Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Mayor Jenderal TNI Lodewijk F Paulus bertindak sebagai Inspektur Upacara pada pembukaan Latma Dawn Komodo-XI /2011 di lapangan Ahmad Kirang Satuan-81 Kopassus Cijantung, Selasa,6 September 2011.
Latihan Bersama antara Kopassus dan SOCOMD Australia tersebut direncanakan akan berlangsung sampai 16 September mendatang dengan diikuti oleh 40 personel Kopassus dan 34 dari Pasukan Khusus Australia. Dalam latihan selama kurang lebih dua minggu ini, kedua delegasi akan berlatih sejumlah materi diantaranya Menembak Reaksi, Penanggulangan Teror Aspek Laut dan pengetahuan Sandi Yudha, yang akan dilaksanakan di Pulau Kotok dan Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu Jakarta Utara.
Danjen Kopassus, dalam amanatnya mengatakan bahwa latihan bersama ini merupakan wahana untuk saling tukar pengetahuan antara kedua delegasi. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan prajurit dalam bidang tehnik dan taktik pertempuran baik perorangan maupun kelompok. Dalam hubungan yang lebih besar, latihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama antara Pasukan Khusus kedua negara.
Seperti kita ketahui bersama Latma Dawn Komodo telah berlangsung sejak tahun 1992 dan berlangsung secara bergantian diantara kedua negara.
Tampak hadir dalam upacara pembukaan sejumlah pejabat diantaranya Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Doni Monardo, Dirlat Kodiklat TNI AD Brigjen TNI Mulyono, Paban II/ Lat Sopsad, Athan Australia, dan para pejabat teras di lingkungan Kopassus.
Pasukan Katak SAT-81 pasti akan di turunkan untuk tes kemampuan ausy di laut
SBY: Kurangi Pembelian Alutsista dengan Pinjaman Luar Negeri
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan agar pengadaan alutsista dengan mekanisme pinjaman luar negeri mulai dikurangi. Dengan langkah ini diharapkan rasio hutang kian berkurang dan kemandirian dalam negeri makin ditingkatkan.
"Kurangi pembelian alutsista dengan pinjaman luar negeri. Mari mulai gunakan anggaran dalam negeri," kata Presiden, Kamis (8/9/2011), saat memberikan pengarahan pada Rapat Kabinet Terbatas di Kantor Presiden.
Rapat dengan agenda modernisasi dan pembangunan kekuatan TNI/Polri itu diikuti antara lain Wakil Presiden Boediono, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, dan Menteri Keuangan Agus Martowardojo.
Menurut Presiden, manakala alutsista itu bisa dibuat industri dalam negeri, wajib hukumnya dibeli oleh TNI/Polri. Jika memang ada yang belum sepenuhnya bisa dibikin di dalam negeri, Presiden meminta agar diusahakan produksi atau investasi bersama dengan negara sahabat.
Kalaupun peralatan itu terpaksa sepenuhnya dibeli dari luar negeri, ia meminta agar diupayakan pembelian dengan mekanisme kerja sama jangka panjang.
Pemerintah Kaji Tambah Rp 50 Triliun untuk Beli Senjata setelah dianggarkan jadi total 150 Triliun
Kamis, 08/09/2011 15:24 WIB
Pemerintah Kaji Tambah Rp 50 Triliun untuk Beli Senjata
Anwar Khumaini - detikFinance
Jakarta - Pemerintah sudah merencanakan anggaran Rp 100 triliun untuk kebutu*an pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) periode 2010-2014. Saat ini sedang dikaji penambahan Rp 50 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo saat ditemui di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (8/9/2011).
"Yang kita ada itu di tahun 2010-2014 itu Rp 100 triliun dan itu sedang dikaji untuk menambah sebesar Rp 50 triliun. Tapi itu masih kajian," tegas Agus.
Dikatakan Agus, kajiannya anggaran Rp 50 triliun ini untuk kebutu*an pembelian alat persenjataan selama 4 tahun di 2011-2014.
Dalam kesempatan tersebut, Agus menyatakan pemerintah ingin agar pengadaan alutsista ini sesuai dengan jadwal sehingga anggaran yang disediakan bisa diserap habis.
"Karena yang selama ini jadi tantangan kita adalah proses pengadaan yang memerlukan waktu terlalu lama yang akhirnya melewati tahun anggaran gitu. Inikan perlu koordinasi yang baik," jelasnya.
Agus mengimbau agar instansi terkait melakukan perencanaan yang baik dalam pengadaan alutsista ini sehingga pengadaan persenjataan berat seperti kapal selam bisa dilakukan dengan cepat sesuai tahun anggaran yang berlaku.
Kementerian Pertahanan mendapat kenaikan anggaran sebesar Rp 16,9 triliun atau 35,7% menjadi Rp 64,4 triliun dalam RAPBN 2012. Kementerian ini mendapat alokasi anggaran terbesar dibanding kementerian/lembaga lainnya.
Kepala Badan Perencana Pembangunan Nasional (PPN) sekaligus Menteri PPN Armida Alisjahbana mengungkapkan bahwa alokasi tersebut sebagian besar untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Pemerintah Kaji Tambah Rp 50 Triliun untuk Beli Senjata setelah dianggarkan jadi total 150 Triliun
Kamis, 08/09/2011 15:24 WIB
Pemerintah Kaji Tambah Rp 50 Triliun untuk Beli Senjata
Anwar Khumaini - detikFinance
Jakarta - Pemerintah sudah merencanakan anggaran Rp 100 triliun untuk kebutu*an pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) periode 2010-2014. Saat ini sedang dikaji penambahan Rp 50 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo saat ditemui di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (8/9/2011).
"Yang kita ada itu di tahun 2010-2014 itu Rp 100 triliun dan itu sedang dikaji untuk menambah sebesar Rp 50 triliun. Tapi itu masih kajian," tegas Agus.
Dikatakan Agus, kajiannya anggaran Rp 50 triliun ini untuk kebutu*an pembelian alat persenjataan selama 4 tahun di 2011-2014.
Dalam kesempatan tersebut, Agus menyatakan pemerintah ingin agar pengadaan alutsista ini sesuai dengan jadwal sehingga anggaran yang disediakan bisa diserap habis.
"Karena yang selama ini jadi tantangan kita adalah proses pengadaan yang memerlukan waktu terlalu lama yang akhirnya melewati tahun anggaran gitu. Inikan perlu koordinasi yang baik," jelasnya.
Agus mengimbau agar instansi terkait melakukan perencanaan yang baik dalam pengadaan alutsista ini sehingga pengadaan persenjataan berat seperti kapal selam bisa dilakukan dengan cepat sesuai tahun anggaran yang berlaku.
Kementerian Pertahanan mendapat kenaikan anggaran sebesar Rp 16,9 triliun atau 35,7% menjadi Rp 64,4 triliun dalam RAPBN 2012. Kementerian ini mendapat alokasi anggaran terbesar dibanding kementerian/lembaga lainnya.
Kepala Badan Perencana Pembangunan Nasional (PPN) sekaligus Menteri PPN Armida Alisjahbana mengungkapkan bahwa alokasi tersebut sebagian besar untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista).
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan TNI memprioritaskan pembelian Perusak Kawat Rudal (PKR), kapal selam, F-16, dan Sukhoi untuk pengadaan alat-alat utama sistem persenjataan (Alutsista) tahun ini dan tahun depan.
Demi dikemukakan Agus Suhartono usai Sidang Kabinet Terbatas bidang Polhukam di kantor Presiden Jakarta, Kamis (8/9/2011). "Ini sudah dibicarakan namun belum diputuskan. Kita masih menunggu (anggarannya)," kata Panglima.
Berapa jumlah anggaran yang disiapkan, Panglima tidak menyebut karena masih menunggu alokasi anggaran yang dan kemampuan APBN. "Berapa yang bisa disediakan Menkeu (Menteri Keuangan)," ujar Agus Suhartono.
Dia menambahkan TNI pada prinsipnya memaparkan kebutusan Alutsista namun semua tergantung pada kemampuan negara dalam hal ini APBN. "Anggaran untuK TNI, pemeliharaan dan pengadaan Alutsista hampir 2/3 dari total anggaran. Dan 1/3 untuk gaji pegawai/TNI ," sergahnya.
JAKARTA - Sepanjang 2011, PT PAL Indonesia menangani sedikitnya 15 proyek pembuatan kapal dengan nilai sekira Rp600 miliar, tiga di antaranya merupakan kapal cepat rudal. Tiap unit kapal rudal tersebut bernilai Rp125 miliar, di luar kelengkapan senjata.
"Proyek-proyek kapal kecil diharapkan selesai awal 2012 mendatang. Sementara, pengerjaan kapal rudal butu* waktu sekira dua tahun," ujar Dirut PT PAL Indonesia Harsusanto, usai mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XI, Kamis (8/9/2011).
Selain kapal, PT PAL juga baru saja menyelesaikan proyek pembangunan platform lepas pantai bagi PT Santos di utara Pasuruan. "Kami berhasil membangunnya dalam dua bulan, lebih cepat dari waktu pembangunan rata-rata yang empat bulan," klaimnya.
Tiap unit anjungan lepas pantai ini bernilai sekira Rp130 miliar. Ke depannya, PT PAL juga akan membidik perusahaan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lainnya.
Dalam RDP hari ini, Komisi XI meminta penjelasan PT PAL tentang pemanfaatan penyertaan modal negara (PMN) yang disepakati Komisi VI awal Juli lalu. "Dari Rp930 miliar yang kami dapatkan, Rp340 miliar dialokasikan untuk investasi, sementara sisanya untuk modal kerja," imbuhnya. (mrt)
Indonesia to modernize defense equipment: President
(Xinhua)
08:51, September 09, 2011
JAKARTA, Sept. 8 (Xinhua) -- Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono said on Thursday that the country plans to modernize military equipment to boost defense system.
President Yudhoyono told a cabinet meeting that the government had risen the budget for defense sector, the highest among others sectors. "There is much urgency to conduct a modernization and build strong forces, as the number of defense equipment have badly need a rejuvenation," Yudhoyono said at the State Palace.
The president said that the government targeted to modernize all the equipment of police and military by 2014 or 2015.
Yudhoyono stressed to improve the process and mechanism in supplying the equipment, such as transparency and accountability.
Indonesia, a vast archipelago country with over 17,500 island, plans to purchase scores others Sukhoi jet fighters from Russia and a number of submarines.
Indonesian Defense Minister Purnomo Yusgiantoro said that Indonesia needs about 150 trillion rupiah (some 17.544 billion U.S. dollar) within the next 15 years. "The 150 trillion rupiah funds would be used for purchasing new military equipment and maintaining them," Minister Purnomo said after the cabinet meeting.
Strong defense system was needed to guard the country's territory, particularly the border areas, he said.
Terrorism and transitional crimes are among the challenges being faced by the Indonesian police and military.
Indonesia has diversified the sources of its defense equipment after exiting from the U.S. embargo of purchasing military spare parts following the accusation of violating human rights.
Indonesia-Korea Selatan Teken MoU Pembuatan Kapal Selam
Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat mengukuhkan kerja sama pertahanan kedua negara.
Pengukuhan kerja sama pertahanan kedua negara itu tertuang dalam notakesepahaman yang ditandatangani Dirjen Potensi Pertahanan Pos Hutabaratdan Direktur Biro Kebijakan Kekuatan Korsel Lee Yong Dae di Jakarta,Jumat (9/9/2011).
Penandatanganan nota kesepahaman itu disaksikan Menteri Pertahanan RIPurnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan-jin.
Penandatanganan nota kesepahaman itu dilakukan, setelah kedua wakilpemerintahan itu melakukan pembicaraan bilateral terkait kerja samapertahanan kedua negara.
Dengan nota kesepahaman itu maka kedua negara dapat memperkuat kerjasama pertahanan yang selama ini telah berjalan, terutama industripertahanan.
"Selain industri pertahanan yang selama ini sudah berjalan maka dengannota kesepahaman itu kerja sama yang ada dapat ditingkatkan dandiperluas seperti pendidikan, dan pertukaran perwira," kata juru bicaraKementerian Pertahanan Hartind Asrin.
Terkait kerja sama industri pertahanan, keduanegara sepakat untuk diadakan produksi bersama disertai alih teknologiseperti dalam pembuatan kapal jenis "Landing Platform Dock" (LPD) dankapal selam antara PT PAL dan perusahaan kapal Daewoo Shipbuilding.
Selain industri maritim kedua negara juga telah menjajaki kerja samaindustri dirgantara seperti pembuatan pesawat tempur KFX/IF-X.
Tak hanya itu, kedua negara juga menjajaki pembelian pesawat jet tempurlatih T-50 oleh Indonesia yang disertai pengadaan CN-235 oleh Korsel.
Hal itu ditegaskan dengan pertukaran cendera mata dari Menhan Purnomo berupa miniatur pesawat CN-235 kepada Menhan Korsel.
Sedangkan Menhan Korsel memberikan cendera mata berupa miniatur pesawat T-50 Golden Eagle.
Usai melakukan penandatanganan, Menhan Korsel Kwan Jin akan menjadipembicara kunci dalam seminar industri pertahanan di KementerianPertahanan. (Ans/Ant)
PT PAL Targetkan Jual Produk Alutsista Senilai Rp.2,5Triliun pada Tahun 2015
JAKARTA, KOMPAS.com — PT PAL Indonesia (Persero) menargetkan tingkatpenjualan sebesar Rp 2,5 triliun, meningkat lima kali lipat daripenjualan tahun 2010 sebesar Rp 442 miliar. Hal tersebut diharapkandapat tercapai dengan fokus pada peningkatan bisnis produk minyak dangas sebesar 50 persen dan menjadi bagian dari sistem terintegrasi dalammemenuhi kebutu*an pokok matra laut alat utama sistem persenjataan(alutsista).
Demikian isi dokumen Rencana Bisnis PT PAL Indonesia (Persero) 2011-2015 yang diterima Kompas di Jakarta, Jumat (9/9/2011).
Dokumen itu disampaikan kepada Komisi XI DPR dalam rangka permohonanpenyertaan modal negara (PMN). Untuk mendukung program tersebut, PT PALmembutu*kan 5.200 pegawai di divisi kapal niaga pada tahun 2015, 1.449orang di divisi rekayasa umum, lalu 140 orang di divisi kapal perang.
Pada tahun 2015, PT PAL ditargetkan memiliki keunggulan bersaing dansudah mencapai posisi tumbuh. Penjualan sebesar Rp 2,5 triliun itudiharapkan akan terpenuhi dengan membidik lini alutsista TNI AngkatanLaut.
Pada tahun 2010-2019, TNI AL membutu*kan alutsista senilai Rp 78triliun dan peningkatan kemampuan KRI sebesar Rp 5 triliun. Kebutu*anTNI AL yang akan ditawarkan PT PAL, antara lain, dua kapal selam, 12kapal angkut tank (AT), empat kapal bantu cair minyak (BCM), 68 tankamfibi BMP-3F, dan 25 proyek peningkatan kemampuan KRI. Selain itu, PTPAL juga akan berupaya memenuhi kebutu*an kapal yang meningkat akibatpenerapan asas Cabotage (kewajiban menggunakan kapal berbenderaIndonesia di wilayah perairan domestik).
Kebutu*an itu adalah penambahan general cargo 800 unit, 80 kontainer,30 bulk, 500 barge, 500 tug boat, 132 tanker, 50 penumpang, dan 50kapal ro-ro. Dengan demikian, ada 2.142 kapal yang menjadi potensipasarnya atau meningkat 44,3 persen di atas jumlah kapal yang ada saatini, yakni 4.828 unit.
KSAL : Pada 2014 Indonesia Akan Punya 3 Kapal Selam dan Hello Anti Kapal Selam
Jakarta - TNI AL terus membangun kekuatan dengan memesan alat utamasistem persenjataan (alutsista). Hal ini terkait dengan rencanapemerintah yang sudah menganggarkan kebutu*an alutsista tahap pertamasebesar US$ 5 miliar.
TNI AL berharap pada tahap pertama pembangunan kekuatan alutsista dapattercapai kekuatan minimum. "Sudah direncakan apa yang kita tuju pada2014 akan tercapai pada kekuatan pokok minimum," kata Laksamana TNISoeparno kepada wartawan usai peletakan batu pertama pembangunan GedungFK Universitas Hang Tuah Surabaya di RSAL, Jumat (9/9/2011).
Meski sangat membutu*kan alutsista, Soeparno enggan disebut tidak adaalutsista yang mendesak untuk segera dibeli. Dia mengaku,semuanyadilakukan secara pararel dengan pengadaan yang sesuai dengan kebutu*anTNI AL.
Meski begitu, Soeparno mengaku saat ini sudah mempunyai prioritasalusista yang harus segera dipesan untuk memperkuat kekuatan TNI AL. "rioritas pertama kapal selam dan helikopter yang untuk memperkuat kekuatan kita," ungkapnya.
Selain itu dia juga mengaku, pada tahun 2014 pihaknya sudahmempunyai beberapa alutsista yang sudah jadi, diantaranya kapal selamserta kapal tempur perusak dan helikopter anti kapal selam.
"Kapal selam ada 3 unit nanti dipastikan sudah jadi tapi sekarang masih dalam tahap pemesanan dan dibuat karena tidak beli jadi," terangnya.
Apsal cerita2 tentang kehebatan askar Indonesia jarang diketahui umum??
Adakah tentera Indonesia kurang pendedahan dengan keadaan diluar sana? yang pernah aku dengar cuma tentera Indo di Lubnan yg lari tu jerr? klau ader leh citer sikit.....
Jakarta, Seoul pledge closer defence equipment ties
Indonesia and South Korea pledged on Friday to strengthen their collaboration in developing military equipment as Jakarta's defence minister Purnomo Yusgiantoro hosted his counterpart Kim Kwan Jin. -- PHOTO: AP
JAKARTA (AFP) - Indonesia and South Korea pledged on Friday to strengthen their collaboration in developing military equipment as Jakarta's defence minister Purnomo Yusgiantoro hosted his counterpart Kim Kwan Jin.
'We learn from Korea how to be independent. There is no such thing as a strong country if its defence industry is not strong,' Mr Yusgiantoro said, adding the partnership was solid because Seoul was 'sincere in its transfer of technology'.
Indonesia agreed in July to join a South Korean project to develop fighter jets.
It has also chosen South Korea as preferred bidder for its T-50 Golden Eagle supersonic trainer jet project, despite a reported attempt by Seoul's spies to steal secrets from the project from a visiting Jakarta delegation in February.
Turkey and Indonesia near arms agreements
Tuesday, September 6, 2011
Ümit Enginsoy
ANKARA – Hürriyet Daily News
Turkey and Indonesia are close to signing several defense agreements altogether worth $400 million, procurement officials and industry sources said Tuesday.
Indonesia, the largest Muslim country in the world, and Turkey have increasingly closer political relations, and their industrial ties also are boosting. The two countries decided to bolster their defense cooperation when President Abdullah Gül visited Jakarta in April as a guest of Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono, when the two nations signed a defense industry pact.
Later, major defense industry companies from both nations met multiple times to explore potential areas of cooperation. They decided to work together in military electronics, rockets and armored vehicles.
As a result, Aselsan, Turkey’s military electronics powerhouse, and its Indonesian counterparts agreed on Aselsan’s production of several types of military radios and other wireless equipment for the Indonesian military. Roketsan, Turkey’s state-owned rocket maker, reached a general agreement to produce various short-range rockets for the Indonesians.
Meanwhile, private Turkish vehicle-maker FNSS agreed to develop a 6X6 wheeled tactical vehicle for the Indonesians. FNSS already is the maker of 6X6 and 8X8 Pars armored vehicles. Under the agreement with Indonesia, FNSS will modify the Pars 6X6 and then the two sides jointly will manufacture it.
The Aselsan deal is expected to be signed before the year ends, industry sources told the Hürriyet Daily News. Roketsan and the FNSS deals are expected to be closed in 2012. The Aselsan agreement should exceed $100 million, and the two other deals are expected to cost around $150 million both.
Separately, a team of German and Turkish companies and Turkey’s procurement agency are seeking to jointly sell two HDW-class Type-209 submarines to Indonesia’s navy. They are competing against South Korea’s Daewoo Shipbuilding and Marine.