penglihatan batin, pada mulhammah tadi baru terbuka dengan pendengaran batin tanpa penglihatan batin.

Dengan penglihatan batin inilah dia dianugerahi melihat sesuatu yang ghaib yang tak dianugerahi pada mata biasa kita, ibarat menyaksikan suatu kejadian, bahkan bila berkehendak menengok suatu kejadian, ia dianugerahi pula menyaksikan kejadian yang ia inginkan baik yang sudah terjadi ataupun yang akan datang.

Inilah mengapa guru engkau dapat melihat sejarah hidup engaku yang lalu, biasanya dia akan memperhatikan perjalanan hidup engkau dan mengetahui dimana kekurangan engkau dan memberi petua untuk memperbaikinya, kalau mencuri disuruhnya engkau memulangkan kembali serta minta halal dan maaf, dan sebagainya lagi. Namun begitu dia tetap akan menjaga aib muridnya dari pengentahuan orang lain, pada peringkat ini dia tidak terganggu penglihatan dan pendengaran zahirnya pada masa yang sama melihat dan mendengar yang batin walaupun duduk di kedai kopi bersama-sama orang lain, melalui penerimaan ini dia dianugerahi untuk melihat alam barzakh dan menjelajahi alam malakut.


Keyakinannya sudah pada tahap Ainul yakin dan Haqqul yakin, fana' yang dikenali sebagai fana' qalbi yaitu merupakan penafian diri ataupun menafikan maujud dirinya dan diisbatkan kepada wujudnya Allah semata-mata. Inilah peringkat LAA MAUJUD ILLALLAH, keadaan inilah yang digambarkan Allah:


"Semua yang ada adalah fana' (tiada wujud hakikinya). Dan yang kekal (baqa) itu adalah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (Ar-Rahmaan: 26-27)





Namun fana' qalbi ini tidaklah kekal.

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 4-7-2007 01:06 PM | Show all posts
REDHIAH





Maqam ini dinamakan redhiah kerana perasaan redho pada segala ketentuan dan hukuman Allah, pada maqam ini sudah tidak ada rasa takut dengan pada bala Allah dan tak ada rasa gembira dengan nikmatNya, sama saja merupakan nikmat baginya, yang penting baginya adalah Allah redho padanya, jikalau sakit tiada berharap kepada ubat, sebab bagi dia sakit itulah nikmat kerana dia merasa semakin dekat dengan Tuhannya, wang sudah sama dengan daun kayu, emas sama dengan tanah, dunia sudah dipandang kecil, bahkan sudah tidak dipandang lagi, sebaliknya dunialah yang datang kepadanya, firman Allah:


"Sesungguhnya wali-wali Allah itu tak ada kekhawatiran (ketakutan) dan tidak pula bersedih atas mereka".
(QS Yunus: 62)


Ini kerana nur syuhud sudah terang selalu dalam jiwanya, alam sekeliling seperti cermin untuk melihat Allah setiap saat, ini adalah maqam musyahadah tahap ihsan seperti hadis Rasulullah saaw:


"Hendaklah kamu menyembah Allah sebagaimana kamu melihatNya..."


Ini adalah maqam wali dalam martabat khawas, pada saat inilah apa yang diisyaratkan oleh rasulullah saaw:


"Takutilah akan firasat orang mukmin, sesungguhnya orang-orang mukmin itu melihat dengan Nur Allah".


Pada tahap redhiah ini, ia melihat melalui basyirahnya, merenung dengan kasyafnya, bertindak melalui perintah ilmu laduninya, mulutnya dan doanya sangat mustajab, cakap jadi nyata, meludah terus menjadi..

Orang dimaqam ini kadang-kadang perbuatannya menyalahi tabiat dan syariat, percakapan kadang-kadang menyinggung orang biasa yang tak faham tapi dikeluarkan tanpa sengaja, masih mengalami fana qalbi, tapi tiada menentu, hidupnya ibarat dilambung gelora cinta, seolah terapung melayang bersama-sama Allah, hanya memandang dan menyaksikan sesuatu tiada suatu yang mawujud di dunia ini melainkan wajah Allah semata-mata, firman Allah:


"Di mana saja kamu menghadap, maka disitulah wajah Allah?(QS Al-Baqaraah 115)


Itu yang terjadi pada Al Junaid: Tiada sesuatu dalam jubahku, melainkan Allah.
Mereka sudah memandang yang banyak kepada satu, keadaan inilah sering menimbulkan fitnah, malah kadang-kadang orang akan anggap gila, sehingga secara hukum syara' dihukumkan penggal kepalanya disebabkan menzahirkan hakikat, inilah maqam Ana'al Haq Mansur Al-Hallaj.

Zikir pada peringkat ini adalah secara 'khafi' yang telah meliputi seluruh anggota zahir dan batinnya, pada peringkat inilah kulit berzikir, daging berzikir, tulang berzikir, bahkan semuanya berzikir pada martabat Asma, inilah yang jadi darah Al-Hallaj membentuk tulisan Allah lalu keluar zikir.

Kadang-kadang ia dijemput menjelajah alam ghaib qubra yang diluar logika manusia, malah ia di ajar ilmu tinggi yang lebih dari manusia biasa yang belum dicapai oleh zaman moden ni, misalnya dikurnia perhubungan secara langsung dengan para rasul, nabi, ambia dan waliyullah yang lain, mereka menuntut ilmu dengan para aulia seperti berbicara langsung, malah boleh berinteraksi beramai-ramai walaupun masing-masing berada di berbeza tempat/alam.



Tanda-tanda/Isyarat sifat-sifat Redhaiyah:

1. Ikhlas

2. Warak

3. Zahid

4. Dan lain-lain lagi yang baik yang ada pada maqam sebelum ini.

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 4-7-2007 01:26 PM | Show all posts
MARDLIAH



Pada peringkat ini segala yang keluar darinya semuanya telah diredhoi Allah, perilakunya, kata-katanya, diamnya, semuanya dengan keredhoan dan keizinan Allah belaka, akan keluar keramat yang luar biasa tanpa diharap atau disengaja.

Jiwanya sudah terkunci untuk ingat Allah pada lubuk hatinya dengan cara "khafi-filkhafi", maknanya secara penyaksiaan 'basitiyah' yaitu penyaksian sifat ma'ani Allah yang nyata dan dizahirkan Allah pada dirinya, af'al diri sudah dinafi dan diisbatkan secara langsung kepada af'al Allah semata-mata, jiwanya betul-betul dikunci ingat Allah tidak sesaat pun berpisah darinya, penyaksiaan terhadap haq sifat Allah nyata baginya sehingga binasa dirinya, inilah yang terjadi pada Abu Yazib Bistami:
"Subha Inni? Maha Suci Aku..."


"Pandanglah yang satu pada yang banyak"


Peringkat ini sudah tenggelam dalam fana baqabillah, pada peringkat inilah suka mengasingkan diri, tidak suka bergaul lagi dengan makhluk.

Namun begitu ia dianugerahi kesedaran dua alam sekaligus, zahir dan batin, dan ia akan kembali normal seperti biasa, kerana dianugerahi kemampuan untuk menempatkan kesedarannya sekehendaknya, kalau peringkat sebelum ini agak sulit untuk mengawal kesedarannya pada martabat mana ia berada sehingga sering jatuh fitnah.


Perjalanannya mirip dengan redhiah, firman Allah:

"Apa yang di sisi kamu itu pasti lenyap dan apa yang ada di sisi Allah tetap kekal". (QS An-Nahl: 96)


Perkataan syatahah sudah binasa, ia suka hidup nafsi nafsi, sabda Rasulullah SAW:

"Apabila kamu sekalian melihat seseorang mukmin itu pendiam dan tenang, maka dekatilah ia, sesungguhnya dia akan mengajar kamu ilmu hikmah"


Zikirnya adalah zikir rahsia, tidak lagi ada lafaz dengan lidah maupun hati, tapi seluruh anggota zahir dan batin mengucapkan dengan zikir rahsia yang didengar oleh telinga batin di maqam tanaffas pada martabat Sifat, zikirnya tiada pernah terganggu dengan alam zahir walaupun dia tengah bercakap atau berbuat sesuatu, firman Allah:

"Orang-orang berzikir kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan dalam keadaan berbaring..."
(QS Ali-Imran: 191)


Baginya setiap perbuatan, perkataan, penglihatan dan apa saja adalah zikir. Pada tahap ini dianugerahi kekeramatan yang amat luar biasa, namun biasanya menjaga rahsia kelebihannya itu, dari segi ilmu ia sudah memperolehi ilmu semua peringkat sebelum ini yaitu nur, tajalli, sir, sirussir bahkan ditambah lagi dengan cara tawasul yaitu secara sedar berhubungan dengan ambia dan waliyullah, kehadiran wali-wali kepada orang maqam mardhiah ini lebih merupakan penghormatan dan ziarah sahaja, sambil berbincang-bincang.

Ia dianugerahi untuk dapat menjelajah seluruh alam, alam zahir dan alam ghaib termasuk syurga, neraka dan sebagainya, misalnya ia dianugerahi untuk dapat menjelajahi masa, tempat, dan seluruh kejadian yang ada pada Kitab yang Nyata (Lauh Mahfudz), samada dengan batinnya atau dengan jasadnya sekalian, inilah mengapa sering orang melihatnya dalam satu masa boleh menjelma di pelbagai tempat, ini disebut "Khawa Fulkhawaf", berlaku tanpa sengaja dan tanpa dapat dikawal, semata-mata atas kehendak Allah.



Sifat-sifatnya:

1. Redho dan rela dengan apa-apa pemberian Allah

2. Lemah lembut pergaulannya

3. Elok dan tingginya budi

4. Lain-lain sifat terpuji maqam sebelum ini




insyaALLAH sambung lagi dengan maqam seterusnya....
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

12-5-2024 11:44 AM GMT+8 , Processed in 0.459861 second(s), 43 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list