|
INDONESIA - Defence, Military and Police Issues [Part 3]
[Copy link]
|
|
Post Last Edit by semarmesem at 22-11-2010 00:40
ngomong ngomong, ada anak anak sini yg ikut ngelemparin kedubes saudi gak?
kl blom, gelombang kedua segera menyusul kayakna.
|
|
|
|
|
|
|
|
Reply 1461# semarmesem
Sengiki ketoke wes tau je pakde nengkene :hammer: |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by shantika at 22-11-2010 11:26
Selamat Datang Roket Militer Lokal
Dr Soewarto Hardhienata meninggalkan Pusat Latihan Tempur TNI di Baturaja, Palembang, pukul 13.30 WIB, dua pekan silam dengan hati lega. Setengah jam sebelumnya, empat roket yang menjadi proyek gabungan beberapa lembaga penting, termasuk Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), tempatnya bekerja sebagai Deputi Kepala Bidang Teknologi Dirgantara, kembali sukses diuji coba.
Roket-roket berjangkauan 14 kilometer dan berdiameter 12,2 sentimeter itu semuanya bisa diluncurkan dan mengenai sasaran pada akhir pekan itu. Keberhasilan ini tidak hanya membuat proyek semakin mencorong di depan anggota kabinet yang hadir, termasuk Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro serta Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, tapi juga menjadi tonggak penting.
"Ini untuk pertama kalinya roket Lapan diberi hulu ledak," kata Soewarto. Sebelumnya, roket-roket buatan Lapan cenderung hanya untuk kepentingan riset. Belum ada roket yang benar-benar dimanfaatkan. Setelah sukses uji coba mutakhir itu, Kementerian Pertahanan pun mengumumkan akan memasang roket bernama R-Han 122 di kapal-kapal tempur Indonesia dan ditargetkan pada 2014 sudah diproduksi 500 buah.
Proyek pembuatan roket ini relatif cepat, hanya sekitar tiga tahun. "Ini proyek kolaborasi, jadi cepat," kata Dr Timbul Siahaan, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertahanan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan.
Beberapa lembaga negara memang sudah memiliki teknologinya. Lapan memiliki teknologi roket, Pindad sudah puluhan tahun berpengalaman di bidang pembuatan hulu ledak, serta PT Dirgantara Indonesia memiliki fasilitas dan berpengalaman membuat torpedo. Semuanya bergabung. "Kalau dari awal (penelitian sendiri), tidak akan cukup waktunya," kata Timbul.
Roket R-Han 122-yang berarti roket pertahanan berdiameter 122 milimeter-merupakan turunan roket Lapan RX-120. Roket Lapan ini sedikit diperbesar dengan alasan sederhana. "Kalau di militer ada standar roket 122," kata Soewarto. Salah satu roket seukuran yang digunakan Indonesia adalah roket yang diluncurkan dari RM-70 Grad, peluncur roket buatan Republik Cek.
Dalam dunia militer, roket seukuran ini disebut roket artileri karena fungsinya persis seperti meriam: menyapu pasukan musuh. Di "kelas" berikutnya, roket jarak menengah dan antarbenua. Sejumlah negara-di Asia bukan hanya Jepang, India, atau Cina, melainkan juga Iran dan Korea Utara-sudah mampu memproduksi roket berjangkauan ratusan kilometer. Indonesia saat ini sedang dalam taraf pengembangan dan targetnya pada 2014 sudah memproduksi roket jarak jauh yang tidak hanya bisa membawa bom ke benua lain, tapi juga satelit ke antariksa (baca "Empat Tahun Lagi").
Roket R-Han 122 tidak memiliki kendali sendiri dan tanpa sistem navigasi. Untuk mengarahkannya, personel yang meluncurkan harus menghitung sudut peluncuran. Akurasinya juga bukan titik, melainkan area dengan radius sekitar 500 meter. Saat terbang, roket akan meluncur sambil berguling. Ini membuat jangkauan roket makin jauh dan terarah.
Dengan sistem ini, roket R-Han 122 menjalani uji coba cukup lama. Tahap awal, setelah desain, seperti biasa uji coba di darat untuk menguji sistem pendorongnya. Baru kemudian dilakukan uji coba peluncuran yang sesungguhnya. "Sekitar 25 kali uji coba peluncuran," kata Soewarto, "semuanya sukses."
Uji coba itu dijalankan di Pameungpeuk dekat Garut, Lumajang di Jawa Timur, serta Baturaja, Palembang. Saat uji coba di Pameungpeuk dan Lumajang, roket diluncurkan ke arah laut. Sayang sekali, saat uji coba di Lumajang, ada kecelakaan meski bukan oleh roket R-Han 122. Kecelakaan itu mencederai dua warga yang berada di gubuk sekitar lapangan peluncuran. "Kalau roket ini (R-Han 122), tidak ada masalah," kata Soewarto.
Uji coba berikutnya dilakukan di Baturaja, Palembang. Sebagai roket artileri, roket akan diisi peledak betulan. Uji coba mesti dilakukan dengan sasaran darat. "Karena harus menguji hulu ledak, tidak bisa di laut," kata Soewarto. Mereka memilih Baturaja karena tempatnya luas, 23 ribu hektare, sehingga relatif aman jika ada masalah. Uji coba ini juga sukses.
Tapi tim ini tidak puas dengan jangkauan hanya 14 kilometer. Tim sudah mengembangkan R-Han 122 dengan jangkauan 23 kilometer, hampir dua kilometer lebih jauh dari roket RM-70 Grad. Jangkauan lebih jauh ini dicapai dengan cara sederhana. Versi lebih panjang ini sudah diuji coba di darat. "Akan segera diuji coba terbang dalam waktu dekat ini," kata Soewarto.
Proyek lain juga sudah menunggu. "Kita sedang mengembangkan R-Han 200," kata Siahaan. Roket sebesar itu, menurut Soewarto, mampu menjangkau sekitar 40 kilometer.
Empat Tahun Lagi
Meski menjadi bagian penting dalam proyek R-Han 122 atau R-Han 200 menaikkan gengsi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), konsentrasi utama lembaga para ahli roket ini adalah membuat roket yang bisa mengirim satelit ke antariksa. Target Lapan pada 2014: bisa memproduksi roket bernama RPS-01 untuk mengirim satelit. "Sejauh ini tahap-tahap (ke arah sana) berlangsung baik," kata Dr Soewarto Hardhienata, Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan.
Roket itu terdiri atas empat tingkat. Tingkat teratas roket RX-320 yang sudah diproduksi dan sukses diuji coba Lapan. Tiga tingkat di bawahnya semula direncanakan terdiri atas RX-420 semua plus dua roket pendorong (booster) di kiri-kanan. RX-420 sudah sukses diuji coba sejak tahun lalu dan menjadi roket terbesar buatan Indonesia.
Tapi sejumlah perhitungan membuat Lapan kemudian mencoba menghilangkan sepasang booster itu. Salah satu alasannya: kerumitan perhitungan. Jika tenaga dua roket itu tidak benar-benar sama, arah luncuran bisa kacau, bisa melenceng. Sebagai gantinya, roket tingkat pertama tidak lagi berdiameter 420 milimeter, tapi diperbesar menjadi 550 milimeter. "Bulan depan ini uji statis RX 550 di Pameungpeuk (dekat Garut)," kata Soewarto.
Ini kemajuan mengingat, sejak 1960-an sampai 2006, Lapan seperti berhenti membuat roket. Mereka berkonsentrasi pada urusan seperti pengindraan jarak jauh. Selama empat dekade itu teknologi roket Indonesia berhenti pada diameter 250 milimeter.
Selain mampu membawa satelit, roket empat tingkat berjangkauan hampir 400 kilometer itu bisa diubah menjadi roket militer. "Muatannya bisa diganti hulu ledak," kata Soewarto.
http://majalah.tempointeraktif.c ... 2.ILT135148.id.html
4 tahun lg banyak yg panas dingin.. |
|
|
|
|
|
|
|
Info baru lontong di forum sebelah ngga usah di posting di sini akh,, biar seru hihihihi... |
|
|
|
|
|
|
|
Kostrad Latihan Bersama Pasukan Singapura
CIPATAT, TRIBUN - Sebanyak 300 pasukan Angkatan Darat Singapura dan 300 pasukan Kostrad, melakukan latihan bersama di Pusat Pendidikan Infantri, di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Latihan bersama ini dimulai pada 22-30 November.
Kaskostrad Mayjen TNI Hendra Rizal mengatakan, latihan ini merupakan yang ke 22 kalinya dan diadakan setiap tahun. Menurutnya, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tempur antara dua negara, sebagai wujud kerjasama dalam bidang militer.
"Latihan ini untuk bertukar teknik dan taktik tempur. Pasukan yang melakukan latihan bersama total 600 tentara, yang berasal dari Kostrad dan Batalion 2 Divisi 3 Singapura," ujarnya beberapa saat lalu.
Latihan rutin setiap tahun ini dilaksanakan secara bergantian. Tahun lalu dilaksanakan di Singapura, sedangkan tahun ini dilaksanakan di Indonesia.
http://www.tribunjabar.co.id/rea ... a-pasukan-singapura
Mempererat persahabatan kedua negara.. |
|
|
|
|
|
|
|
Beli Kapal Selam Harus Satu Paket
JAKARTA Senin, 22 Nopember 2010 : Rencana pembelian kapal selam oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) hendaknya dilakukan satu paket.
Pembelian satu paket memungkinkan adanya transfer teknologi dan penyertaan industri pertahanan dalam negeri.
“Empat kapal selam yang sudah kami setujui harus dibeli dari satu negara. Perkara negara mana yang akan diajak bekerja sama, kita serahkan wewenang itu kepada Kemhan dan TNI karena mereka yang lebih paham,” kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq saat dihubungi di Jakarta, Minggu (21/11).
Kemhan dan TNI saat ini sedang menjajaki empat negara yang diperkirakan akan bekerja sama dalam pengadaan kapal selam.
Empat negara itu ialah Jerman, Korea Selatan, Rusia, dan Prancis. Mahfudz berharap pada Januari atau Februari 2011 pemerintah sudah menetapkan akan bekerja sama dengan negara mana.
Yang jelas, politisi dari PKS ini memberi catatan agar kerja sama tersebut bisa menguntungkan Indonesia, terutama dalam rangka modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dan revitalisasi industri pertahanan dalam negeri.
Ditanya tentang anggaran yang dialokasikan untuk pembelian empat kapal selam ini, Mahfudz mengatakan tak begitu hapal. Dari penelusuran Koran Jakarta, harga satu kapal selam standar mencapai 300 juta dollar AS atau 2,7 triliun rupiah (kurs 9.000 rupiah/dollar AS).
Kalau yang dianggarkan empat kapal selam, berarti pemerintah membutu*kan dana hingga 10,8 triliun rupiah atau hampir setara dengan alokasi anggaran untuk modernisasi alutsista pada tahun 2011. Teknologi Canggih Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia Rizal Darma Putra berharap pemerintah membeli kapal selam yang baru dengan teknologi canggih.
Dari segi terknologi, Rizal melihat, Jerman terdepan dibandingkan tiga negara lain yang sedang dijajaki. “Jerman terkenal dengan pengalamannya.
Armada kapal selam yang dibentuk Hitler, U boot, sangat efektif mencegah kapal barang dan kapal perang sekutu saat Perang Dunia II,” jelasnya. Terlepas dari itu, Rizal berharap pemerintah memperhatikan keberlanjutan pemeliharaan kapal selam yang akan dibeli.
Untuk kebutu*an Indonesia, Rizal melihat bukan kapal selam dengan daya jelajah yang jauh yang dibutu*kan.
Terpenting, kapal selam yang nantinya dibeli harus mampu menjaga perairan Indonesia, terutama di selat-selat strategis yang meliputi Malaka, Lombok, Sunda, dan Makassar. “Kita membutu*kan kapal selam yang bisa menyelam secara senyap.
Bisa juga menghindar dari deteksi sonar serta penjinak antikapal selam,” katanya. Pengadaan kapal selam, tambah Rizal, amat dibutu*kan. Penambahan empat kapal selam sudah lebih dari cukup untuk menjaga perairan Indonesia.
“Asalkan bisa menggunakan anggaran dengan cermat dan akuntabel,” katanya. Dia berharap pemerintah saat ini memprioritaskan pada modernisasi alutsista dibandingkan hal lain seperti rencana pembentukan komponen cadangan.
Menurutnya, pemerintah bisa mengesampingkan pembentukan komponen cadangan agar dananya bisa dialokasikan untuk pengadaan alutsista. Saat ini Indonesia baru memiliki dua kapal selam yang diberi nama KRI Cakra dan KRI Nanggala.
Keduanya merupakan produksi Jerman dengan kelas U 209/1300 yang dibuat pada tahun 1981. Kapal selam sangat efektif dalam menjaga pertahanan perbatasan karena satu unit kapal selam bisa menandingi enam unit kapal perusak jenis frigat.
way/P-3
Benerkan kata ane, kita beli 4. Di tambah 2 dari Ryssia hehee |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 1466# malon
ni dah beli ke belum? ke pung pang pung pang je lebih..?
at least malaysia punya dah sampai 2 bijik, walaupun kena ejek x bole dive la ape la.. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 1467# raxief
Sabar bro, klo ngga ada halangan akhir tahun ini kontrak pembeliannya di tandatangani oleh ke 2 belah pihak. Cuma Indonesia minta 1 syarat yaitu: ToT!!! Kita tunggu aja berita selanjutnya.. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 1468# malon
berarti bener asumsi 2025 RI punya 12 kapal selam makanya sekarang harus ToT, kalau ga ToT ampun dahhhh.... |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by shantika at 22-11-2010 17:06
Reply 1467# raxief
Indonesia jg udah punya 2 kok pak cik  (KRI cakra & KRI neggala) |
|
|
|
|
|
|
|
masih inget jaman ini? sekedar kenangan.
botakgundul Post at 22-11-2010 00:33
Jaman Dwikora & Trikora udah berlalu pak...... |
|
|
|
|
|
|
|
Reply raxief
Indonesia jg udah punya 2 kok pak cik (KRI cakra & KRI neggala)
shantika Post at 22-11-2010 16:58
Dan salah satunya sedang cek kesehatan biar tambah menggigit.. |
|
|
|
|
|
|
|
Indra Radar
|
|
|
|
|
|
|
|
Jaman Dwikora & Trikora udah berlalu pak......
HangPC2 Post at 22-11-2010 17:07
makanya disebut kenangan pak cik.koq tau jaman dwikora? dan bukan Aceh? |
|
|
|
|
|
|
|
Turki Tawarkan Produksi Tank
Monday, 22 November 2010
JAKARTA (SINDO) – Pemerintah Turki menawarkan kerja sama produksi kendaraan tempur jenis tank kepada Indonesia. Hal itu diungkapkan Juru Bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI I Wayan Midhio di Jakarta, kemarin.
Midhio mengatakan, tawaran Turki tersebut dalam bentuk transfer teknologi.Tawaran itu masih dalam proses pembahasan di Kemhan. ”Turki sudah datang menawarkan kerja sama produksi tank dengan transfer teknologi,” paparnya. Namun, Midhio tidak menyebutkan jenis tank yang ditawarkan tersebut. Kerja sama industri pertahanan dengan Turki, lanjut Midhio, selama ini berlangsung dengan baik. Kedua negara,ujarnya,juga sudah menyepakati transfer teknologi berupa modifikasi pesawat CN 235 dari pesawat biasa menjadi pesawat patroli maritim dengan kelengkapan sarana elektronik mutakhir.
”Kerja sama militer Indonesia dengan Turki memang cukup menguntungkan dan terus akan ditingkatkan karena negara ini penguasaan teknologi militernya sangat maju,”katanya. Indonesia belakangan ini memang sedang aktif melakukan pembicaraan-pembicaraan strategis dengan sejumlah negara, terutama menyangkut pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) sekaligus pembangunan industri pertahanan. Pekan lalu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebutkan, Indonesia dan Cina juga sedang menjajaki produksi rudal bersama. Cina memang berencana memproduksi rudal antikapal C-705 untuk pertahanan udara dan laut.
Peluru kendali tersebut merupakan pengembangan dari rudal C- 802 yang telah digunakan kapalkapal perang milik TNI Angkatan Laut. ”Misalnya,pengadaan misil C 802 dan C 705. Kalau mau perbanyak, kenapa tidak dibangun di Indonesia saja?”kata Purnomo. Pengamat militer dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Evan A Lesmana mengatakan, kerja sama pertahanan memang harus dibarengi dengan tindak lanjut yang konkret. Misalnya, sampai sejauh mana kerja sama dapat diwujudkan dalam bentuk pelatihan militer atau transfer teknologi dalam pengadaan alutsista? ”Persoalan kerja sama pertahanan kan bukan dari segi kuantitas berapa banyak kerja sama yang ditandatangani.Tapi, follow up-nya untuk membantu kapabilitas angkatan bersenjata,” tegasnya.
Lebih lanjut, Evan mengungkapkan, dalam konteks pengadaan alutsista memang diperhadapkan pada persoalan yang tidak mudah. Pemerintah dan TNI perlu memikirkan agar persenjataan yang akan diadakan ataupun rencana transfer teknologi benar-benar terencana dan dapat terintegrasi dengan baik. Merujuk data yang dikeluarkan Kemhan tahun 2004,ujar Evan, sampai saat ini Indonesia masih memakai alutsista dari 17 negara sebanyak 173 jenis. ”Pembelian maupun transfer teknologinya harus terencana. Jangan sampai ada persenjataan yang sebenarnya tidak dibutu*kan,” ujarnya. (pasti liberti)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/365671/ |
|
|
|
|
|
|
|
Turki Tawarkan Produksi Tank
Monday, 22 November 2010
JAKARTA (SINDO) – Pemerintah Turki mena ...
botakgundul Post at 23-11-2010 08:33
Kalau Indonesia bersedia ToT Tank Turki, berarti negara jiran rugi besar donk bro..? Secara mereka keluar duit banyak untuk ToT 8x8 PARS. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by botakgundul at 23-11-2010 10:57
Kalau Indonesia bersedia ToT Tank Turki, berarti negara jiran rugi besar donk bro..? Secara me ...
malon Post at 23-11-2010 10:20
biarin, duitnya banyak
mungkinkah ini brita mbt buat TNI? lantas yg dari Korea itu gimana(K1A1) lanjutanya? |
|
|
|
|
|
|
|
Kalau Indonesia bersedia ToT Tank Turki, berarti negara jiran rugi besar donk bro..? Secara me ...
malon Post at 23-11-2010 10:20
Beda kasus bro..Karena Kita punya bargain Position dengan menawarkan TOT CN 235..so Kita punya special agreement..
Belum lagi Klo Turki join KFX.. |
|
|
|
|
|
|
| |
|