|
INDONESIA - defence and military issues (PART IV-R.P.9]
[Copy link]
|
|
"THE MOST POWERFULL MILITARY IN SOUTH-EAST ASIAN COUNTRY"
T N I |
|
|
|
|
|
|
|
Belarus Tawarkan Kerjasama Industri Pertahanan dengan Indonesia
PINDAD-SS
Jakarta, DMC - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Senin (12/3), menerima kunjungan kehormatan Wakil Menteri Luar Negeri Belarus HE Sergei Aleinik, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kedatangannya kali ini membawa misi dari negaranya untuk meningkatkan kerjasama di bidang militer dan pertahanan dengan membawa draft kerjasama industri pertahanan.
Menhan Purnomo Yusgiantoro menjelaskan bahwa pada saat ini militer Indonesia membeli alutsista dari berbagai negara karena pengalaman embargo yang pernah dialami Indonesia yang menyebabkan Indonesia tidak dapat melakukan pembaruan alutsista. Menhan menyatakan akan mengkonsultasikan dahulu draft yang telah diterimanya untuk dibahas bersama antara Kemhan dan Kemlu.
Delegasi Wakil Menlu Belarus juga menjelaskan keinginan membangun kerjasama antara Industri pertahanan kedua negara terutama PT Pindad. Sementara pengadaan alutsista lainnya Menhan akan menyerahkan kepada staf dibawahnya yang dipimpin Wakil Menhan untuk melihat kemungkinan kerjasama yang bisa dilaksanakan oleh kedua negara.
Saat menerima Wakil Menlu Belarus, Menhan Purnomo Yusgiantoro didampingi Wakil Menhan Sjafrie Sajmsoeddin dan Direktur Kerjasama Internasional Brigjen TNI Jan Pieter Ate.(DAS)
http://www.dmc.kemhan.go.id/inde ... hanan&Itemid=64 |
|
|
|
|
|
|
|
Rusia: Tak Ada Calo dalam Pembelian Sukhoi
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Rusia, melalui Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, membantah adanya peran calo dalam pembelian enam unit jet tempur sukhoi SU-3-MK2 dari Rusia oleh pemerintah Indonesia.
Sejumlah pihak di Indonesia menduga, harga enam pesawat itu telah digelembungkan (mark up) sehingga menimbulkan kerugian bagi negara. Ada dugaan, Indonesia telah berhubungan dengan pihak ketiga, yang berperan sebagai calo, sehingga harga jet-jet tempur serta berbagai perangkat lain terkait dengan jet-jet itu menjadi sangat mahal atau jauh di atas harga normal.
Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (12/3/2012), Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia menjelaskan, kontrak pembelian enam jet tempur jenis SU-3-MK2 oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) itu ditandatangani Kementerian Pertahanan dan JSC Rosoboroneksport pada akhir Desember 2011. JSC Rosoboroneksport, menurut keterangan itu, dibentuk sesuai dengan Ketetapan Presiden Federasi Rusia dan merupakan perantara negara Rusia untuk mengekspor dan mengimpor produksi, teknologi serta jasa militer dan dwiguna.
"Hanya JSC Rosoboroneksport yang memiliki hak untuk memasok seluruh spektrum persenjataan dan teknik militer yang diproduksi oleh perusahaan pertahanan Rusia yang diizinkan diekspor ke pasar dunia," demikian kata pernyataan tersebut.
Keterangan itu juga menjelaskan, proses persiapan dan penandatanganan kontrak pembelian enam jet tempur itu dilakukan secara langsung oleh wakil-wakil berwenang dari Kementerian Pertahanan Indonesia dan JSC Rosoboroneksport dan diadakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam hukum kedua negara.
"Informasi tentang keterlibatan pihak ketiga dan penggelembungan harga terkait dengan itu, tidak benar," kata siaran pers itu.
Selain enam pesawat SU-30MK2, kontrak antara Rusia dan Indonesia itu juga mencakup pasal-pasal tentang pemasokan mesin pesawat terbang, set suku cadang dan pelatihan spesialis Indonesia sesuai dengan program yang disepakati oleh kedua pihak. Pengiriman partai pertama pesawat SU-30MK2 it direncanakan akan dilakuan pada akhir 2012.
SUMBER : KOMPAS |
|
|
|
|
|
|
|
Anggaran Pertahanan RI terbesar di regional Asia Tenggara pada tahun 2015.
Indonesia Military Powers Up
Written by The Diplomat
Kamis, 19 Januari 2012
On Monday, Indonesian Defense Minister Purmono Yusgiantoro, flanked by the country’s military leadership, announced that after 10 years of frugality on the part of the military designed to give precedence to political reform, the country was now enteringan intensive period of military procurement. Coming from many countries, such talk would sound reckless, if not dangerous. But coming from Indonesia, it should be welcomed.
Purnomo also spelled out his 2012 wish list, which includes tanks, multiple launch rocket systems, a guided missile destroyer, and retrofits for ex-U.S. F-16s and ex-Australian C-130 transport planes. And much more new equipment is to follow before the end of President Yudhoyono’s term in 2015, not least three new South Korean submarines.
For the first time in recent memory, the Indonesian defense ministry has money in its pocket. Announcing the acquisition of an additional six Su-30 Sukhoi fighter aircraft over the weekend, Purnomo could be heard to boast: “Our economy is very strong and we have a defense budget of Rp 150 trillion [$16.3 billion].” While that figure represents a multi-year procurement budget, Purnomo is right to feel flush. In December, the government decided to revise the defense allocation upwards, giving defense a 53 percent year-on-year increase. That presents Jakarta with a 2012 defense budget of $7.9 billion – a total that should finally bring the defense budget above the 1 percent of GDP mark (just).
It has long been the stated aim of the Yudyohono administration to elevate defense spending to 1.5 percent of GDP by 2015. Analysts have often speculated that the government lacks the political will to make that happen, but the huge 2012 budget hike means that this goal is now attainable. Allocating 1.5 percent of GDP to defense in 2015 would yield a defense budget in the $14 to 15 billion range, assuming the Indonesian economy continues to grow at 6 percent to 7 percent annually. That means that Jakarta now needs to grow its defense budget by 20 percent to 25 percent in 2013, 2014 and 2015 to reach its target – which is doable, so long as the wider economy stays healthy. And since the Indonesian economy is exceptionally well insulated against global shocks, continued growth is likely.
[I]The numbers are highly significant, because a Southeast Asia in which Indonesia has a $15 billion defense budget starts to look like a very different place. It would see Indonesia overtake Singapore as the region’s biggest military spender, and leave others like Malaysia and Thailand trailing a long way behind. Since Indonesia is Southeast Asia’s biggest country by far, its neighbors will hopefully look on this as a natural development and not try to compete – which they would in any case struggle to do. So long as Indonesia remains on its current trajectory of democratic consolidation, and it remains the hub of the ASEAN community, its emergence as a military power shouldn’t destabilize the region.[/I]
Indonesia’s rise is naturally attracting attention. China’s Defence Minister, Gen. Liang Guanglie, met the Indonesian ambassador on Monday, in an encounter that Xinhua described under the headline “China, Indonesia eye for [sic] closer military links.” But mainly it’s China that’s keen to foster closer military ties with Indonesia. Apart from a joint Sino-Indonesian missile production program initiated in early 2011, China is yet to find a significant role in Indonesia’s rise to strategic prominence. While Australia, the Netherlands, Russia, South Korea and the United States are now actively all involved in the re-equipping of the Indonesian armed forces – often on terms that are quite favorable to Jakarta – China has made few inroads. Its offer of JF-17 fighters, for example, doesn’t appear to have aroused much enthusiasm among the Indonesians.
Indonesia’s military modernization won’t be without its setbacks: already, attempts to buy Dutch Leopard 2 tanks have become bogged down in parliament. But with no shortage of friends, and adequate levels of defense funding for the first time in well over a decade, Indonesia seems close to standing up as a regional power. Furthermore, by maintaining a friendly distance from both China and the United States, as Jakarta seems determined to do, it can once again become a leader of non-aligned countries, and an anchor of stability in the Asia-Pacific.
(Trefor Moss)
Source: http://idsps.org/en/english-news ... military-powers-up/
=======================================================================================
Tahun 2012 ini sudah mencapai sekitar 72 triliun atau setara $8 billion, dgn asumsi kurs 9000/USD.
1% dari GDP.
Target alokasi anggaran pertahanan tahun 2015 adalah 1.5% dari GDP.
Dgn catatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berkembang hingga mencapai GDP $1 trillion...
maka defence budget tahun 2015 adalah sekitar $15 billion.
RI would eventually overtake Singapore as the region’s biggest military spender |
|
|
|
|
|
|
|
"THE MOST POWERFULL MILITARY IN SOUTH-EAST ASIAN COUNTRY"
...
MALASya Post at 12-3-2012 02:00
bukan dia SEA indon kan paling hebat seantero dunia.......respect!!!! |
|
|
|
|
|
|
|
bukan dia SEA indon kan paling hebat seantero dunia.......respect!!!!
lkick2113 Post at 13-3-2012 02:33 PM
powerful kepala bapak depa..... timur leste pon bole merdeka mana derang punya power? |
|
|
|
|
|
|
|
powerful kepala bapak depa..... timur leste pon bole merdeka mana derang punya power?
malberi8 Post at 13-3-2012 16:02
kira kuat la tu bro.... |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by wongedandotcom2 at 13-3-2012 21:20
powerful kepala bapak depa..... timur leste pon bole merdeka mana derang punya power?
malberi8 Post at 13-3-2012 16:02
udah buang aer kat tandas belom pak cik? |
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Ikut Lomba Senjata di Asia Tenggara
Indonesia berminat membeli kendaraan lapis baja Belanda. Keinginan itu bukan hanya sekedar monopoli Indonesia. Diam-diam semua negara Asia tenggara berlomba-lomba memodernisir peralatan militernya.
Dari pesawat tempur F-16, jet Sukhoi, kapal selam, kapal perang sampai tank. Semua itu juga menyangkut gengsi. Demikian topik koran sore Belanda NRC Handelsblad.
Tidak hanya Cina yang minggu lalu menaikkan anggaran militernya dengan 100 miliar dollar. Tapi juga Filipina, Indonesia sampai Vietnam dan Singapura. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, naik pula anggaran militer mereka dengan ratusan juta dolar per tahun.
Para pengamat sampai menyebut ada semacam lomba senjata di Asia.
Baru dan canggih
Dibanding dulu, negara-negara Asia Tenggara dan Cina kini lebih memilih kendaraan dan peralatan militer terbaru serba canggih. Yang mencolok adalah pembelian kapal selam. Malaysia baru saja membeli tiga kapal selam, Indonesia pesan tiga, Vietnam enam dan Muangthai mau beli empat dari Jerman.
Negara-negara Asia tenggara membeli senjata karena faktor perasaan kurang aman. Vietnam dan Filipina misalnya cemas akan kebijakan maritim yang akan ditempuh Beijing. Di laut Cina Selatan ada enam pulau Vietnam.
Tidak ada yang tahu apa kebijakan pertahanan Cina yang semakin menandingi pertahanan Amerika.
Selain menghadapi negara raksasa Cina, di antara rumpun negara-negara ASEAN sendiri ada juga saling curiga, tulis koran NRC Handelsblad. Negara pulau Singapura yang dikelilingi negara-negara besar seperti Indonesia, Malaysia dan Muangthai punya angkatan bersenjata yang patut diperhitungkan.
Indonesia dan Malaysia berulangkali ribut soal kapal-kapal penangkap ikan. Konflik di perbatasan Kamboja-Muangthai tahun 2008, menewaskan puluhan orang.
Gengsi
"Angkatan bersenjata yang canggih bukan hanya soal pertahanan tetapi juga menyangkut gengsi," ungkap Tim Huxley direktur Asia di International Institute for Strategic Studies. "Pemerintah juga perlu pamer kekuatan militer pada penduduknya," tambahnya.
Jual-beli peralatan militer tidak lepas dari praktek korupsi. Sebuah perusahaan Prancis didesas-desuskan membayar uang suap € 114,- juta pada sebuah perusahaan yang dekat dengan perdana menteri Malaysia untuk menjual tiga kapal selam.
Tapi kapal selam pertama yang diserah-terimakan ternyata tidak bisa beroperasi di bawah permukaan laut.
Amerika
Lomba senjata di Asia Tenggara juga dipicu oleh campur tangan Amerika. Untuk menandingi Cina, Washington meningkatkan hubungan dan kerjasama militer dengan Filipina, Indonesia dan Australia. Berarti negara-negara tersebut lebih mudah tembus ke sektor industri militer Amerika.
Amerika sebaliknya berdalih bahwa kerja sama tersebut hanyalah dalam rangka kemitraan, demikian kutipan NRC Handelsblad.
http://www.rnw.nl/bahasa-indones ... ta-di-asia-tenggara |
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Ikut Lomba Senjata di Asia Tenggara
Indonesia berminat membeli kendaraan lapis baja Belanda. Keinginan itu bukan hanya sekedar monopoli Indonesia. Diam-diam semua negara Asia tenggara berlomba-lomba memodernisir peralatan militernya.
Dari pesawat tempur F-16, jet Sukhoi, kapal selam, kapal perang sampai tank. Semua itu juga menyangkut gengsi. Demikian topik koran sore Belanda NRC Handelsblad.
Tidak hanya Cina yang minggu lalu menaikkan anggaran militernya dengan 100 miliar dollar. Tapi juga Filipina, Indonesia sampai Vietnam dan Singapura. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, naik pula anggaran militer mereka dengan ratusan juta dolar per tahun.
Para pengamat sampai menyebut ada semacam lomba senjata di Asia.
Baru dan canggih
Dibanding dulu, negara-negara Asia Tenggara dan Cina kini lebih memilih kendaraan dan peralatan militer terbaru serba canggih. Yang mencolok adalah pembelian kapal selam. Malaysia baru saja membeli tiga kapal selam, Indonesia pesan tiga, Vietnam enam dan Muangthai mau beli empat dari Jerman.
Negara-negara Asia tenggara membeli senjata karena faktor perasaan kurang aman. Vietnam dan Filipina misalnya cemas akan kebijakan maritim yang akan ditempuh Beijing. Di laut Cina Selatan ada enam pulau Vietnam.
Tidak ada yang tahu apa kebijakan pertahanan Cina yang semakin menandingi pertahanan Amerika.
Selain menghadapi negara raksasa Cina, di antara rumpun negara-negara ASEAN sendiri ada juga saling curiga, tulis koran NRC Handelsblad. Negara pulau Singapura yang dikelilingi negara-negara besar seperti Indonesia, Malaysia dan Muangthai punya angkatan bersenjata yang patut diperhitungkan.
Indonesia dan Malaysia berulangkali ribut soal kapal-kapal penangkap ikan. Konflik di perbatasan Kamboja-Muangthai tahun 2008, menewaskan puluhan orang.
Gengsi
"Angkatan bersenjata yang canggih bukan hanya soal pertahanan tetapi juga menyangkut gengsi," ungkap Tim Huxley direktur Asia di International Institute for Strategic Studies. "Pemerintah juga perlu pamer kekuatan militer pada penduduknya," tambahnya.
Jual-beli peralatan militer tidak lepas dari praktek korupsi. Sebuah perusahaan Prancis didesas-desuskan membayar uang suap € 114,- juta pada sebuah perusahaan yang dekat dengan perdana menteri Malaysia untuk menjual tiga kapal selam.
Tapi kapal selam pertama yang diserah-terimakan ternyata tidak bisa beroperasi di bawah permukaan laut.
Amerika
Lomba senjata di Asia Tenggara juga dipicu oleh campur tangan Amerika. Untuk menandingi Cina, Washington meningkatkan hubungan dan kerjasama militer dengan Filipina, Indonesia dan Australia. Berarti negara-negara tersebut lebih mudah tembus ke sektor industri militer Amerika.
Amerika sebaliknya berdalih bahwa kerja sama tersebut hanyalah dalam rangka kemitraan, demikian kutipan NRC Handelsblad.
http://www.rnw.nl/bahasa-indones ... ta-di-asia-tenggara |
|
|
|
|
|
|
|
Jual-beli peralatan militer tidak lepas dari praktek korupsi. Sebuah perusahaan Prancis didesas-desuskan membayar uang suap € 114,- juta pada sebuah perusahaan yang dekat dengan perdana menteri Malaysia untuk menjual tiga kapal selam.
Tapi kapal selam pertama yang diserah-terimakan ternyata tidak bisa beroperasi di bawah permukaan laut. Indonesia Ikut Lomba Senjata di Asia Tenggara
rifa Post at 13-3-2012 21:33 hihi seluruh dunia pun tahu apa yg terjadi di negeri dongeng malasya |
|
|
|
|
|
|
|
kadang2 gembira jugak bila indon2 lahanat ni sentiasa underestimate kekuatan ATM.. bila dh kena baru tau.. |
|
|
|
|
|
|
|
kadang2 gembira jugak bila indon2 lahanat ni sentiasa underestimate kekuatan ATM.. bila dh kena baru ...
raxief Post at 14-3-2012 02:05
Jangan anggap omongan forumer terlalu serius. Malaysia ato negara lain gk boleh diremehin karena dalam perang itu banyak faktor yg bisa membuat negara lemah bisa menang melawan negara yg kuat. Saya sih gk mau perang ama Malaysia, gk ada untungnya lebih baik Indonesia itu harus mengambil balik provinsi kita (Timor-Leste)
|
|
|
|
|
|
|
|
TNI AL Belum butu* Kapal Induk
13 Maret 2012, Senayan: TNI AL hingga kini masih
belum berminat untuk membangun kapal induk untuk
memperkuat armadanya. TNI AL memandang bahwa
kapal induk bukan kebutu*an bagi alutsista saat ini.
"Hingga kini, kami belum memiliki rencana untuk
membuat kajian untuk pengadaan kapal induk untuk
penambahan alutsista TNI AL," ujar Asisten
Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal Laksamana
Muda TNI Sumartono saat raker di Komisi I DPR
membahas APBN-P 2012 untuk anggaran Kemenhan
dan Mabes TNI, Selasa (13/3).
Hal ini disampaikan Sumartono menjawab pertanyaan
dari anggota Komisi I DPR RI Fayakun Andriadi soal
kemungkinan TNI AL memiliki rencana membangun
kapal induk untuk kebutu*an TNI AL di masa depan.
Sumartono menjelaskan, membuat kapal Induk tidak
murah, baik untuk pengadaan maupun
pemeliharaannya. Sementara untuk pengoperasiannya,
kapal induk cenderung untuk doktrin perang yang
bersifat menyerang. "Itu tentu tidak sama dengan
prinsip yang kita anut, yaitu bertahan," ujarnya.
Menurutnya, kebutu*an kapal perang TNI AL hingga kini
masih pada jenis kapal kelas menengah dan kecil.
Sejenis fregard dan korvet yang punya kemampuan
daya tempur yang andal.
"Kita masih butu* jenis kapal seperti itu, masih banyak
jumlahnya. Sehingga kita bisa sebarkan kapal kelas itu di
seluruh wilayah perairan kita, untuk patroli keamanan,
sekaligus bisa menjadi kapal penyerang dalam kondisi
tertentu," tegasnya.
Sumber: Jurnal Parlemen |
|
|
|
|
|
|
| |
|