CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 5822|Reply: 4

Candi Muaro Jambi: Komplek Candi Terluas se Asia Tenggara

[Copy link]
Post time 16-1-2010 12:44 PM | Show all posts |Read mode
Post Last Edit by jf_pratama at 16-1-2010 18:15

Post Last Edit by jf_pratama at 16-1-2010 12:18

Post Last Edit by jf_pratama at 16-1-2010 11:57

Pusara Keabadian "Menapo" Muaro Jambi
Timbuktu Harthana





Dua puluh kali lebih luas dari Candi Borobudur di Jawa Tengah dan dua kali lebih luas dari Kompleks Candi Angkor Wat di Kamboja, tak heran apabila kompleks percandian Candi Muaro Jambi pun disebut sebagai kawasan candi terluas di Asia Tenggara. Sayangnya, kawasan ini bak pusara keabadian warisan kemanusiaan karena tak satu pun candi yang wujudnya utuh.... Kompleks Candi Muaro Jambi terletak sekitar 35 kilometer sebelah utara Kota Jambi, tepatnya di Kecamatan Muara Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Takjub sekaligus ironis sepertinya dua kata yang pas untuk menggambarkan kondisi percandian di muara Sungai Batanghari itu.

Kata takjub mencuat karena luas kompleks percandian ini mencapai 2.062 hektar (20.62 km2). Mulai dari lahan yang telah dikuasai Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi, kebun milik warga, hingga kanal-kanal penghubung antar candi. Candi-candi yang tersebar di antara kanal inilah keunikan Kompleks Candi Muaro Jambi, yang tak ditemui di kompleks percandian lain di Nusantara.

Tercatat ada 11 candi utama yang ditemukan dan sebagian sudah dipugar, di antaranya Candi Gumpung, Candi Tinggi dan Tinggi I, Gedong I dan II, Kedaton, Koto Mahligai, Astano, Teluk I dan II, Bukit Sengalo, dan Kembar Batu. Hamparan candi itu belum termasuk 82 reruntuhan candi yang diperkirakan masih terkubur di dalam puluhan gundukan tanah, atau biasa disebut menapo oleh warga sekitar candi.

Bekas-bekas kanal dan parit di Candi Muaro Jambi merupakan konsep arsitektur tata kota zaman dulu yang menakjubkan. Parit selebar 2-3 meter dibuat mengelilingi candi dan berfungsi sebagai pembatas, sedangkan kanal selebar 6-10 meter dibuat mengular membelah candi-candi yang fungsinya sebagai jalur transportasi. Kanal pun menyambung dengan Sungai Batanghari.

Peneliti BP3 Jambi meyakini, transportasi utama menuju ke candi kala itu menggunakan perahu. Sistem transportasi ini tak ubahnya seperti kanal-kanal di Kota Venesia saat ini.

Ada empat kanal yang telah diberi nama, yaitu Kanal Jambi, Melayu, Terusan, dan Parit Johor. ”Selain kanal, ada Danau Kelari, sebuah danau kecil penghubung antarkanal,” kata Agus.

Selain kanal, ada dongeng menarik yang mengakar di kalangan warga sekitar candi, yaitu kisah tentang kegagalan Raja Datuk Paduka Berhala membangun sebuah candi setinggi langit dalam waktu semalam, yang diminta oleh Putri Pinang Masak. Karena jengkel, raja pun menendang candi tersebut hingga berserakan dan membentuk candi-candi kecil.

Selintas, cerita ini mirip legenda Bandung Bondowoso yang gagal membangun seribu candi untuk Roro Jonggrang, atau Sangkuriang yang tak berhasil membuat perahu serta danau untuk Dayang Sumbi.

Setelah dimanjakan rasa takjub, ironi pun muncul kala memandangi bata-bata merah yang menyusun candi itu keropos dimakan usia. Lumut hijau bersemu hitam merekat kuat, retakkan bata yang memanjang pun menjadi hiasan candi. Bahkan, hampir semua candi hanya terdiri atas bagian fondasi dan tubuhnya, sedangkan bagian atas tak terlacak entah ke mana.

Tembok dan gapura yang mengelilingi candi pun hampir tak terlihat bekasnya, seperti gapura dan tembok keliling Candi Gumpung—ditemukan tahun 1820 dan baru dipugar tahun 1982 hingga 1988—yang hanya tersisa bagian fondasinya setinggi betis hingga pinggang orang dewasa.

Ketua Kelompok Kerja Pemugaran BP3 Jambi Kristanto Januardi mengakui, sampai sekarang belum diketahui bagaimana desain bentuk bagian atas candi-candi di Kompleks Candi Muaro Jambi.

Belum ditemukan manuskrip yang menuliskan candi dibuat tahun berapa, bahkan oleh siapa. Sejumlah candi, seperti Astono atau Kedaton, yang diduga dibangun lebih dari satu tahap dengan masa pembuatan yang berbeda pun belum berdampingan dengan bukti prasasti atau catatan sejarahnya.

”Menapo”

Saat ini, Kompleks Candi Muaro Jambi memang belum bisa dijelajahi menggunakan perahu, kecuali Candi Teluk I dan II, karena terletak di seberang Sungai Batanghari. Perjalanan menghampiri beberapa candi akan melewati sejumlah menapo yang telah diberi patok merah, bertuliskan nomor dan BP3. Menapo-menapo itu terletak di kebun-kebun durian, duku, dan cokelat milik warga desa.

Bentuk menapo tak ubahnya gundukan tanah setinggi 0,5 sampai 1 meter. Akan tetapi, dulu, menapo-menapo itu tingginya ada yang sampai 3-6 meter. Menurut penjelasan warga, kata menapo berasal dari kata napo, yaitu sejenis kancil dalam bahasa setempat. Ketika banjir, napo mengungsi di gundukan bukit-bukit kecil. Akhirnya, warga menyebut bukit-bukit kecil tempat napo bersembunyi itu dengan istilah menapo.

Umumnya, nama candi mengikuti nama menapo tempat candi ditemukan. Yang memberi nama pun warga desa, salah satunya Candi Astano.

Tak hanya itu, anggrek berukuran raksasa, yang disebut anggrek macan jambi (Gramma top phyllum speciosum), terlihat eksotik di atas dahan-dahan pohon durian di sekitar menapo.

Candi ini sempat terkubur sampai akhirnya ditemukan kembali oleh tentara Inggris, SC Crooke, tahun 1820. Sayangnya, sekali lagi, karena jenis batunya adalah batu bata, kebanyakan candi yang ditemukan tak utuh kondisinya.

Pemugaran candi dilakukan secara bertahap dan satu per satu. Sejak tahun 1970-an hingga kini, pemugaran terus berlanjut, yaitu pada Candi Kedaton.

Begitulah adanya Candi Muaro Jambi. Sebuah peninggalan budaya yang maha-agung di tanah Nusantara, yang menua karena proses alam. Dan, kalau tak dijaga, yang tertinggal hanya pusara dan ceritanya....
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 16-1-2010 12:49 PM | Show all posts
Post Last Edit by jf_pratama at 16-1-2010 12:14

Desa Wisata Pelengkap Warisan Budaya
Timbuktu Harthana










Target Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi adalah membawa Candi Muaro Jambi masuk dalam daftar warisan dunia (world heritage list) menyusul Candi Borobudur dan Prambanan, yang 19 tahun lebih awal telah tercatat di daftar itu. Perlahan, kawasan di sekitarnya mulai dibenahi dan disiapkan menjadi desa wisata, dengan harapan cita-cita besar tersebut segera tercapai. Setidaknya, Candi Muaro Jambi harus bersaing dengan kampung Tana Toraja di Sulawesi Selatan dan sistem subak di Bali yang telah masuk dalam daftar sementara Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), yang menilai dan menetapkan sebuah situs layak disebut sebagai warisan dunia. Untuk itu, butu* kerja keras dosir (berkas dan dokumen) tentang Candi Muaro Jambi yang dibuat Pemerintah Provinsi Jambi bersama Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi, akhir tahun 2009, untuk mampu meyakinkan UNESCO.

Selain itu, banyak hal yang harus disiapkan agar itu terwujud. Salah satunya adalah menata masyarakat sekitar candi supaya lebih peduli dan memanfaatkan Candi Muaro Jambi sebagai bagian dari kegiatan hidup mereka. ”Kami menargetkan, tahun 2015 Candi Muaro Jambi sudah masuk sebagai warisan dunia,” ujar Agus Widiatmoko dari Bagian Publikasi dan Dokumentasi BP3 Jambi.

Sebagai kompleks percandian kuno sisa peninggalan masa keemasan agama Buddha di Nusantara, sekitar abad VII-XIV, Candi Muaro Jambi menyimpan keagungan budaya yang belum tergali. Lebih-lebih kehidupan masyarakatnya, yang kaya nilai-nilai kegotongroyongan, kepedulian sosial, dan kebersamaan. Bahkan, senyum ramah warga Desa Muaro Jambi, desa terdekat dengan kompleks candi, merupakan modal kuat desa tersebut menjadi desa wisata.

Berjarak 35 kilometer arah utara Kota Jambi, atau 45 menit jika ditempuh dengan kendaraan bermotor melewati jalan darat, Candi Muaro Jambi ternyata bisa diakses lewat jalur Sungai Batanghari.

Menggunakan perahu ketek, dari kawasan wisata Tanggo Rajo di pusat Kota Jambi, waktu tempuhnya tak lebih dari 30 menit. Jika ingin merasakan budaya sungai masyarakat Jambi, rute Batanghari bisa menjadi pilihan. Ongkosnya sekitar Rp 200.000-Rp 250.000 per perahu ketek untuk 10-15 orang.

Tidak seperti tiga empat tahun lalu, sekarang ini jalan menuju Candi Muaro Jambi semuanya beraspal. Rute menuju ke candi pun banyak pilihan, yakni melalui daerah Olakkemang, sembari mampir ke pusat perajin batik khas Jambi, atau melalui rute lama, lewat Sengeti. Lebih disarankan lewat rute Olakkemang karena bakal banyak dijumpai rumah panggung berarsitektur kuno dengan ukiran kayu Jambi lama. Tentunya menarik sekali untuk diabadikan dengan kamera foto atau direkam dengan kamera video.

Masuk ke kawasan kompleks percandian, beberapa pemuda desa di pos keamanan menyapa ramah para pengunjung yang datang. Gaya mereka santai, tetapi tetap sopan. Di antaranya adalah Brata dan Abdul Haviz yang tergabung dalam Paguyuban Pemuda Candi Muaro Jambi (PPCMJ). Mereka siap menjadi pemandu bagi wisatawan yang haus informasi tentang candi. Mereka juga mitra dari BP3 Jambi, yang secara tak langsung menjadi garda depan pelestarian candi.

Biasanya, pemandu akan mengantar wisatawan keliling ke lokasi-lokasi candi yang telah dipugar, seperti Candi Gumpung, Candi Tinggi, dan Tinggi I, Candi Kembar Batu, Candi Gedong, hingga ke Candi Astano. Pastinya sedikit melelahkan, apalagi di tengah hari yang terik. Sebab, jarak antarcandi sekitar 200-400 meter dan itu harus ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan setapak bersemen selebar 1 meter.

Dalam perjalanan menyusuri candi dan menapo yang mengubur reruntuhan candi akan dijumpai sejumlah masyarakat desa yang memiliki kebun buah- buahan di sekitar candi. Pohon durian, rambutan, dan duku paling banyak ditanam di sana. Buah duku Jambi yang berukuran besar dan berasa manis itu kebanyakan dikirim ke Jakarta dan dijual dengan label duku Palembang. Maklum, duku Palembang sudah punya nama, sedangkan duku Jambi belum dikenal orang. Padahal, rasanya sama enaknya. Sruupp....

Sinergi

Kesadaran masyarakat mengelola Candi Muaro Jambi sebagai aset pariwisata sudah membenih. Bahkan, menurut tuo tenganai (tokoh masyarakat) di Desa Muaro Jambi, Adam Huri (63), sebagian warga berkeinginan sektor pariwisata Candi Muaro Jambi dikelola bersama pemerintah daerah dan masyarakat desa sekitar kompleks candi. Harapannya, tidak ada warga yang tergusur dari tanah mereka, tetapi warga malah diajak mengelola dan menciptakan fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata.

Adam yang juga mantan guru meminta masyarakat jangan sampai digusur atau hanya sebagai penonton. ”Kami tidak mau seperti kasus warga di sekitar Candi Borobudur yang terabaikan. Masyarakat harus diberdayakan,” kata Adam.

Misalnya, menjadikan bekas pemilik lahan menapo sebagai juru pelihara candi. Sejumlah warga juga mulai menyulap rumahnya menjadi rumah inap (home stay) bagi wisatawan yang ingin bermalam dan mengenal kehidupan penduduk lokal Muaro Jambi. Tarifnya sekitar Rp 250.000 per malam.

Abdul Havis yang biasa disapa Ahok menambahkan, PPCMJ terus mencari model-model kegiatan wisata untuk menarik masyarakat mengunjungi Candi Muaro Jambi. Mulai dari mengundang siswa SD di Kabupaten Muaro Jambi agar mereka bisa bercerita kepada keluarganya di rumah hingga gagasan wisata berburu durian. Paket wisata berburu dan menunggu durian runtuh itu terbilang sederhana, tetapi banyak wisatawan asing yang ternyata suka melakukannya.

Ada dua pondok berbentuk rumah panggung sederhana berukuran 4 x 5 meter yang disiapkan, beserta toilet sederhana, bagi turis yang ingin bermalam di kebun menunggui durian jatuh. ”Turis asing suka mendengar bunyi durian yang jatuh, buukk..., tetapi kalau makan durian, mereka tidak doyan,” kata Ahok.

Soal promosi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jambi terbilang getol menawarkan Candi Muaro Jambi sebagai obyek wisata unggulannya. Tiap pameran pariwisata sampai kerja sama dengan biro perjalanan wisata juga telah digagas. Kini, kunjungan wisatawan di candi ini mencapai 600 orang per bulan dari yang sebelumnya di bawah 500 orang per bulan. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jambi Guntur mengatakan, tamu dinas ataupun swasta yang datang ke Kota Jambi pasti diajaknya ke kompleks percandian.

Mempertahankan tradisi

Gagasan desa wisata tampaknya cocok dikembangkan di perkampungan di sekitar Candi Muaro Jambi. Sebab, perkampungan di pinggir Sungai Batanghari ini masih menyisakan beberapa rumah panggung berarsitektur Jambi lawas, termasuk menyediakan perahu sebagai alat transportasi terpenting mereka saat Sungai Batanghari banjir. Bagi orang luar Jambi, hal ini adalah daya tarik yang tak pernah mereka dapati saban hari.

Tradisi gotong royong tetap terjaga sampai sekarang, mulai dari mengadakan pesta pernikahan, melakukan panen raya, sampai mengurus pemakaman. Jika salah satu keluarga menggelar acara pernikahan, tiap warga desa wajib menjadi panitianya. Entah sebagai juru masak atau hanya sebagai penjemput piring yang dipinjam dari kampung tetangga. Semuanya harus terlibat.

Saat ada warga yang meninggal, keluarga yang ditinggalkan tak perlu repot memikirkan prosesi pemakaman karena semuanya diurus oleh persatuan kematian. Warga yang datang melayat umumnya menolak jika disuguhi makanan dan minuman, sebagai bentuk belasungkawa mereka. Seperti adat di Jawa, para betina, sebutan bagi perempuan Jambi, membawa beras satu kaleng susu, sedangkan kaum jantannya (laki-laki) biasanya menyumbang uang secara sukarela.

Tradisi ini pun mutlak berlaku bagi pendatang yang menetap di desa mereka. ”Dimano tembilang tercacak, di situ tanam tumbuh. (Maksudnya, di mana kita tinggal, kita harus mengikuti tradisi yang berlaku),” kata Adam Huri yang memberi gambaran tradisi masyarakat desanya yang berbenah menjadi desa wisata, seperti desa wisata yang menjamur di Yogyakarta dan Bali.
Reply

Use magic Report

Post time 16-1-2010 09:31 PM | Show all posts
kenapa di indonesia bnyak candi2, di msia ada pun kat kedah saja
Reply

Use magic Report

Post time 17-1-2010 01:18 PM | Show all posts
kat Selatan Thai ada candi org Ligor....
Reply

Use magic Report

Post time 19-1-2010 11:29 AM | Show all posts
2# jf_pratama

saya pernah ke jambi tapi tidak sampai ke candi muaro jambi ni...
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

3-1-2025 01:52 PM GMT+8 , Processed in 0.052866 second(s), 16 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list