CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: viewx

INDONESIA = DEFENCE -MILITARY ISSUES

[Copy link]
Post time 3-6-2020 02:30 PM | Show all posts
Spek Elang Hitam Kombatan akan Menyamai Drone CH-4 Rainbow



Pengembangan PUNA atau Drone Elang Hitam Kombatan, Elang Hitam (EH-4) dan EH-5. Spesifikasi tersebut akan menyamai Drone CH-4 Rainbow buatan China.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan langkah percepatan pengembangan Drone buatan lokal untuk mendapatkan PUNA MALE dengan spek Kombatan atau Unmaned Combat Aerial Vehicle (UCAV), dalam jangka waktu yang dipercepat dari tahun 2024 menjadi 2022.

Percepatan pembuatan MALE Kombatan ini dilakukan dengan melengkapi desain Drone Elang Hitam (EH-1), dengan sistem persenjataan, menjadi desain PUNA MALE Kombatan EH-4 dan EH-5.



Drone CH-4 Rainbow TNI AU (photo : Roby Aeros)

Percepatan pembuatan MALE Kombatan ini dilakukan dengan melengkapi desain Drone Elang Hitam (EH-1), dengan sistem persenjataan, menjadi desain PUNA MALE Kombatan EH-4 dan EH-5.

Awalnya program PUNA MALE Kombatan EH-4 dan EH-5, targetnya tersertifikasi di Tahun 2024, dan EH-1 sampai EH-3, adalah pengembangan di tahun 2020-2022.

"Dengan persetujuan Presiden Joko Widodo pada Ratas tadi, maka Drone Elang Hitam Kombatan EH-4 dan EH-5, akan dikembangkan pada tahun 2020-2022 juga bersama dengan EH-1,2,3. Disinilah terjadi percepatan pengembangan," kata Hammam.

"Jadi Drone Elang Hitam juga dilengkapi fungsi ISTAR, yaitu Intelligence, Surveillance, Target Acquisition and Reconnaissance, dan sistem persenjataan," ujarnya.

Selain drone, ia mengusulkan agar juga pemerintah memikirkan pengembangan sistem pertahanan atau Alutsista anti Drone.

"Hal ini seperti yang sudah dilakukan Turki, sistem pertahanan anti Drone nya terus dikembangkan. Seperti dengan menggunakan laser. Kami sudah mulai melakukan kliring atau penguasaan teknologi untuk sistem tersebut," katanya.

https://www.cnbcindonesia.com/ne ... l-jadi-cctv-terbang

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 3-6-2020 02:45 PM | Show all posts
Semakin Gahar Dan Berkelas

Program MEF (Minimum Essential Force) TNI digulirkan tahun 2010 dan saat ini sudah masuk tahun 2020. Berikut adalah hasil karya program besar itu di tiga matra TNI:

10 TAHUN TNI SHOPPING ALUTSISTA

Penambahan Alutsista TNI AD

ü  56 unit MLRS Astros II Mk6 dari Brazil
ü  55 unit Artileri Caesar Nexter dari Perancis
ü  18 unit Artileri KH 179 dari Korsel
ü  54 unit Artileri  KH178 dari Korsel
ü  38 unit Artileri M109 A4 GS dari Belgia
ü  103 unit Tank Leopard dari Jerman
ü  50 unit Tank Marder dari Jerman
ü  350 unit Panser Anoa dari Pindad
ü  22 unit Panser Tarantula dari Korsel
ü  10 unit Panser APC Norinco dari China
ü  12 unit Ranpur Bushmaster dari Australia
ü  150 unit Tank M113 dari Belgia
ü  5 unit Tank M113 Arisgator dari Italia
ü  18 unit Ponton  M3 dari Ceko
ü  22 unit Panser Pandur II dari Ceko
ü  12 unit Helikopter angkut Mi17 dari Rusia
ü  5 unit Helikopter serbu Mi35 dari Rusia
ü  8 unit Helikopter serbu Apache dari AS
ü  30 unit Helikopter Bell 412 Ep  AS/ PT DI
ü  12 unit Helikopter Fennec  Perancis/ PT DI
ü  10 unit Arhanud TD2000 dari China
ü  Paket Rudal Grom dari Polandia
ü  Paket Rudal Starstreak dari Inggris
ü  Paket Rudal Mistral dari Perancis
ü  Paket Rudal anti tank Javelin dari AS
ü  Paket Rudal anti tank NLAW dari Swedia
ü  Paket Rudal anti tank Milan dari Perancis

Penambahan Alutsista TNI AL


ü  3 Fregat Bung Tomo Class dari Inggris
ü  2 Fregat PKR 10514 Belanda dan PT PAL
ü  8 Kapal Cepat Rudal 40 m dari  swasta nasional
ü  6 Kapal Cepat Rudal 60 m dari PT PAL
ü  2 Kapal riset Oceanography dari Perancis
ü  10 Kapal LST  dari swasta nasional
ü  1 Kapal LPD dari PT PAL
ü  3 Kapal Selam Changbogo Korsel/PAL
ü  3 Kapal Tanker BCM dari swasta nasional
ü  1 Kapal Latih Layar dari Spanyol
ü  16 Kapal Patroli Cepat dari swasta nasional
ü  4 Pesawat CN 235 MPA dari PT DI
ü  4 Pesawat Bonanza Beechcraft dari AS
ü  2 Pesawat latih Baron G58 dari AS
ü  5 Helikopter Bell 412Ep AS / PT DI
ü  11 Helikopter AKS Panther dari Perancis
ü  14 Drone Scan Eagle dari AS
ü  60 unit Tank Amfibi BMP3F dari Rusia
ü  15 unit Tank Amfibi LVTP dari Korsel
ü  5 unit Panser Amfibi BTR4 dari Ukraina
ü  9 unit roket MLRS RM Grad dari Ceko
ü  8 unit roket MLRS Vampire dari Ceko
ü  4 unit Norinco type 90 dari China
ü  Paket Rudal anti kapal C705 dari China
ü  Paket Rudal anti kapal C802 dari China
ü  Paket Rudal anti kapal Exocet dari Perancis
ü  Paket Rudal anti kapal Yakhont dari Rusia
ü  Paket Rudal QW3 Marinir dari China

Penambahan Alutsista TNI AU


ü  6 Jet tempur Sukhoi SU30 dari Rusia
ü  24 Jet tempur F16 blok 52 Id dari AS
ü  16 Jet latih tempur T50 dari Korea Selatan
ü  16 Pesawat coin Super Tucano dari Brazil
ü  9 Pesawat  Hercules dari Australia
ü  12  Pesawat CN295 dari Spanyol/PT DI
ü  24 Pesawat  KT01 WB dari Korea Selatan
ü  24 Pesawat latih Grob dari Jerman
ü  6 Pesawat patroli CN235 MPA dari PT DI
ü  6 UAV Aerostar dari Israel
ü  6 UCAV Wing Long dari China
ü  12 UAV Wulung dari PT BPPT dan PT DI
ü  9 Helikopter EC725 dari Perancis
ü  6 Helikopter Super Puma dari Perancis
ü  1 Helikopter AW101 dari Inggris/Italia
ü  8 Radar Master T dari Inggris
ü  2 Radar Weibel dari Denmark
ü  1 Radar Vera Ng dari Ceko
ü  4 Batt Oerlikon Skyshield dari Swiss
ü  1 Batt Nasams 2 dari Norwegia
ü  Paket Rudal untuk 16 Sukhoi dari Rusia
ü  Paket Rudal untuk 24 F16 dari AS
ü  Paket Rudal Chiron Paskhas dari Korsel
ü  Paket Rudal  QW3 Paskhas dari China
****








Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 4-6-2020 09:42 AM | Show all posts
Edited by rifa at 4-6-2020 09:43 AM

KRI Klewang, Kapal Perang Siluman Buatan Indonesia

Menanti Kehadiran Kapal Siluman KCR Klewang 2 Garapan PT Lundin Banyuwangi














kabar baiknya, akan segera menyusul pengganti dari KRI Klewang yang sudah memasuki tahapan produksi, serta akan segera diresmikan pada tahun ini. Untuk sementara adik dari KRI Klewang tersebut diberi nama Klewang 2.

https://jurnalpresisi.pikiran-ra ... an-indonesia?page=2

https://www.airspace-review.com/ ... -lundin-banyuwangi/

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 4-6-2020 10:43 AM | Show all posts
2008-2018, Satu Dekade Kerjasama Antara Indonesia Dan Turki Dalam Pengujian Terowongan Angin Untuk Pengembangan Pesawat Udara Nir Awak (UAV, Unmanned Aerial Vehicle)


Vice President Turkish Aerospace for Corporate Marketing and Communication, Tamer Özmen, dan Executive Vice President for Unmanned Air System, Omer Yildiz, bersama tim manajemen lainnya telah berkunjung ke Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aerolastika dan Aeroakustika (BBTA3) BPPT, di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK), Tangerang Selatan, 11 Oktober 2018.



Kampanye pengujian terowongan angin pertama dilakukan terhadap model ANKA dengan konfigurasi penuh (full configuration) dan model sayap 2D. Kampanye pengujian ini diarahkan untuk memperoleh karateristik aerodinamik dari varian pertama.

Kampanye pengujian ini dilakukan selama delapan bulan sejak Maret hingga November 2008. Data yang terkumpul sangat banyak selama pengujian ini memegang peranan yang sangat penting baik bagi pengembangan perangkat lunak untuk sistem kendali autopilot, maupun untuk memverifikasi kinerja terbang sebelum terbang perdana.

Kerjasasama antara BBTA3 (Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika) BPPT dan Turkish Aerospace telah dimulai sejak 2008 ketika kampanye pertama pengujian terowongan angin dilakukan di ILST (Indonesian Low Speed Tunnel) untuk ANKA, sebuah pesawat udara nir awak kelas MALE (Medium Altitude Long Endurance) milik Turkish Aerospace.

Pada kunjungan tersebut Ozmen menyampaikan bahwa Turkish Aerospace memberikan appresiasi yang tinggi atas kontribusi BPPT melalui BBTA3 dalam pengembangan Unmanned Air Systemnya. Ozmen menyampaikan bahwa sejak 2008 BBTA3 dan Turkish Aerospace telah dan sedang berkolaborasi dalam lima kampanye pengujian terowongan angin untuk pesawat udara nir awak.

Kampanye pengujian kedua dilakukan di ILST pada April-Mei 2015 untuk varian lain ANKA termasuk varian SATCOM. Pengujian terhadap model terskala pada kampanye ini dilakukan untuk memperoleh efek-efek deformasi sayap, instalasi alat komunikasi seperti: radomes SAR dan SATCOM, Kamera EO/IR, winglets dan air inlets terhadap karakteristik aerodinamika ANKA.

Kampanye pengujian terowongan angin ketiga di ILST dilakukan terhadap sayap ANKA-NG (Next Generation) dalam skala penuh pada Juni 2015. Data hinge moment aerodinamik untuk sayap 2D diperoleh untuk berbagai defleksi trailing edge. Data ini ini sangat penting dalam pengembangan deicing system atau antsipasi kontaminasi pada permukaan sayap selama siklus operasi.

Kampanye pengujian terowongan angin keempat dilakukan untuk ANK-NG di ILST BBTA3 dalam model terskala. Pada pengujian ini efek geometri sayap baru terhadap gaya dan momen aerodinamika dikaji sebanyak 60 polar data valid.

“Keempat kampanye pengujian terowongan angin ANKA di ILST telah memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan ANKA UAV System dengan performa terbang yang superior dan peningkatan fitur-fitur keselamatan,” ungkap Tamer Ozmen, Vice President Turkish Aerospace untuk Corporate Marketing and Communication pada kungjungannya 11 Oktober lalu ke BBTA3 BPPT.

Ozmen mengatakan bahwa saat ini ANKA merupakan UAV kelas MALE yang combat proven untuk Intelligence, Reconnaissance, Surveillance and Strike System baik untuk keamanan dalam negeri maupun operasi pengintaian maritim. ANKA kini siap untuk misi-misi militer yang diperlukan dengan berbagai konfigurasi payload.

Saat ini Turkish Aerospace meneruskan kolaborasinya dengan BBTA3 untuk yang kelima kali dalam pengujian terowongan angin Sistem UAV baru untuk High Payload Capacity.

Kampanye pengujian kelima ini ditujukan untuk memperoleh karakteristik aerodinamika model pesawat baru mereka ,YFYK, yang terskala dalam konfigurasi penuh. Kampanye pengujian ini dimulai September 2018 dan direncanakan untuk memperoleh 233 polar data aerodinamika termasuk untuk berbagai defleksi bidang kendali dan berbagai konfigurasi payloads hingga akhir Oktober 2018.

Ozmen menambahkan bahwa Turkish Aerospace sangat berterima kasih atas kontribusi BPPT melalui BBTA3 dalam keberhasilan pengembangan product line UAV Turkish Aerospace, dia berharap kolaborasi ini berkelanjutan untuk masa-masa yang akan datang.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika, dan Aeroakustika (BBTA3), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Fadilah Hasim mengakui kerja sama dengan Turkish Aerospace dalam pengujian aerodinamika UAV sangat bermanfaat. Fadilah mengatakan bahwa pada tahun 2008 ketika BBTA3 BPPT (dulu LAGG) memulai kerja sama pengembangan UAV ANKA dengan Turkish Aerospace, teknologi pesawat nir awak baru mulai berkembang.

“Kampanye pengujian terowongan angin ANKA memberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman mempelajari pesawat-pesawat kecil UAV atau pesawat dengan bilangan Reynolds rendah,” ungkap Fadilah.

Menurut Fadilah, database aerodinamika untuk bilangan Reynolds rendah ini masih relatif terbatas dibanding dengan database untuk bilangan Reynolds tinggi yang biasa dilmiliki pesawat-pesawat besar yang sudah banyak terdapat di buku dan berbagai literatur.

“Tapi pesawat dengan sayap kecil yang sangat sensitif walaupun terhadap gangguan kecil yang kecil, masih belum banyak databasenya. Kami jadi ada kesempatan untuk mengkaji,” imbuh dia.

Fadilah menjelaskan fasilitas pengujian model pesawat yang ada di BBTA3 BPPT yaitu ILST (Indonesian Low Speed Tunnel) adalah terowongan angin dengan seksi uji berukuran 4 m × 3 m yang dibangun oleh Presiden B.J. Habibie menggunakan teknologi asal Jerman dan Belanda.

“Terowongan angin kami sangat presisi dengan intensitas turbulensi yang sangat rendah di bawah 0,1 persen, lapisan batas yang sangat tipis di bawah 5 persen , dan sudut aliran yang sangat seragam” ujar Fadilah.

“Terowongan angin ILST adalah terowongan angin kelas dunia, dan kami selalu berupaya yang terbaik untuk menjaganya dengan baik” lanjut dia. (BBTA3 BPPT/Humas/HMP)

https://www.bppt.go.id/teknologi ... nned-aerial-vehicle


Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 6-6-2020 03:16 PM | Show all posts
Klewang 2 akan Diluncurkan Tahun Ini


KRI Klewang 2 pada Januari 2017 (photo : NorthSeaboats)



KRI Klewang pada Februari 2019, Defense Studies mendapat info bahwa sekarang hull sudah selesai dengan material yang lebih tahan api dan kapal tinggal menunggu kedatangan mesin. Mesin kapal adalah 4x MAN 1800 marine diesel engine @1.800 PK (photo : Defence.pk)


KRI Klewang yang sudah memasuki tahapan produksi, serta akan segera diresmikan pada tahun ini. Untuk sementara adik dari KRI Klewang tersebut diberi nama Klewang 2.

https://jurnalpresisi.pikiran-ra ... an-buatan-indonesia

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 10-6-2020 10:10 PM | Show all posts
Edited by rifa at 10-6-2020 10:17 PM

[EKSKLUSIF] Babak Baru, Sayap Tempur Bangsa

UPGRADE F-16 A/B TNI AU SKADRON TEHNIK . RAHASIA F-16 DI BONGKAR ENGGINER TNI AU .


Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 10-6-2020 10:26 PM | Show all posts
Edited by rifa at 10-6-2020 10:30 PM

Indonesia Looking At Iver Huitfeldt-Class Frigate To Boost TNI-AL’s Blue Water Force



The Indonesian Government appears to be moving forward with a plan to procure two large displacement frigates for the Indonesian Navy (TNI-AL). The frigates would be based on the Danish Iver Huitfeldt-class and built at local shipyard PT PAL.

Following the Natuna standoff with China back in January this year (in which dozens of Chinese vessels were fishing in Indonesia’s Exclusive Economic Zone), Indonesia recognizes the lack of oceangoing vessels for TNI-AL and BAKAMLA (the Indonesian Maritime Security Agency). As a consequence, plans were mooted for the procurement of large displacement vessels based on Danish designs. Local media makes mention of this, quoting a Defense Minister statement made as early as January 17.

In February, an Indonesian defense delegation visited Denmark and toured the Danish Navy Iver Huitfeldt-class frigate Niels Juel. The delegation was briefed by Odense Maritime Technology (OMT) and Naval Team Denmark. Pictures of the visit were shared on social media by the Indonesian Embassy in Denmark.

Lastly, according to local media, the deputy minister of defense said in March that Indonesia’s PT PAL was tasked to develop a design for 2 ships over 5 years, for Rp1.1 trillion (or USD720 million) in collaboration with Denmark, for TNI-AL.




Contacted by Naval News for comment, Naval Team Denmark’s Managing Director and former Chief of the Danish Navy, said:

Naval Team Denmark can confirm that Indonesia – amongst other nations – have shown interest for the Danish Iver Huitfeldt frigates. However, I am not able to comment on your specific questions.

Rear Admiral (ret.) Nils Wang


We also reached out to Collin Koh, research fellow at the Maritime Security Programme, S. Rajaratnam School of International Studies in Singapore:

Naval News – Collin, how would two large frigate be enough to deter China in the SCS ? Wouldn’t the procurement of smaller vessels (like additional PKR or even Ocean Going OPVs) be more usefull because for the same budget Indonesia would get more hulls ?

Collin Koh – Two large frigates aren’t enough to cover the Natuna waters, where Chinese incursions are observed to take place often. At best, at any point of time, 1 out of the pair of these new frigates would be on station, albeit for a finite period of time and provided proper maintenance, repairs and overhaul schedules are adhered to.

Of course, with the same budget, more but smaller OPVs could be acquired. However, I would surmise a few reasons behind the quest for the Iver Huitfeldt class. The first is that the Indonesians are looking at a larger major surface combatant beyond the PKR that is based on the SIGMA class, which is classified a light frigate. The second is the unique mission modular concept offered for the Danish design, which the Indonesians could be interested in adapting for future warships.

It would appear that the Indonesians are keen on commonalities between the navy and BAKAMLA, which could be made possible with a robust modular concept.


[quote]Naval News – The Iver Huitfeldt is quite a more complex (and larger) ship compared to the PKR. Do you trust that local shipyard PT Pal would have no issues building those ships locally ?

Collin Koh – And to add that the Iver Huitfeldt is larger as well, and represents a wholly new design that PT PAL has to deal with. With proper tech transfer under the guidance of their Danish counterparts, and of course with Jakarta’s commitment to the programme, it’s possible for PT PAL to overcome initial problems of the learning curve and gradually become able to build the ships indigenously.

We can take example from PT PAL’s collaboration with DSME on license construction of submarines. There were initial hiccups, especially over tech transfer, but these were later overcome and the Indonesians eventually managed to construct the third Nagapasa-class submarine, and became Southeast Asia’s first country to build submarines locally.

For the record, Iver Huitfeldt-class is the parent design for the future Type 31 frigate of the Royal Navy. A variant of the class was also being proposed for Singapore’s MRCV requirement. The Iver Huitfeldt-class frigates of the Danish Navy have conducted several Carrier Strike Group deployments.
The Iver Huitfeldt-class is a 138 meters long anti-air warfare frigates of 6600 tonnes displacement, built by Odense Staalskibsvaerft for the Royal Danish Navy. Three have been built and all of them were commissionned in 2011.

The hull design of the Iver Huitfeldt-class is derived from the Absalon-class.  The 32-cell Mk. 41 vertical missile launcher and 4 Standard Flex container positions amidships makes this platform a highly capable AAW frigate. The armament further includes two 76 mm OTO Melara guns forward and one 35 mm CIWS (Millennium) gun aft. They can carry an MH-60 helicopter.

The Standard Flex concept is a combination of standard platforms and different exchangeable weapon and system modules to match different missions or roles. Sensors and systems common to all roles are permanently fitted. As a truly “plug and play” concept it offers unique operational flexibility and exceptional lifelong logistic and financial advantages.

Mains specifications

Displacement: 6 600 tonnes (full load)
Length: 138m
Beam: 19.75m
Draft: 5.3m
Propulsion: 4 MTU 8000 20V M70 diesel engines. 2 shafts, CODAD
Speed: 28 knots
Range: 9 000 nautical miles @15 knots
Crew: 117 (total accommodation 165)
Weapons: 4 × Mk 41 VLS with up to 32 SM-2 IIIA surface-to-air missiles ; 2 × Mk 56 VLS with up to 24 RIM-162 ESSM ; Harpoon block SSM; 1 × 35mm CIWS ; 2× OTO Melara 76 mm; 2 × dual MU90 Impact ASW torpedo launchers
http://www.navalnews.com/naval-news/2020/06/indonesia-looking-at-iver-huitfeldt-class-frigate-to-boost-tni-als-blue-water-force/

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 10-6-2020 10:34 PM | Show all posts
Edited by rifa at 11-6-2020 02:28 PM

Bell  Product  V-22 Osprey TNI AD




https://www.bellflight.com/products/bell-boeing-v-22/idn

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 11-6-2020 02:27 PM | Show all posts
TNI AL Akan Membeli 8 Attack Heli



Pengembangan Kekuatan Penerbangan TNI Angkatan Laut ke Depan

Membahas Pengembangan kekuatan Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) ke depan, maka perlu melihat kembali sejarah penerbangan Angkatan Laut di masa lalu yang telah merumuskan enam fungsi Penerbangan TNI Angkatan Laut yang terdiri dari intai udara taktis, anti kapal selam, anti kapal permukaan, pendaratan pasrat lintas helikopter, dukungan logistik cepat dan pengamatan laut.

Setelah masa perintisan, maka pada masa penerusan sampai dengan saat ini, beberapa pesawat udara yang pernah dimiliki pada era perintisan telah tua dan harus dihapus dari jajaran Penerbangan Angkatan Laut.

Selanjutnya mulai berdatangan pesawat udara patrol maritim jenis Nomad N-22/24 buatan Australia sebanyak 19 buah, Casa NC-212 buatan PT Nurtanio sebanyak 13 buah, helikopter BO-105 Bolkow buatan PT Nurtanio sebanyak sepuluh buah, helikopter Super Puma AS-332 buatan IPTN sebanyak dua buah, helikopter AKS Wasp AH-12A buatan Agusta Westland Inggris sebanyak sepuluh buah, pesawat angkut sedang jenis Buffalo DHC-5 buatan Kanada sebanyak dua buah,

Helikopter NBell-212 dari Basurtanal satu buah, Helikopter NBell-412 sampai saat ini tercatat sebanyak delapan buah, pesawat latih jenis Bonanza F-33A buatan Amerika sebanyak dua buah, pesawat latih jenis Tampico TB-9 buatan Perancis, helikopter latih jenis colibri EC-120 B sebanyak tiga buah, Pesawat Casa NC-212 Patmar tiga buah, Pesawat latih Tobago TB-10 sebanyak lima buah, pesawat latih Bonanza G36 sebanyak sembilan buah, pesawat latih jenis Baron G58 sebanyak dua buah dan King Air 350i sebanyak satu buah.

Pengadaan 8 attack heli dan 6 pesawat angkut sedang

Sesuai dengan kebijakan strategis TNI Angkatan Laut, maka Penerbangan Angkatan Laut mulai menata kembali kebutuhan pesawat udara sesuai dengan fungsinya yaitu pengadaan CN-235 MPA sebanyak lima buah untuk menggantikan 19 unit Pesud Nomad yang sudah memasuki tahap disposed atau penghapusan, helikopter Panther AS565 MBe untuk anti kapal selam dan anti kapal permukaan sebanyak sebelas buah.

Beberapa jenis pesawat yang masih dalam proses perencanaan dan pengadaan antara lain heli dan pesawat angkut sedang direncanakan sebanyak enam buah, heli attack sebanyak delapan buah, dan hibah pesawat tanpa awak atau UAV dari Amerika Serikat sebanyak enam buah yang akan bergabung dalam skuadron baru yaitu Skuadron 700 PUTA.

Ke depan pengembangan kekuatan Penerbangan Angkatan laut tidak hanya pada pemenuhan kebutuhan pesawat udara sesuai dengan fungsi asasinya, namun pengembangan organisasi juga menjadi fokus dalam melengkapi kebutuhan operasional Penerbangan Angkatan laut.

https://www.tnial.mil.id/assets/majalah/PDF-20191220-064521.pdf


Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 11-6-2020 03:02 PM | Show all posts
Minimum Essential Forces bukan akhir, tapi awal







Selama kurun waktu sekitar satu dekade terakhir, istilah minimum essential forces (MEF) atau kekuatan pokok minimum kerap kita dengar seiring berita pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sesuai dengan arti kata “minimum” itu sendiri, istilah MEF merujuk pada jumlah dan kemampuan kekuatan alutsista paling minimum yang dibutuhkan oleh TNI untuk menghadapi ancaman yang sudah diproyeksikan selama beberapa waktu ke depan.

Yang mungkin sudah mulai banyak dilupakan adalah bahwa sesungguhnya tercapainya jumlah seperti tertuang dalam perencanaan MEF, bukan berarti TNI berhenti belanja alutsista.

Nyatanya banyak orang yang mengira bahwa setelah program pengadaan dalam kerangka MEF selesai, berhenti pula proses pengadaan alutsista TNI.

Padahal, kembali lagi ke arti kata “minimum” itu sendiri, tercapainya MEF memiliki arti bahwa kekuatan alutsista TNI barulah sampai pada level paling dasar sesuai kebutuhan.

Singkatnya, baru kekurangannya yang “ditambal”. Proses menuju kekuatan pertahanan yang kredibel masih harus menempuh jalan cukup panjang.

Alih-alih selesai, pencapaian target MEF justru merupakan ambang batas untuk tahapan selanjutnya, di mana kekuatan alutsista TNI harus terus dibangun dan dipelihara sehingga terwujud kekuatan yang kredibel, baik dari aspek teknologi maupun aspek kemampuan pengoperasian yang optimal.

Tak bisa dipungkiri, di negara manapun yang namanya belanja alutsista kerap “dibenturkan” dengan kepentingan pencapaian kesejahteraan rakyat.

Memang benar bahwa kesejahteraan rakyat harus jadi prioritas. Namun jangan dilupakan bahwa keutuhan wilayah negeri serta keamanan negara dan bangsa juga merupakan salah satu bentuk kesejahteraan.

https://www.airspace-review.com/ ... an-akhir-tapi-awal/


Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 12-6-2020 07:25 PM | Show all posts
Indonesia Signs Preamble Contract for First Iver Huitfeldt-Variant Frigate





The Indonesian Ministry of Defence (MOD) has signed a preamble contract that paves the way for the country to procure its first-ever frigate from Denmark.

The contract was signed on 30 April in the presence of representatives from the MOD, state-owned shipbuilder PT PAL, and PT Sinar Kokoh Persada, the Indonesian agent for Danish company Odense Maritime Technology (OMT).

Among articles covered in the preamble contract include workshare arrangements that will be taken once an actual contract for the first vessel materialises, a defence industry source close to the matter has confirmed with Janes while providing documentary evidence of the occasion.

As first reported by Janes in March 2019, Indonesia has grown increasingly keen on a variant of the Iver Huitfeldt -class frigate, three of which are in service with the Royal Danish Navy, for the country’s own two-ship surface combatant requirement.

A piece of unclassified correspondence between the country’s then-defence minister, Ryamizard Ryacudu, and the cabinet secretary of President Joko Widodo provided to Janes that month made the case for the Iver Huitfeldt class as one that features “reliable combat capabilities, and can operate in the extremities of Indonesia’s exclusive economic zone”.

The Iver Huitfeldt class displaces 6,600 tonnes at full load, and is powered by four MTU 20V 8000 M70 diesel engines in a combined diesel and diesel (CODAD) configuration, giving it a top speed of about 28 kt.

https://www.janes.com/defence-ne ... ldt-variant-frigate

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 14-6-2020 02:03 AM | Show all posts
Frigate Iver Huifeldt untuk Angkatan Laut Indonesia akan dilengkapi dengan Terma C-Flex CMS dan Hensoldt TRS-4D Radar.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 14-6-2020 05:30 PM | Show all posts
Greek's SCYTALYS Get a Contract 49 Million Dollars for Indonesian Armed Forces







SCYTALYS, continuing its successful and dynamic international presence in the development of advanced and innovative technologies in the fields of defense and security, today announces the award of a contract by the Ministry of Defense of Indonesia worth $ 49 million, after the completion of the Open International Interoperability, Management & Control to the Indonesian Armed Forces.

Note that SCYTALYS, formerly ISI, is the Greek company that undertook the development and construction of the first integrated combat system for Greek P-3HN.

The project, which SCYTALYS undertakes to implement and deliver within a 3-year time frame, includes the following sections:

a) Design and development of the National Regular Data System.

b) Design and development of a Business Center consisting of a state-of-the-art C4ISR system, including the construction of new infrastructure where it will operate. This system will achieve the composition of the Common Operational Picture with the immediate impact of strengthening the Situational Awareness.

c) Interconnection of multiple Command Centers by all the bodies of the Armed Forces with the central C4ISR system.

d) Design and development of a Surveillance and Monitoring system, interconnected with the central C4ISR system in order to strengthen the Awareness of Operational Status and Interoperability.

The program will be able to establish the National Framework for the Integrity of Indonesian Armed Forces , paving the way for the achievement of their Network Centric Operations, a critical factor in the modern theater of war operations. This will increase power for the Indonesian Armed Forces, significantly enhancing their capabilities and effectiveness and improving Indonesia's geopolitical power in Southeast Asia and the wider region.

The  SCYTALYS (former ISI HELLAS) is a member of Group EFA GROUP. The EFA GROUP Group is active in the aerospace, defense and security markets and has established itself in more than 45 countries worldwide. It employs more than 240 people, mostly Greek scientists and engineers.

The Group includes, in addition to SCYTALYS (Systems of Regular Management, Control, Communications, Data Login, Simulation, Interactivity Solutions), also   EFA VENTURES (International Supplier of Industrial Software Systems , Services and Related Integrated Solutions). and Thermal Imaging), ES SYSTEMS (Integrated Sensor Systems with MEMS Technology and IoT Solutions) and DEFENDER (Panoramic Cameras and Image Analysis and Processing Systems).

EFA GROUP activities are enhanced by epicos . com , the only internationally open B2B web portal in the field of Aerospace, Defense and New Technologies (ADHT).


https://www.pronews.gr/oikonomia ... athesi-symvasis-apo

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 16-6-2020 09:35 AM | Show all posts
Tentara Nasional Indonesia menerima pengiriman batch ASTROS II MLRS baru.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 16-6-2020 08:00 PM | Show all posts
Sejumlah Astros MLRS Tiba dari Brazil









Pada tanggal 12 Juni lalu telah datang kapal kargo MV Tian Fu berbendera Hong Kong dari Santos, Brazil ke pelabuhan Tanjung Priok Jakarta membawa sejumlah kendaraan tempur untuk TNI AD.

Kendaraan yang datang adalah peluncur roket multi-laras dan multi kaliber Astros II Mk 6 buatan Avibras Brazil yang dipakai satuan Kostrad TNI AD. Jumlah kendaraan yang datang menurut sejumlah defense netizen berjumlah 27 unit dan dilengkapi dengan sejumlah amunisi,

Pada tahun 2012 Indonesia memesan 36 MLRS Atros II yang telah terkirim semuanya dan dipakai oleh 2 batalyon artileri medan Pasukan Kostrad Divisi 1 dan 2.

Tahun 2018, Divisi ke-3 Pasukan Kostrad dibentuk, Pasukan Kostrad ini mempunyai sejumlah batalyon di Sulawesi dan Papua. Setiap pasukan Kostrad dilengkapi dengan Batalyon Armed-Roket, kemungkinan kendaraan peluncur roket ini akan dipakai disana.

Kemungkinan lain adalah untuk mengisi kekosongan di Divisi 1 dan 2 Kostrad karena beberapa unit MLRS Astros telah dikirimkan untuk menjaga Pulau Natuna.

Semenjak terjadinya ketegangan yang terjadi di Laut Natuna Utara TNI AD memindahkan 14 unit kendaraan peluncur roket Astros II ke Natuna. Penugasan tersebut sekaligus merupakan kepindahan Astros ke Batalyon Komposit 1/Gardapati Kodam I Bukit Barisan yang membawahi wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.

Sejak penanda-tanganan pembelian 36 unit Astros II tersebut Kementerian Pertahanan tidak melakukan publikasi pembelian batch II MLRS Astros ini. Namun pada bulan Februari 2019 lalu Wakasad melakukan kunjungan ke Avibras di Brazil untuk memastikan pesanan baru Indonesia akan selesai tepat waktu.

(Defense Studies)

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 17-6-2020 02:03 PM | Show all posts
Edited by rifa at 17-6-2020 02:14 PM

Marinir Dapatkan Alokasi Anggaran Untuk  Tambah Pembelian MLRS







Korps Marinir mendapatkan alokasi anggaran senilai USD 19,9 juta (Rp 281 milyar) untuk pembelian 4 kendaraan peluncur roket (MLRS) kaliber 122mm. Alokasi belanja pertahanan dari kredit ekspor ini dianggarkan untuk dapat digunakan pada tahun 2020-2024.

Satu Pasukan Marinir mempunyai batalyon tempur yang terdiri dari 1 Resimen Kavaleri dan 1 Resimen Artileri. Satu Resimen Kavaleri terdiri dari 1 Batalyon Kavaleri, 1 Batalyon Kendaraan Pendarat Amfibi (Ranratfib), dan 1 Batalyon Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (KAPA). Sedangkan 1 Resimen Artileri terdiri dari : 1 Batalyon Artileri Medan (Armed), 1 Batalyon Artileri Pertahanan Udara (Arhanud), dan 1 Batalyon Roket.

Satu Batalyon Roket terdiri dari 3 baterai, dimana 1 baterai terdiri dari 3-4 kendaraan peluncur roket (MLRS). Dalam catatan SIPRI, modernisasi Korps Marinir telah menghasilkan 9 kendaraan RM-70 Grad M1 dan 8 RM-70 Vampire buatan Excalibur Army Ceko serta 4 Type 90B buatan Norinco China, semuanya adalah kendaraan dengan platform truk 8x8 dan peluncur roket dengan kaliber 122mm dan terdiri dari 40 tabung peluncur, secara total jumlahnya adalah 21 unit.

Dalam MEF Korps Marinir mendapatkan target melengkapi diri dengan 36 kendaraan peluncur roket (MLRS) untuk 3 Pasmar, ini artinya bahwa setiap Pasmar akan mendapatkan 12 peluncur roket, dan dalam satu baterai akan berisi 4 unit MLRS.

Apabila jumlah unit nyata ditambahkan dengan pesanan 4 unit MLRS ini jumlahnya baru akan mencapai 25 unit, maka untuk mencapai target MEF masih kekurangan 11 unit. Sebanyak 11 unit dapat saja menggunakan produk peluncur lokal buatan Delima Jaya apabila porsi anggaran dengan Pinjaman Dalam Negeri (PDN) masih ada, namun bila sudah tidak ada dapat tetap mengoperasikannya sebagai batalyon komposit bersama dengan howitzer tarik M-30 (M1938) buatan Uni Sovyet dengan kaliber yang sama yaitu 122 mm.

(Defense Studies)
Indonesia memiliki 3 Divisi dan 3 brigade marinir dengan kekuatan sekitar 45.000 personil Marinir..
1 PASMAR - 15.000 MARINIR

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 25-6-2020 05:28 PM | Show all posts
Covid-19: Indonesia signals potential major increase in defence spending



Indonesia has proposed a strong increase in defence spending for 2021, with procurement identified as a priority. The country’s modernisation targets include the acquisition of the Harimau medium tank (pictured) developed by PT Pindad and FNSS. (FNSS)

Indonesia could be in line for a record-high expenditure of nearly IDR150 trillion (USD10.6 billion) for fiscal year 2021 if recently submitted budgetary proposals are approved by parliament later this year.

The proposed expenditure suggests the Southeast Asian country might be in a more robust position to respond to the Covid-19 pandemic than was previously thought.

The Ministry of Finance (MoF) said in a fiscal policy report recently presented to parliament that the Ministry of Defence (MoD) has indicated a ceiling requirement of IDR129.3 trillion for 2021.

The MoD also said in information presented in a meeting with the House of Representative’s defence commission that additional funding of IDR19 trillion is required to support a range of initiatives including military procurement.

If approved, the proposals would provide the MoD with IDR148.3 trillion for 2021. This would represent an increase of IDR25.9 trillion – or 21% – over the revised allocation of IDR122.4 trillion for 2020. The original 2020 appropriation was IDR131.2 trillion but this was cut through a presidential regulation issued in April in response to the impact of Covid-19.

According to the MoF fiscal policy report, funding priorities for the MoD in 2021 include the procurement of munitions, armoured vehicles, and naval vessels, and the support and replacement of military aircraft. In addition, funding is required to complete “projects and activity” that were postponed due to budgetary restrictions imposed in the wake of Covid-19, it said.


https://www.janes.com/defence-ne ... in-defence-spending

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 7-7-2020 01:03 PM | Show all posts
US Government Approved Sale for Eight MV-22 Block C Osprey to Indonesia


MV-22 Block C Osprey aircraft (images : Bellflight) TNI AD



WASHINGTON, July 6, 2020 - The State Department has made a determination approving a possible Foreign Military Sale to the Government of Indonesia of eight (8) MV-22 Block C Osprey aircraft and related equipment for an estimated cost of $2 billion.  The Defense Security Cooperation Agency delivered the required certification notifying Congress of this possible sale today.

The Government of Indonesia has requested to buy eight (8) MV-22 Block C Osprey aircraft.  Also included are twenty-four (24) AE 1107C Rolls Royce Engines; twenty (20) AN/AAQ-27 Forward Looking InfraRed Radars; twenty (20) AN/AAR-47 Missile Warning Systems; twenty (20) AN/APR-39 Radar Warning Receivers; twenty (20) AN/ALE-47 Countermeasure Dispenser Systems; twenty (20) AN/APX-117 Identification Friend or Foe Systems (IFF); twenty (20) AN/APN-194 Radar Altimeters; twenty (20) AN/ARN-147 VHF Omni-Directional Range (VOR) Instrument Landing System (ILS) Beacon Navigation Systems; forty (40) ARC-210 629F-23 Multi-Band Radios (Non-COMSEC); twenty (20) AN/ASN-163 Miniature Airborne Global Positioning System (GPS) Receivers (MAGR); twenty (20) AN/ARN-153 Tactical Airborne Navigation Systems; twenty (20) Traffic Collision Avoidance Systems (TCAS II); twenty (20) M-240-D 7.64mm Machine Guns; twenty (20) GAU-21 Machine Guns; Joint Mission Planning Systems (JMPS) with unique planning components; publications and technical documentation; aircraft spares and repair parts; repair and return; aircraft ferry services; tanker support; support and test equipment; personnel training and training equipment; software; U.S. Government and contractor engineering, logistics, and technical support services; and other elements of technical and program support.  The estimated total cost is $2.0 billion.

This proposed sale will support the foreign policy goals and national security objectives of the United States by improving the security of an important regional partner that is a force for political stability, and economic progress in the Asia-Pacific region.  It is vital to U.S. national interest to assist Indonesia in developing and maintaining a strong and effective self-defense capability.

The proposed sale of aircraft and support will enhance Indonesia’s humanitarian and disaster relief capabilities and support amphibious operations. This sale will promote burden sharing and interoperability with U.S. Forces.  Indonesia is not expected to have any difficulties absorbing these aircraft into its armed forces.

The proposed sale of this equipment and support will not alter the basic military balance in the region.

The prime contractors will be Bell Textron Inc., Amarillo, Texas and The Boeing Company, Ridley Park, Pennsylvania.  There are no known offset agreements proposed in connection with this potential sale.

Implementation of this proposed sale will require travel by the U.S. Government personnel and contractor representatives to Indonesia on a temporary basis to provide program technical support and program management oversight.

There will be no adverse impact on U.S. defense readiness as a result of this proposed sale.

This notice of a potential sale is required by law and does not mean the sale has been concluded.

All questions regarding this proposed Foreign Military Sale should be directed to the State Department's Bureau of Political Military Affairs, Office of Congressional and Public Affairs, pm-cpa@state.gov.


https://www.dsca.mil/major-arms- ... k-c-osprey-aircraft

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 9-7-2020 09:39 AM | Show all posts
Indonesia membeli 192 Rudal Hellfire tambahan

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 9-7-2020 02:55 PM | Show all posts
Edited by rifa at 9-7-2020 03:23 PM

Update Pembangunan 2 LST DI Batam .

Teluk Bintuni Class LST di PT Bandar Abadi Shipyard di Batam.





Galangan kapal PT Bandar Abadi Shipyard Batam pada bulan Januari 2019 lalu telah ditunjuk untuk membangun kapal LST ke-8 dan ke-9 pesanan Kementerian Pertahanan untuk TNI AL sebagai pengganti kapal-kapal amfibi yang telah tua.

Progress pembangunan dua kapal LST ini diunggah oleh Roni Arsyah pada 15 Juni 2020 lalu dan tampak bahwa konstruksi kedua badan kapal ini telah sampai pada top deck dan menampakkan perkembangan yang signifikan dibandingkan unggahan sebelumnya pada bulan Desember 2019. Sebagaimana diketahui mulai awal Maret 2020 di Indonesia telah muncul kasus virus Covid-19 dan aktifitas bisnis menurun drastis karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kementerian Pertahanan telah membangun 7 kapal LST di galangan kapal dalam negeri, Kapal LST dengan nomor lambung 518 dan 519 dibuat di galangan kapal PT Dok Kodja Bahari (DKB) Jakarta, nomor lambung 520, 521 di galangan kapal PT Daya Radar Utama (DRU) Bandar Lampung kemudian untuk nomor lambung 522, 523, dan 524 PT DRU mendapatkan kontrak lanjutannya.

Meskipun kapal LST 518 dan 519 mendapatkan kontrak terlebih dahulu, namun untuk komisioning kapal yang pertama kali justru dilakukan oleh kapal LST 520 KRI Teluk Bintuni buatan PT DRU, sehingga untuk selanjutnya kelas kapal ini dinamakan Bintuni Class.

Dua kapal senilai Rp 360 miliar ini penanda-tanganan kontraknya dilakukan pada bulan April 2019, berdasarkan kontrak LST batch pertama penyelesaian kapal LST membutuhkan  waktu selama 16 bulan semenjak kontrak efektif. Bila proses pencairan down payment selama-lamanya sesuai kontrak internasional diberikan waktu hingga 130 hari maka kapal seharusnya selesai pada Desember 2020.


Sesuai tata cara penamaan kapal di TNI AL maka nama kapal LST ini akan menggunakan nama teluk yang ada di Indonesia. Kita tunggu saja kedua kapal LST ini akan dinamakan teluk apa di Indonesia, yang jelas dari Bintuni class belum ada pengulangan nama dari kapal amfibi yang telah pensiun.




Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

24-4-2024 09:43 AM GMT+8 , Processed in 3.097098 second(s), 45 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list