CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 6366|Reply: 4

makam imam al-bukhari; ulama' hadith

[Copy link]
Post time 15-11-2008 04:24 PM | Show all posts |Read mode
1,000 Ziarah Makam Imam Bukhari Setiap Hari


Daripada Jamaluddin Muhammad




SAMARKAND (Uzbekistan), 15 Nov (Bernama) -- Kira-kira 1,000 pelawat, termasuk bukan Islam dari seluruh dunia, menziarahi makam ulama Hadith terkenal Imam Al-Bukhari di sebuah kampung bernama Khartang di sini.

Sejarawan tempatan Abdul Ghani Mukmin berkata bangunan berbentuk empat segi berhiaskan arca di kawasan asal makam Imam Al-Bukhari yang ada sekarang telah dibina oleh kerajaan Uzbekistan pada 1997 dengan pembiayaan kerajaan Iran.

"Ia dibina 1,225 tahun selepas kematian Imam Al-Bukhari," katanya semasa di temui di kompleks Imam Al-Bukhari di sini.

Beliau berkata kompleks itu dibina selepas Uzbekistan mencapai kemerdekaan daripada Soviet Union pada 1991, yang sebelum itu mengharamkan umat Islam menunaikan solat di masjid dan menziarahi kawasan perkuburan.

Kompleks Imam Al-Bukhari, yang menggunakan seni bina Uzbekistan, dirasmikan pembukaannya pada 23 Okt 1998. Bagaimanapun, kebanyakan pengunjung hanya dibenarkan melawat bangunan itu sahaja, manakala makam asal Imam Bukhari yang terletak di bawah bangunan berkenaan, hanya boleh diziarahi dengan melalui satu pintu khas setelah mendapat keizinan daripada pihak berkuasa yang bertanggungjawab mengurus kompleks itu, kata beliau.

Selain makam ulama terkenal ini, kompleks berkenaan mengandungi Masjid Al-Bukhari dan sebuah muzium yang mempamerkan kitab suci Al-Quran dari beberapa negara Islam.

Nama sebenar Imam Al-Bukhari ialah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail al Bukhari. Beliau dilahirkan pada tahun 194 Hijrah, bersamaan 810 Masehi, di Poyikent, sebuah kampung di Bukhara.

Abdul Ghani berkata, mengikut sejarah, sejak kelahirannya, Imam Al-Bukhari tidak memiliki daya penglihatan, sehinggalah beliau berusia dua tahun.

Apabila mencapai usia enam tahun, beliau mampu menghafaz seluruh kitab suci Al-Quran dan ulama besar ini menetap di Arab Saudi selepas menunaikan ibadah haji ketika berusia 16 tahun bagi mengumpul dan menyusun Hadith mengikut urutan asalnya.

Imam Al-Bukhari mengambil masa 40 tahun untuk mengumpul Hadith dan hanya menulisnya setelah meneliti perawi semua hadith terbabit bagi menjamin kesahihannya.

Setelah urusan ini selesai, beliau kembali ke Bukhara untuk mengajar di madrasah.

"Imam Al-Bukhari diperintahkan meninggalkan Bukhara oleh keluarga diraja ketika itu apabila beliau enggan datang ke istana bagi mengajar anak mereka kerana berpegang teguh pada prinsip bahawa bukan guru yang pergi mencari murid, tapi muridlah yang perlu datang kepada guru untuk menuntut ilmu," kata Abdul Ghani.

Ulama Hadith ini kemudian membawa diri ke perkampungan Khartang dan menghembuskan nafas terakhir di sana pada tahun 256Hijrah, bersamaan 870 Masehi.

"Kata mereka (penduduk kampung berkenaan) selepas beliau dimasukkan ke liang lahad di Khartang, seluruh kampung itu harum dengan bau kasturi untuk beberapa lama dan pada awaktu malam, sekitar kawasan kubur beliau diterangi cahaya," kata Abdul Ghani.

-- BERNAMA



Makam Imam Bukhari di Samarkand,
sekarang dikenal Uzbekistan



selalu kita baca/dengar;   hadith riwayat  imam al-bukhari... hah!! jom kita kenali sejarah imam al bukhari ni  

[ Last edited by  amazed at 15-11-2008 04:25 PM ]
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 15-11-2008 04:25 PM | Show all posts
Imam Bukhari


Di suatu malam, seorang ibu bermimpi, ia bertemu dengan seseorang yang berkata: “Hai ibu, sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa.” Ternyata, pada pagi harinya, sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya. Anak tersebut adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Bardizbah, yang kelak menjadi seorang perawi hadits terkenal, Imam Bukhari yang buta saat masih anak-anak.

Imam Bukhari lahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Keunggulan dan kejeniusan Imam Bukhari sudah tampak sejak masih kecil. Allah menganugrahkan kepadanya hati yang bersih dan otak yang cerdas, pikiran yang tajam, dan daya hafalan yang sangat kuat, khususnya dalam menghafal hadis. Ketika berusia 10 tahun, ia sudah banyak menghafal hadis. Rasyid ibn Ismail, kakak Imam Bukhari, menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendikiawan Balkh.

Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia pun dicela karena tidak mencatat. Namun, suatu hari, Bukhari meminta teman-temannya membawa catatan mereka. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.

Tahun 210 , Bukhari berangkat ke Baitullah untuk menunaikan haji dan menetap di Mekkah serta sesekali ke Madinah. Di kedua tanah suci itulah ia menulis sebagian karya-karyanya, dan menyusun dasar-dasar kitab Al Jami’ As Sahih. Ia juga menulis Tarikh Kabir-nya di dekat makam Nabi Muhammad saw. Sementara itu ketiga buku tarikhnya, As Sagir, Al Awsat, dan Al Kabir, lahir dari kemampuannya yang tinggi mengenai pengetahuan terhadap tokoh-tokoh dan kepandaiannya memberikan kritik.

Karya-karyanya itu tidak lepas dari pengembaraannya ke banyak negeri: Syam, Mesir, Baghdad, Kuffah, dan Jazirah Arab. Berkat kejeniusannya itu, Imam Bukhari berhasil merawi hadits dari 80.000 perawi, dan menghafalnya rinci dengan sumbernya. Imam Muslim bin Al Hajjaj, pengarang kitab As Sahih Muslim menceritakan: ”Ketika Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya.”

Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az Zihli berkata: ”Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya.”

Sebagai intelektual yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat, sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat kepada mazhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat mengenai hukum.

Diantara puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang berjudul Al-Jami’ash-Shahih, yang belakangan lebih populer dengan sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan kitab tersebut. Suatu malam, imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Rasulullah, seolah-olah Nabi berdiri di hadapannya. Dalam penyusunan kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati.

Menurut Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata: ”Saya susun kitab Al-Jami ’ash Shahih ini di Masjidil Haram, dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih.”

Setelah itu, ia menulis mukadimah dan pokok-pokok bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab itu dilakukan di kedua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun.

Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan bersungguh-sungguh Imam Bukhari meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi sehingga benar-benar memperoleh kepastian akan kesahihan hadits yang diriwayatkan. Dengan demikian, kitab hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi batu uji dan penyaring bagi sejumlah hadits. ”Saya tidak memuat sebuah hadits pun dalam kitab ini kecuali hadis-hadis yang shahih,” katanya suatu saat.

Suatu ketika, penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya di Khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkhand, ia singgah dulu karena terdapat beberap familinya di desa tersebut. Di desa itu Imam Bukhari jatuh sakit hingga menemui ajalnya.

Ia wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H (31 Agustus 870 M), dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Sebelum ia meninggal, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat.

(Sumber: Nebula No. 01/Thn IV/ Desember 2007)
Reply

Use magic Report

Post time 16-11-2008 01:18 AM | Show all posts
ni antara imam hadis yg paling aku respek,
respek sbb daya ingatannya yg teramat baik,
berkat dari sorg yg melakukan sesuatu dgn sepenuh hati,
terhasil sejumpalh kitah hadis, utk kita baca pada hari ni....
tanpa ragu2....
Reply

Use magic Report

Post time 16-11-2008 05:36 PM | Show all posts

Mosque in Samarkand






Mosque Door, Samarkand, Uzbekistan
Reply

Use magic Report

Post time 16-11-2008 05:52 PM | Show all posts

Makam Imam Al Bukhari



Latar Belakang
Imam al-Bukhari dilahirkan pada 13 Syawal 194 Hijrah di bandar Bokhara, di bahagian timur negeri Turkestan. Bapanya meninggal dunia semasa ia masih kanak-kanak, dan ibunya membesarkan beliau bersendirian. Ibunya memelihara dan mendidiknya dengan penuh ihsan serta berkorban apa sahaja untuk memberikan pendidikan yang terbaik kepada beliau.

Semasa kecil lagi, nilai intelek Imam Bukhari telah teserlah. Beliau amat warak dan mempunyai daya ingatan yang luar biasa serta mempunyai kesungguhan dalam pelajarannya. Diriwayatkan bahawa ketika di dalam belasan tahun, beliau sudah menghafal 70,000 hadis Rasulullah s.a.w.



Pengajian Hadis
Ketika berumur 16 tahun, Imam Bukhari pergi ke Makkah bersama ibunya untuk menunaikan Haji. Imam Bukhari terlalu seronok berada di Makkah sehinggakan dia memanjangkan tempoh lawatan di Makkah untuk membolehkan beliau berguru dengan cendekiawan di Makkah. Pada umur 18 tahun, Imam Bukhari menerbitkan bukunya yang pertama mengenai sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w., dan selepas itu buku sejarah bertajuk "Al-Tarikh-al-Kabir".

Imam Bukhari amat meminati sejarah dan hadis-hadis Rasulullah s.a.w. dan menumpukan banyak tenaga bertemu dan belajar dengan cendekiawan yang terulung untuk mempelajari dan membahaskan hadis Rasulullah. Imam Bukhari melawat Damsyik, Kaherah, Baghdad, Basra, Madinah dan lain-lain tempat untuk belajar dan membincangkan hadis-hadis yang dipelajari. Semasa di Baghdad, Imam Bukhari selalu berbincang dengan Imam Ahmed Hanbal, pengasas fahaman (mazhab) Hanbali.

Semasa pengembaraannya, Imam Bukhari hanya mempunyai satu matlamat
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT


Forum Hot Topic

 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

21-12-2024 08:44 AM GMT+8 , Processed in 0.048341 second(s), 16 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list