View: 5621|Reply: 21
|
Asal Usul Bahasa Indonesia
[Copy link]
|
|
Artikel ini ditulis berkaitan dengan peringatan 80 tahun penetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan persatuan Bangsa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 ....
Mengorek Asal-usul Bahasa Indonesia
Oleh Dewanti Lestari
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tanggal bersejarah bagi bahasa Indonesia yang saat itu diresmikan menjadi bahasa negara dan menjadi bahasa persatuan dari sekian ratus bahasa daerah.
Namun seperti apakah yang dinamakan bahasa Indonesia itu? Orang mengenalnya sebagai bahasa Melayu yang dimodifikasi, lalu dicampur dengan bahasa-bahasa serapan dari berbagai daerah dan dari bahasa asing, kemudian dibakukan.
Dari manakah asal-usul bahasa Melayu itu? Apakah bahasa itu hanya dituturkan oleh etnis Melayu sejak berabad-abad lalu? Padahal etnis Melayu sendiri hanya sebagian kecil saja dari ratusan etnis di nusantara?
Arkeolog Harry Truman Simanjuntak mengatakan, bahasa Melayu dan ratusan bahasa daerah lainnya di nusantara sebenarnya berakar dari bahasa Austronesia yang mulai muncul sekitar 6.000-10.000 tahun lalu.
Penyebaran penutur bahasa Austronesia, ujar Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) itu, merupakan fenomena besar dalam sejarah umat manusia karena sebagai suatu rumpun bahasa, Austronesia merupakan yang terbesar di dunia, meliputi 1.200 bahasa dan dituturkan oleh hampir 300 juta populasi.
Masyarakat penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15 ribu km meliputi lebih dari separuh bola bumi, yaitu dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di ujung timur, dari Taiwan-Mikronesia di utara hingga Selandia Baru di selatan.
"Out of Taiwan"
Mengenai asal-usul penutur Austronesia, Harry mengatakan, ada beberapa hipotesa. Yang paling umum adalah hipotesa bahwa asal leluhur penutur Austronesia adalah Formosa (Taiwan) atau model "Out of Taiwan".
Arkeolog lainnya Daud A Tanudirjo menyebutkan, Robert Blust adalah pakar linguistik yang paling lantang menyuarakan pendapat bahwa asal-ususl penutur Austronesia adalah Taiwan.
Sejak 1970-an Blust telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya kosakata protobahasa Austronesia yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain, kata Daud.
"Ia juga menawarkan rekonstruksi pohon kekerabatan rumpun bahasa Austronesia dan perkiraan waktu pencabangannya mulai dari Proto-Austronesia hingga Proto-Oseania," katanya.
Para leluhur ini, diungkapkan Daud, awalnya berasal dari Cina Selatan yang bermigrasi ke Taiwan pada 5.000-4.000 SM, namun akar bahasa Austronesia baru muncul beberapa abad kemudian di Taiwan.
Kosakata yang dapat direkonstruksi dari bahasa awal Austronesia yang dapat dilacak antara lain : rumah tinggal, busur, memanah, tali, jarum, tenun, mabuk, berburu, kano, babi, anjing, beras, batu giling, kebun, tebu, gabah, nasi, menampi, jerami, hingga mengasap.
Para petani purba di Taiwan ini berkembang cepat dan lalu terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok yang hidup terpisah dan bahasanya menjadi berbeda-beda dengan setidaknya kini ada sembilan bahasa yang teridentifikasi sebagai bahasa formosa.
Bermigrasi
Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni Proto-Malayo-Polinesia (PMP).
Tahap berikutnya, ujar Daud, terjadi pada 3.500-2.000 SM di mana masyarakat penutur bahasa PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara.
Proses migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yang berpusat di Maluku Utara.
"Rupanya ketika bermigrasi ke arah tenggara penanaman padi mulai ditinggalkan karena tidak sesuai dengan lingkungannya. Mereka mulai memanfaatkan tanaman keladi dan umbi-umbian lain serta buah-buahan," katanya.
Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur. Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yang kemudian memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah (PCMP).
Demikian pula migrasi ke timur yang mencapai pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-bahasa Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP).
Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada 2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500 SM, di mana penutur PEMP di wilayah pantai barat Papua Barat melakukan migrasi arus balik menuju Halmahera Selatan, Kepulauan Raja Ampat, dan pantai barat Papua Barat yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).
Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP bermigrasi ke Oseania dan mencapai kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan memunculkan bahasa Proto Oseania.
"Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian barat, setelah sempat menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur PWMP bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatera," katanya.
Penutur PWMP yang asalnya dari Kalimantan dan Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara antara lain ke Vietnam pada 500 SM dan Semenanjung Malaya, ujarnya.
Menjelang awal tahun Masehi, penutur bahasa WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan sampai ke Madagaskar, tambah Daud.
Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai garu daripada bentuk pohon. Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga Proto Oseania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata, katanya.
Dengan demikian, kata Harry Truman, hampir seluruh kawasan nusantara bahkan sampai ke kawasan negeri-negeri tetangga dan masyarakat kepulauan Pasifik dan Madagaskar menuturkan bahasa yang asal-muasalnya merupakan bahasa Austronesia.
"Kecuali masyarakat yang ada di pedalaman Papua dan pedalaman pulau Timor yang bahasanya lebih mirip dengan bahasa pedalaman Australia," katanya.
Bahasa Indonesia sekarang ini, kata Harry lagi, sudah sangat kompleks dan sudah sangat jauh berbeda dari bahasa melayu karena penuturnya tidak hanya hidup dengan sukunya masing-masing dan beradaptasi dengan rumpun bahasa dunia lainnya seperti dari India, Arab, Cina, Portugis, Belanda dan Inggris. serta juga adapatasi dari berbagai bahasa daearh di nusantara ...
[ Last edited by amazed at 5-11-2008 09:59 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
So, Bangsa Melayu is also "Pendatang" in this BolehLand ... |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #2 mamathir's post
my dear, if u really want to use sebab migrasi utk cap pendatang, then everybody in the world ni adalah pendatang sbb semuanya berasal dari afrika. even orang china sendiri datang dari central asia. european pon datang dari central asia. kalau tak tak wujud perkataan caucassian utk white people |
|
|
|
|
|
|
|
Balas #4 dCrook\ catat
Anda benar ...semua suku bangsa yang ada di nusantara ini adalah "Pendatang" sebab "perpindahan" penduduk dari suatu daerah ke daerah lain adalah sesuatu yang wajar dan terus berlangsung hingga kini ..
[ Last edited by jf_pratama at 20-10-2008 05:48 PM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Serapan Kosa Kata Bahasa Tionghoa
Oleh Teguh Imam Wibowo
Penggunaan sehari-hari Bahasa Indonesia oleh masyarakat mungkin tidak dilakukan dengan sepatutnya sesuai kaidah yang berlaku. Banyak serapan maupun ucapan yang dipengaruhi bahasa asing atau budaya lokal yang akhirnya membuat penutur Bahasa Indonesia oleh bangsa Indonesia amat bervariatif.
Salah satu bagian sejarah yang berperan penting dalam perkembangan budaya Indonesia adalah kedatangan masyarakat Tionghoa ke Nusantara berabad-abad silam.
Beragam interaksi yang berlangsung sejak beratus tahun itu ikut memengaruhi kosakata Bahasa Indonesia sebagai salah satu ikon persatuan bangsa.
Cukup banyak kosakata yang dibawa masyarakat Tionghoa yang mungkin oleh masyarakat awam dianggap sebagai bahasa asli Bahasa Indonesia. Misalnya saja tahu (tau hu), toko (th?o kh?o), tukang (toa kang), tongkang (tong kang), tong (tong), teko (te ko), teh (te), sampan (sam pan) atau lonceng (loan cheng).
Menurut peneliti dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat, Dedy Ari Asfar, sebagai sebuah bahasa, Bahasa Indonesia memang bersifat cair dan terbuka terhadap kosakata asing dan daerah.
"Namun, tentunya tetap harus patuh dalam kaidah penyerapan Bahasa Indonesia," kata Dedy yang kini tengah menempuh pendidikan Strata 2 di Malaysia itu.
Ia menambahkan, dalam kasus Bahasa China yang terserap ke dalam Bahasa Indonesia, masyarakat Tionghoa secara langsung dan tidak langsung membawa budaya baru kepada masyarakat lokal dengan memperkenalkan istilah-istilah baru.
"Pada mulanya memang asing, tetapi lama-lama istilah itu membumi dalam masyarakat kita," kata Dedy.
Dari beragam contoh kata serapan tersebut, ada kosakata makanan, perdagangan, aktivitas pekerjaan, dan benda-benda tertentu. "Selanjutnya, kosakata itu sudah menjadi tata ucap orang Kalimantan Barat maupun Indonesia," katanya.
Kaidah Penyerapan
Dalam konteks kontak antarpenutur di Indonesia, Dedy menyatakan bahwa sesungguhnya terjadi saling melengkapi. Artinya, bahasa asing mewarnai dan menambah kosakata bahasa nasional.
Kemudian bahasa nasional melengkapi bahasa daerah, dan bahasa daerah memperkaya perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia.
Kaidah penyerapan yang berlaku dalam Bahasa Indonesia yakni berupa penyesuaian ejaan dan lafal (1), penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal (2), tanpa penyesuaian ejaan tetapi dengan penyesuaian lafal (3), dan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal (4).
Untuk kaidah pertama, ia mencontohkan "systeem" menjadi sistem. Kaidah kedua, "science" menjadi sains. Kaidah ketiga, "nasal" menjadi nasal. Dan kaidah keempat, "internet" menjadi internet.
Dedy Ari Asfar menambahkan, pada masa lalu bahasa Melayu menjadi "lingua franca" namun kosakata dari bahasa China tetap banyak digunakan penduduk lokal. "Karena padanan dalam bahasa daerah belum ada. Kontak bahasa Indonesia lalu disisipi dengan istilah tertentu dari bahasa China," katanya.
Bahasa, lanjut Dedy yang aktif meneliti budaya lokal di Kalbar itu, sebenarnya menunjukkan identitas, budaya, dan aktivitas masyarakat penuturnya. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #5 jf_pratama's post
alasan kau terlampau lemah............ |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by BeachBoys at 22-10-2008 12:39 PM
alasan kau terlampau lemah............
lemah yang macam mana ekk?? |
|
|
|
|
|
|
|
memang semua bangsa adalah pendatang, kita semua berasal dari adam dan adam berasal dari syurga |
|
|
|
|
|
|
|
kita hanya menumpang du bumi Allah |
|
|
|
|
|
|
|
Cultuurtaal Aspek Ekstralinguistik
Jauh-jauh hari sebelum Sutan Takdir Alisyahbana menuliskan peribahasa ”Bahasa adalah jiwa bangsa” (dalam Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia, 1957: 109) dan ungkapan ”Bahasa menunjukkan bangsa” tulisan M Jamin yang menjadi sangat terkenal dalam pidato kongres pemuda I pada 1926, seorang Belanda bernama GF Pijper telah menulis tentang bahasa dalam Het Boek er Duizend Vragen (1924). |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #12 jf_pratama's post
org indonesia asalnya dari mana? apa maksud indonesia? kenapa bahasa melayu dan indon hampir sama tapi namanya indonesia dan melayu? |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by sekngucing at 25-10-2008 06:51 PM
org indonesia asalnya dari mana? apa maksud indonesia? kenapa bahasa melayu dan indon hampir sama tapi namanya indonesia dan melayu?
aku bagik sedikit explaination yang mungkin tak jelas tapi apa yang aku tau...kalau aku salah,tolong betulkan ok.
indonesia dan melayu tuh cuma nama....tapi,bangsa2 di indonesia adalah dari rumpun melayu.....mereka bertutur bahasa melayu,tapi mungkin berbeza dari di malaysia.bahasa malaysia yang kita pakai skarang nih,buleh la aku katakan bahasa yan suda kena modified....sedangkan kalau kita balik ke 500 tahun kebelakang,orang indon dan melayu ditanah melayu,berbahasa melayu hampir dekat sama......cuma,ia ada sesetengah bangsa di indonesia seperti banjar,bugis dan jawa mempunyai loghat mereka sendiri.....tapi asasnya,adalah dari roots yang sama,melayu.begitu juga dengan filipina,mereka buleh la dikatakan dari roots melayu,kerana ada sesetengah bahasa mereka memang sama dengan bahasa melayu yang kita pakai.sori kalau aku silap,tolong betulkan ok. |
|
|
|
|
|
|
|
bukan ke indonesia tu asal dari >>>> hindu asia sebab mereka org melayu yg beragama hindu? |
|
|
|
|
|
|
|
Hendrik (Henrique), Guru Bahasa Indonesia yang Pertama
Oleh Peter A Rohi
SetiapOktober menjadi bulan bahasa bagi bangsa kita, sebagai peringatan padaSumpah Pemuda 28 Oktober 1928, saat mana bahasa Indonesia diakuisebagai bahasa persatuan. Penetapan bahasa Indonesia menjadi bahasapersatuan adalah berdasarkan kenyataan bahwa bahasa Melayu sudahmerupakan "lingua franca" di wilayah Nusantara.
Bahkan, pelayaran keliling dunia yang pertama oleh Magelhaens telahmenemukan bahwa bahasa Melayu dipakai jauh melampaui Nusantara.Pigafetta, perwira berkebangsaan Italia dalam pelayaran itu, ketikakapal mereka tiba di Filipina, menulis: Henrique bisa mengerti danberbicara dalam bahasa Melayu dengan penduduk asli dari Pulau-pulau Samar (Filipina).
Ketika kapal mereka membuang sauh di Pulau Timor, pada 25 Januari 1522, Pigafetta mencatat adanya kapal-kapal dari Pulau Luzon yang berdagang di sana. "Mereka berniaga 3.000 km dari tempat kelahirannya," tulis Pigafetta. Mereka sanggup melahirkan maksud-maksud mereka dengan mudah dengan menggunakan "lingua franca", semacam bahasa Melayu, sampai kenegeri yang lebih jauh.
Dari catatan Pigafetta, diketahui bahwa perdagangan sesama orang-orangPasifik sudah lama berlangsung dan bahasa Melayu sudah menjadi "linguafranca" sebagai bahasa Latin di Eropa pada masa lampau. Pigafettakemudian membuat kamus kecil Bahasa Melayu - Italia, yang cuma berisi 426 kata, tetapi kamus kecil itu justru diakui sebagai kamus pertamabahasa Melayu dengan bahasa asing.
Dalam beberapa analisis kemudian, sebagaimana ditulis oleh seorangdiplomat Italia yang pernah bertugas di Indonesia, Alessandro Bausani,disebutkan dokumen tentang Pigafetta dan Kamus Bahasa Melayu -Italianya Pigafetta tersimpan di Bibliotheca Ambrosiana di Melanodengan code L. 103 sup. Dalam investigasi ini Bausani dibantu Nyonya S.Faizah Soenoto Rivai, dosen Bahasa Indonesia di Instituto Unive**rioOrientale di Napoli, Italia, pada dekade awal 1970-an.
Penelitian ini sebenarnya bukan baru. Banyak peneliti asing sudahmendahului Bausani. Dan hebatnya, semuanya mengakui bahwa pengetahuanbahasa Melayu Pigafetta diperoleh dari Hendrik (Henrique), seorang Zamatera (Sumatera) yang ikut dalam pelayaran Magelhaens yangmenegangkan dan bersejarah itu. Karena jasa itu pula, Pigafetta,sebagaimana yang dicatatnya, bisa berbicara langsung dengan penduduklokal di pulau-pulau yang disinggahinya.
Tampaknya, yang sangat berkesan selama dua kapal (dari lima kapal sejakmula ekspedisi Magelhaens) yang berhasil mencapai Maluku, diterimadengan senang hati oleh Sultan Tidore dan Ternate. Terutama, karenakomunikasi dalam bahasa Melayu yang dimengerti kedua belah pihak.Komunikasi yang baik itu memberikan rasa saling menghormati. Bahkan,orang-orang yang tersisa dalam dua kapal Spanyol, Trinidade dan kapal Victoria, menyebut Sultan Tidore "Raja Kami".
Pigafetta melukiskan perpisahan yang sangat memilukan ketika akanmeninggalkan Tidore: Sabtu, 21 Desember 1522, Hari San Tomaso (StThomas), "Raja Kami" datang ke kapal menyerahkan dua penunjuk jalanyang kami bayar untuk menunjukkan kepada kami jalan keluar dari pulauini. Tibalah waktunya kami minta diri dengan menembakkan meriam, dankelihatannya meriam-meriam itu "meratapi" perpisahan kami. CatatanPigafetta itu melukiskan betapa persahabatan yang telah terjadi dari awak kapal sisa-sisa ekspedisi itu karena faktor komunikasi yang telahterjalin dengan baik. Para peneliti kemudian menulis mereka dapatbercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Melayu.
Tawanan Perang
Lalu siapa Hendrik? Hampir 500 tahun lalu, tepatnya 20 September 1519,saat pelaut Portugal Ferao de Magelhaes (Ferdinand Magelhaens) memimpinekspedisi Spanyol mencari jalan ke dunia rempah-rempah, terdapat 265orang anak buahnya, sebagian besar bangsa Spanyol, 23 orang Italia, danhebatnya, ada seorang Sumatera yang bernama Hendrik yang dalam ejaanPortugis ditulis Henrique.
Tak banyak catatan tentang asal-usul Hendrik, kecuali ia seorang budakKapten Jenderal Magelhaens sendiri. Hendrik mungkin seorang tawananperang dari Magelhaens yang pernah ikut ekspedisi Vasco de Gamma danbertempur di Semenanjung Malaka. Adalah kebiasaan, ketika itu,menjadikan seorang tawanan perang sebagai budak. Fisiknya yang bagusmembuat Magelhaens memilihnya untuk ikut dalam pelayaran yangbersejarah itu.
Siapa pun Hendrik, tetapi jasanya dalam pelayaran itu tercatat dalamlaporan pelayaran Antonio Pigafetta dan telah membuahkan kamus kecilbahasa Italia - Melayu yang disusun Pigafetta. Karena Hendrik seorangSumatera, maka bisa diklaim bahwa bahasa Melayu Pigafetta itu adalahbahasa Indonesia yang kemudian diakui sejak 1928 sebagai bahasapersatuan bangsa Indonesia.
Peneliti-peneliti bahasa Kamus Italia - Melayu terdahulu mengakui peranHendrik dalam memberikan pelajaran bahasa Melayu bagi Pigafetta. CCFMLe Roux pada 1939, setelah sepuluh tahun meneliti dan berpolemiktentang kamus Melayu Pigafetta, akhirnya meminta perhatian akan satuhal, yang mana mustahil untuk tidak menyetujuinya bahwa bersama dengan dia dalam kapal itu ada budak Magelhaens bernama Henrique yang berbicara bahasa Melayu Sumatera asli.
"Jadi, ada kemungkinan bahwa Pigafetta telah mempelajari bahasa Melayudari Henrique sebelum mencapai Maluku". Tulisan Le Roux ini sebagaijawaban atas kritik dalam polemik yang dilontarkan C O Bladen (1931)dan kemudian W Kern (1938) dalam pendapatnya terdahulu yang ditulis dibuletin Bataviaasch Genootschap tahun 1929. Ia juga membantah ahli bahasa Sansekerta dan Melayu J Gonda yang memberikan judul "Bahasa Melayu Maluku" (Molukken Maleisch) pada analisisnya terhadap Melayu Pigafetta.
Bahasa Melayu, seperti dalam catatan beberapa peneliti, sudah dikenaldii berbagai wilayah Tanah Air dan bahasa serupa itu tidak saja dipakaidi Maluku. Bahkan, hasil penelitian Prof James Fox menyebutkansekolah-sekolah yang didirikan di Pulau Rote, wilayah paling selatanyang terpencil, pada 1774 merupakan sekolah-sekolah pertama yangmenggunakan bahasa Melayu (Fox: Harvest of the Palm) di seluruh Nusantara.
Adalah H Schuchardt, seorang linguis pertama yang tertarik pada daftarkata-kata Melayu-nya Pigafetta ketika pada 1890 meneliti tentang MelayuPortugis (Kreolische Studien, IX: Ueber das Malaio Portugiesische von Batavia und Tugu). Ia mendapati kenyataan bahwa bahasa Melayu Pigafetta adalah bahasa Melayu modern.
Sebagaimana, kemudian ditulis oleh Aslessandro Bausani bahwa haruslahdiakui bahwa jauh sebelum kunjungan bangsa asing ke Nusantara telah ada"dasar-dasar" (Bausani menekankan dengan tanda kutip) dari apa yang kemudian menjadi bahasa Indonesia. "Betapa dengan penuh kasih dan penuh rasa kemanusiaan seorang bangsakami (Pigafetta), telah mencurahkan pandangannya atas adat-istiadat,kebiasaan dan bahasa Indonesia, tanpa adanya keinginan untuk memperolehkeuntungan perdagangan dan tanpa maksud-maksud untuk penjajahan secarakolonial.
Bagaimanapun, seperti apa yang dikatakan Bausani, catatan Pigafettatentang Indonesia bisa membuka mata kita pada kejayaan bangsa ini padamasa lampau, bukan saja pada kekayaan alamnya, tetapi juga pada bahasapersatuan yang sudah lama dipakai bangsa ini. Kalau tidak ada bahasapersatuan, mana mungkin kita dalam Tanah Air yang satu ini bersatusebagai satu bangsa Indonesia? Hendrik, siapa pun dia, adalah gurubahasa Indonesia yang pertama, yang hadir pada momen yang besar, yaitupelayaran pertama Magelhaens mengelilingi dunia.
Penulis adalah wartawan senior
[ Last edited by jf_pratama at 4-11-2008 08:06 PM ] |
|
|
|
|
|
|
|
tapi setau aku yang ikut magellan tu panglima awang @ henry the black.. dia pahlawan melayu, tentulah dia ajar bahasa melayu, takkan bahasa indonesia kot... |
|
|
|
|
|
|
|
Kosakata Bahasa Indonesia Bertambah 13 Ribu
Bandung - Dalam lima tahun terakhir kosakata bahasa Indonesia bertambah 13 ribu kosakata. Dari semula hanya 78 ribu menjadi 91 ribu. Kosakata tersebut merupakan serapan dari bahasa asing, Melayu dan bahasa daerah.
Demikian disampaikan Kepala Balai Pusat Bahasa Dendy Sugono. Dendy mengatakan kosakata bahasa Indonesia sudah berkembang. Balai Bahasa telah menerjemahkan dan menyerap kosa kata di bidang keilmuan dan sub ilmu seperti teknologi informasi, ekonomi, hukum, pendidikan dan filsafat. Sementara untuk kamus kedokteran, Balai Bahasa masih berusaha.
"Itu memang agak rumit," tambah Dendy saat ditemui dalam kampanye cinta bahasa Indonesia di Cihampelas Walk, Sabtu (17/01/2009). Menurutnya, kosakata yang berhasil diserap berasal dari bahasa asing, Melayu dan bahasa daerah. Kosakata bahasa yang tercatat kini sudah menjadi 91 ribu dari 78 ribu.
Selain dilakukan di Ciwalk, kampanye gerakan cinta bahasa Indonesia ini juga dilakukan di Parisj Van Java Mall.
"Sudah setahun terakhir kemarin kita lakukan kampanye ke remaja dan masyarakat di ruang-ruang publik," ujar Dendy.
Dalam kampanye tersebut para remaja yang menggunakan selendang bertuliskan duta bahasa membagi-bagikan stiker pada pengunjung mall. Stiker tersebut berisi glosarium teknologi informasi. Di sana tertulis padanan istilah asing dengan Bahasa Indonesia.
Misalnya istilah download menjadi unduh, email menjadi pos-el (pos elektronik), gadget menjadi acang, online menjadi daring (dalam jaringan), offline menjadi luring (luar jaringan), dan homepage menjadi laman.
Selain Bandung, kampanye Gerakan Cinta Bahasa Indonesia ini dilakukan juga di kota-kota lain diantaranya Surabaya dan Sumatera Barat.
[ Last edited by jf_pratama at 17-1-2009 11:31 PM ] |
|
|
|
|
|
|
|
semakin hari semakin ketara perbezaan antara bahasa indonesia dan bahasa melayu(malaysia). buktinya tontonlah filem2 indonesia sekarang utk orang malaysia ataupun sebaliknya utk org indonesia, smpi memerlukan sarikata, barulah paham. ini jarang terjadi klu kita menonton filem2 indonesia (ataupun malaysia) zaman 70an & 80an, kan ? |
|
|
|
|
|
|
| |
|