Video Promosi Pesawat N-219 dari PT. Dirgantara Indonesia yang sebelumnya pernah di tampilkan di acara pameran industri di Kantor Kementerian Perindustrian pada 20-24 Juni 2011. Courtesy by boc4hb4gus97
Sebuah gelar kekuatan TNI dipertontonkan di bumi lancang kuning Riau bulan Desember 2011 lalu, tepatnya di sebuah kota pelabuhan minyak terbesar di pantai timur Sumatera, Dumai. Satu brigade pasukan pemukul reaksi cepat (PPRC) TNI dikerahkan ke kota asal muasal tujuh putri itu melalui penerjunan payung pasukan TNI AD dari batalyon 503 Mayangkara dan serangan amfibi dari batalyon infantri 3 Marinir. Ini bagian dari perhelatan Hari Nusantara yang jatuh setiap tanggal 13 Desember yang bersumber dari Deklarasi Juanda tahun 1957.
Apa itu deklarasi Juanda yang dicetuskan tanggal 13 Desember 1957. Tak lain dan tak bukan isinya adalah mempertegas bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang punya corak khas dan sejak dahulu kala kepulauan nusantara sudah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan Keppres No 126 tahun 2001 deklarasi ini ditetapkan sebagai Hari Nusantara.
Ada pertanyaan mengapa harus di Dumai padahal rencana semula di Poso. Yang jelas karena kepanitiaan ada di tangan Kementerian Pertahanan maka akan lebih terasa gemanya jika dilaksanakan di Dumai sebuah kota pelabuhan di tepi selat Malaka yang strategis itu.
Kehadiran PPRC TNI di kota terluas di Indonesia itu (1.727,385 km²) dipandang perlu untuk menunjukkan kesiagaan yang tinggi karena kota ini adalah pusat transportasi laut berskala besar untuk lalulintas ratusan ribu barrel minyak perhari dan ribuan ton CPO. Dan yang lebih penting bersebelahan dengan dua jiran sebagai sebuah pesan.
Menhan sendiri secara tersirat menyatakan bahwa perhelatan Hari Nusantara di Dumai yang kental dengan aroma militer diperlukan untuk menunjukkan pada negara lain bahwa TNI siap untuk berkelahi demi mempertahankan teritori NKRI.
Nah untuk menambah kesan aroma militer itu, tidak hanya latihan militer gabungan yang dipertunjukkan namun ada simulasi menghancurkan perompak oleh pasukan khusus TNI AL, juga pameran industri alutsista dalam negeri, sailing pass kapal perang, flypass pesawat militer, latihan integrasi taruna TNI yang diikuti 1500 taruna tingkat akhir.
Jadi bisa dibayangkan suasana militer setidaknya selama tiga minggu di kota berpenduduk 280.00 jiwa itu yang sehari-harinya disibukkan dengan aktivitas bisnis perminyakan, kelapa sawit dan transportasi laut lintas negara. Dumai tiba-tiba saja menjadi kota militer dengan kahadiran ribuan personil TNI dan berbagai jenis alutsistanya.
Masyarakat Dumai yang multi etnis itu pun antusias menonton gelar terjun payung yang dilakukan oleh 9 pesawat Hercules di Bandara Pinang Kampai yang berdekatan dengan kompleks perumahan Chevron, menerjunkan ratusan personil TNI AD di sebuah pagi tanggal 11 Desember 2011.
Pada saat yang bersamaan dari laut pasukan marinir berkekuatan 1 batalyon dan dikawal 9 KRI menyerang pantai Mundang Dumai untuk melakukan serbuan amfibi merebut kembali kota Dumai yang sudah dikuasai ”musuh” berbulan-bulan.
Hanya kali ini musuhnya bukan negara Sonora melainkan GSB (Gerakan Separatis Bersenjata) yang hendak menguasai sebagian provinsi Riau, kata penulis skenarionya begitu. Ini merupakan bagian materi berjudul Operasi Lawan Insurjensi atau OLI kata Kasum TNI Letjen TNI J. Suryo P.
Maka pagi itu Dumai benar-benar hiruk pikuk dengan deru sejumlah alutsista dan pasukan TNI yang ”menyerang” kota mereka. Tiga jet tempur Hawk dari Pekanbaru menghancurkan sasaran lawan di pantai untuk memuluskan gerakan serbuan amfibi. Dentuman menggemuruh disana sini. Sementara di bagian angkasa yang lain 9 Hercules menerjunkan pasukan untuk menduduki kota Dumai melalui bandara Pinang Kampai.
Serangan pasukan pemukul reaksi cepat TNI di Dumai merupakan puncak dari kegiatan latihan militer yang sudah dimulai sejak tanggal 22 Nopember 2011. Latihan bergengsi ini sebenarnya diluar jadwal kegiatan latihan tempur TNI karena belum lama berselang sudah diadakan latihan berskala besar di Sangatta, juga pendaratan amfibi pasukan marinir. Penutupan latihan dilakukan satu hari setelah pendaratan pasukan gabungan oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di lapangan Chevron Dumai.
Show of force militer Indonesia ini di sebuah kota minyak yang memiliki sejumlah obyek vital merupakan kejutan tersendiri bagi warga Dumai. Selama ini unjuk kekuatan TNI selalu ada di wilayah segitiga ATS Kalimantan yaitu Ambalat-Tarakan-Sangatta. Bagi warga Dumai sendiri surprise itu memberikan nilai kebanggaan karena tak menyangka dengan kehadiran ribuan pasukan TNI untuk melindungi wilayah dan warganya dari gangguan keamanan.
Bayangkan saja ribuan pasukan TNI ditambah 7000 undangan dan animo puluhan ribu masyarakat Dumai menyatu merayakan Hari Nusantara yang dibalut dengan latihan militer, flypass pesawat, sailing pass kapal perang, pameran pertahanan dan kedatangan Wapres Boediono.
Alutsista laut yang berpartisipasi dalam latihan militer TNI ini adalah KRI Makassar LPD, KRI Banjarmasin LPD, KRI Banda Aceh LPD, KRI Tanjung Nusanive, KRI Teluk Cenderawasih, KRI Lambung Mangkurat, KRI Sutanto, KRI Silas Papare, KRI KRI Todak, KRI Barakuda, KRI Clurit. Marinir menampilkan 1 peleton tank amfibi, 1 kompi panser amfibi, 1 peleton kapa, 1 peleton Howitzer dan RM Grad. Dari matra darat ditampilkan beberapa unit tank Scorpion/Stormer, panser Anoa, meriam artileri, radar giraffle, LCR dan kendaraan angkut pasukan. Sedangkan matra udara mengirimkan 1 flight jet tempur Hawk, 1 filght jet tempur F16, 9 Hercules, 2 F27, 1 Casa 212, 1 CN235, 2 Heli.
Dumai bermakna strategis bagi Indonesia karena letak geografis kota ini persis di jalur sempit selat Malaka yang ramai lancar itu. Lebih dari itu dari kota ini transaksi bisnis jutaan dollar berlangsung melalui transportasi perminyakan dan kelapa sawit. Dumai, sebuah kosa kata yang berasal dari legenda kekaguman seorang pangeran Empang Kuala yang melihat tujuh putri cantik sedang mandi di lubuk Sarang Umai.
Sang Pangeran berdecak kagum sambil berkata pelan dengan pengawalnya: ada gadis cantik di lubuk Umai, cantik di Umai ya..ya.. di umai, lalu akhirnya menjadi Dumai. Dan memang sekarang Dumai tumbuh menjadi kota yang cantik, memikat, memukau dan berkembang pesat. Ya karena ada ”gadis cantik” di lubuknya, gadis cantik itu bernama minyak bumi dan minyak sawit.
INILAH.COM, Jakarta - Meski mampu membuat tank medium, PT Pindad menilai Indonesia tetap memerlukan tank besar seperti Leopard buatan Jerman.
Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono mengatakan, Leopard dibutu*kan untuk memperkuat postur pertahan Indonesia dalam menandingi Malaysia.
"Malaysia punya tank kelas berat jenis T72 buatan Rusia, tank Leopard juga tank kelas berat seperti T72," ujar Adik seperti diberitakan inilahkoran, Jumat (13/1/2012).
Jika Kementerian Pertahanan (Kemenhan) jadi membeli Leopard, maka lanjut Adik, Pindad siap memproduksi amunisi peluru untuk Leopard.
Pindad telah menjalin kerjasama dengan Rheinmetall perusahaan otomotif dan industri pertahanan dari Jerman yang memproduksi Leopard. "Mereka berjanji akan sharing teknologinya sama kita salah satunya terkait rudal dan alutsista lainnya," jelas Adik
MADIUN, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sabtu (14/1/2012) ini, mengunjungi fasilitas latihan terbaru milik TNI AU, yakni Air Combat Maneuvering Instrumentation, di Pangkalan TNI AU Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.
Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI) adalah seperangkat peralatan elektronik yang terintegrasi dengan pesawat udara. Alat ini berfungsi untuk memonitor pergerakan pesawat secara real time dan merekamnya.
Dengan alat itu, Presiden Yudhoyono bisa memantau secara real time empat pesawat tempur F-16 yang dipasangi ACMI. Simulasi gerakan pesawat tempur yang ditampilkan di layar merupakan hasil dari pengolahan data yang diperoleh lewat alat ACMI yang dipasang di sayap.
Melalui ACMI, seorang penerbang tempur dapat dipantau secara presisi latihan terbang yang dilakukannya, baik secara real time maupun dalam bentuk rekaman untuk keperluan briefing
KSAD : PENGADAAN 100 MBT LEOPARD A26 DISERTAI DENGAN TRANSFER TECHNOLOGI
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo memastikan rencana pembelian tank berat Leopard A26 buatan Jerman sudah sesuai dengan kondisi dan kebutu*an senjata dalam negeri. "Itu teknisnya sudah saya tanyakan kepada ahlinya, yaitu pusat kesenjataan kavaleri," kata Pramono di Kantor Pusat Penerangan Angkatan Darat, Jumat 13 Januari 2012.
KSAD juga memastikan pembelian tank berat Leopard A26 dari Belanda itu akan diikuti dengan transfer teknologi. "Membeli alat harus siap dengan alih teknologi untuk pasukan yang memakainya," ujarnya.
Menurut Pramono, pembelian 100 tank Leopard itu sudah sesuai dengan rencana modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang akan rampung pada 2014. Pemilihan tank berat ini juga untuk mengimbangi negara tetangga yang telah lebih dulu memiliki tank sejenis.
Modernisasi ini, dia melanjutkan, tidak untuk meningkatkan persaingan antarnegara yang ada di kawasan. "Hanya mungkin ada yang terkejut, kok, sekarang. Jawabnya, ya, karena kita (baru) punya uang sekarang," ujar Pramono datar.
Agar harga tank bisa lebih murah, pemerintah membelinya melalui kerja sama antarpemerintah, dengan pemerintah Belanda. Anggaran US$ 280 juta yang sudah disiapkan pun cukup untuk membeli seratus tank berdaya tembak 6 kilometer itu. "Prinsipnya, alutsista itu harus memberi kebanggaan dan mendukung kesiapan AD untuk menjalankan tugas pokoknya," Pramono menegaskan.
Lebih jauh disebutkan, selama ini AD belum pernah membeli alutsista dalam jumlah besar. Sebagai contoh, Indonesia saat ini baru memiliki tank ringan AMX13 yang umurnya 50 tahun lebih. Dengan penambahan dana Rp 14 triliun hingga 2014, AD akan terus membeli alutsista baru, bukan hanya tank berat, tapi juga meriam, helikopter, rudal antiserangan udara, dan amunisi.
Mengenai rencana pembelian tank Leopard ini, Wakil Ketua Komisi Pertahanan T.B. Hasanuddin mengatakan Dewan Perwakilan Rakyat akan menolak pembelian karena tank jenis ini dinilai tak cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Menurut dia, tank berbobot 60 ton ini akan mubazir karena tidak sesuai dengan kebutu*an TNI AD. "Yang kita butu*kan sesuai dengan renstra itu tank jenis menengah, bukan tank berat seperti ini," ujarnya. Sejumlah anggota Komisi Pertahanan lainnya juga mengkritik rencana penempatan tank yang akan dipusatkan di Jawa.
Menanggapi hal ini, Pramono menjelaskan, pembelian tank berat merupakan upaya AD menciptakan kesetaraan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Myanmar, yang telah lebih dulu memilikinya. Pembelian tank berat oleh AD akan sangat berguna dalam latihan gabungan antarnegara ASEAN. "Selama ini latihan gabungan tidak berjalan sepadan. Mereka punya tank berat, sedangkan kita medium saja belum punya," ujarnya.
Mengenai penempatan tank yang dipusatkan di Jawa, menurut Pramono, semata-mata agar lebih mudah diangkut ke mana saja di wilayah Indonesia. Pasalnya, untuk memindahkan tank tempur itu, diperlukan alat angkut militer yang sampai saat ini baru ada di Jakarta dan Surabaya. KSAD juga meminta masyarakat tidak khawatir akan penyalahgunaan tank oleh AD. Bagaimanapun, tank tempur tidak akan digunakan di daerah padat penduduk. "Prinsipnya, tank hanya akan melawan tank," ujarnya.
TNI AL Kembangkan Alutsista Buatan Mahasiswa STTAL
TNI Angkatan Laut bakal mengembangkan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) buatan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL). Untuk kedepannya, pihak TNI AL akan fokus pada pengembangannya.
Dilaporkan Rangga reporter Suara Surabaya, ada 8 buah alat persenjataan serta penunjang operasi militer TNI AL di Kobangdikal Perak yang dipamerkan saat wisuda mahasiswa STTAL, Jumat (13/1/2012).
Mahasiswa menggunakan piranti sederhana untuk membuat seluruh alat tersebut. Laksamana Suparno Kepala Staf TNI AL yang meninjau, mengaku tertarik pada Pandawa, kapal sustainer tanpa awak buatan empat mahasiswa, yang digerakkan secara otomatis dan jarak untuk menggerakkannya bisa mencapai 30 km.
TNI mengaku belum memiliki kapal tanpa awak seperti yang dibuat oleh mahasiswa. Selain kapal Pandawa, mahasiswa STTAL juga membuat penyapu ranjau yang digerakkan secara otomatis, serta pengendali panel pembuka kendaraan amfibi dengan menggunakan hidrolik.
Karya mahasiswa lainnya adalah robot pendeteksi ranjau darat anti tank. TNI AL belum memiliki teknologi, tetapi mahasiswa telah membuat rancang bangunnya.
Laksamana Suparno menambahkan, untuk ke depan pihaknya akan fokus pada pengembangan teknologi alat tempur yang dihasilkan mahasiswa STTAL. Ia yakin para TNI AL mampu mengembangkan teknologi persenjataannya sendiri. Selain lebih luang, pengembangan ini berguna bagi profesionalisme TNI AL. Lebih lanjut, karya mahasiswa dapat mengurangi ketergantungan teknologi pertahanan dari negara asing. (xen/ipg)
SURABAYA - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno (kanan) mendapat penjelasan oleh prajurit TNI AL ketika mengamati pameran prototipe persenjataan disela-sela Sidang terbuka Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) di Gedung Moeljadi, Kobangdikal, Surabaya, Jatim, Jumat (13/1).
Prototipe persenjataan merupakan observasi dari wisudawan STTAL prajurit TNI/Polri yang berjumlah 88 wisudawan, terdiri dari 52 wisudawan program studi (prodi) S-1 (45 perwira TNI AL dan 7 perwira TNI AU) dan 36 wisudawan prodi D-3 (34 bintara TNI AL dan 2 bintara Polri) yang diharapkan kedepan mampu menciptakan alutsista dalam negeri. FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/pd/12
UAV DI LANUD SUPADIO AKAN DI LENGKAPI PERSENJATAAN
Sungai Raya – Pesawat tempur Hawk di Skadron Elang Khatulistiwa siap tempur dan menghalau penyusup, sebagaimana pencegatan pesawat Falcon 900 yang ditumpangi Wakil PM Papua Niugini, Belden Namah, November tahun lalu, oleh Shukoi TNI AU.
“Pesawat tempur ini harus standby selama 24 jam. Jika dibutu*kan, dengan cepat pesawat Hawk 100-200 ini akan bergerak,” ungkap Kolonel (Pnb) Kustono SSos, Danlanud Supadio kepada Yuniardi dari Equator di ruang kerjanya, Kamis (12/1).
Skadron Elang Khatulistiwa yang berpangkalan di Lanud Supadio memang disiapkan untuk menjaga kedaulatan NKRI. Dengan pesawat Hawk 100-200, setiap harinya menyiapkan flight pesawat tempur.
Sehingga jika sewaktu-waktu ada pesawat asing tanpa izin melintas masuk ke wilayah udara Indonesia, jajaran Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas), dalam hal ini Pos Sektor (Posek) 1, bisa langsung meng-airborne-kan pesawat hawk dari Pontianak untuk mengidentifikasi pesawat asing yang melintas.
“Pesawat hawk ini akan segera diberangkatkan untuk mengidentifikasi. Sedangkan untuk penindakannya, tentu saja semua tergantung perintah dari panglima,” tegas Kustono.
Kesiapan 24 jam, menurutnya, untuk mengidentifikasi dan menyampaikan laporan saja. Apakah itu diusir, dipaksa mendarat, atau yang lainnya, mengingat ada klasifikasi yang harus dilaksanakan.
Tentu saja pihak Lanud Supadio akan berkoordinasi dengan Posek 1 yang ada di Jakarta. Koordinasi dibantu monitoring menggunakan radar sipil yang ada di Angkasa Pura khususnya di wilayah udara Kalimantan Barat dan sekitarnya. Pasalnya TNI AU yang ada di Kalimantan belum memiliki radar.
“Radar sipil yang ada di Angkasa Pura ini sudah terintegentrasi (*****si) dengan Kohanudnas di Jakarta,” katanya.
Makanya, kendala Lanud Supadio saat ini adalah belum memiliki radar untuk memonitoring wilayah pertahanan udara khususnya di Kalimantan Barat. Untunglah radar sipil milik Angkasa Pura bisa digunakan.
Selain itu, Skadron 1 juga selalu melaksanakan latihan rutin, di antaranya latihan terbang malam. Tujuannya untuk meningkatkan profesional para penerbang dalam mengantisipasi kemungkinan akan terjadi gangguan, ancaman serta pelanggaran wilayah kedaulatan hukum nasional oleh pihak lain.
Sebab, lanjut Danlanud, untuk meningkatkan dan mempertahankan kemampuan serta tetap terpeliharanya keahlian terbang, para penerbang tentunya membutu*kan latihan yang berkesinambungan. Terbang dengan kondisi cuaca maupun situasi siang ataupun malam. Dengan begitu para penerbang dapat mengatasi berbagai tantangan tugas yang dihadapi.
“Bagi para penerbang tempur, terbang malam bukan merupakan hal yang luar biasa. Namun perlu untuk pembiasaan terutama pada saat lepas landas dan mendarat yang sangat mengandalkan instrumen yang ada. Di samping visual dengan alat bantu lampu penerangan di dua sisi landasan. Untuk itu para penerbang dituntut lebih teliti dan hati-hati dalam menerbangkan pesawat serta melakukan manuver-manuver tertentu,” paparnya.
Tak hanya itu. Menjaga wilayah perbatasan di Kalimantan Barat, Lanud Supadio Pontianak akan diperkuat dengan pesawat tanpa awak. “Pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio diarahkan untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat. Bahkan juga dioperasikan untuk pengawasan di pulau Kalimantan,” katanya sembari mengatakan kalau pesawat tersebut juga dapat dipersenjatai serta dilengkapi dengan peralatan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari. (oen)
Membangun industry militer tidak semudah membalikkan telapak tangan..industry militer indonesia sudah dimulai sejak awal berdirinya indonesia..keberhasilan indonesia pertama kali terlihat pada tahun 1960'an melalui pesawat terbang ringan/trainer jet pertama kali..! 2014 kami akan mengeluarkan first prototype pesawat transportasi ringa N-219. semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi lebih baik..wassalam.
Menhan: Di Akhir Masa Pemerintahan SBY, Pertahanan Indonesia Akan Kuat Sekali
Balikpapan (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia akan menambah enam lagi pesawat tempur Sukhoi sehingga akan lengkap memiliki satu skuadron atau 16 pesawat tempur canggih buatan Rusia tersebut.
"Selain itu, kita juga akan tambah tiga kapal selam dan pesawat-pesawat F-16 sehingga di akhir masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pertahanan kita akan kuat sekali," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Pelabuhan Semayang, Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu.
Menhan Purnomo Yusgiantoro berada di Balikpapan dalam rangka penutupan pelayaran Saka Bahari Nusantara yang dimulai sejak akhir Desember 2011.
"Itu karena sekarang ekonomi kita kuat sekali. Kita punya anggaran Rp150 triliun untuk pertahanan," tambah Purnomo.
Saat ini TNI AU memiliki 10 pesawat Sukhoi yang pengadaannya dimulai sejak masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Saat it,u pemerintah hanya menargetkan memiliki satu skuadron mini atau berkekuatan 12 pesawat Sukhoi SU-27 dan Sukhoi SU-30.
"Dari Makassar hanya perlu sekitar satu jam bagi Sukhoi dengan terbang normal untuk mencapai perbatasan dengan Malaysia di Sabah. Sukhoi mampu terbang hingga mach-2 atau dua kali kecepatan suara," kata Komandan Skadron Udara XI Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Letkol Penerbang Tonny Haryono dalam kesempatan terpisah.
Penambahan Sukhoi itu melengkapi penambahan armada tempur udara Indonesia, yang juga diperkuat pesawat-pesawat F-16. Pada 2014 mendatang TNI AU akan mendapat 24 pesawat F-16 Block 32 yang diretrofit jadi Block 52 sehingga meski bekas USAF (angkatan udara Amerika Serikat), pesawat tersebut kemampuan tempur sama seperti pesawat baru. http://www.antaranews.com/berita/292813/ri-beli-enam-sukhoi-lagi
ADA rasa yang mengganggu ketika hendak menyebut pelayaran Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci kali ini sebagai pelayaran terakhir. Meski masih gagah bila layarnya terkembang di lautan, kapal dengan tiga tiang tinggi itu sudah memasuki usia 60 tahun. Dua di antara tiga kapal layar seangkatannya telah bebas tugas. Satu tenggelam di dasar laut, satunya lagi dimuseumkan. Dewaruci kini sendiri.
Maka, sekembali dari pelayaran melintasi empat benua pada pertengahan Oktober 2012 --andai sudah ada kapal latih pengganti-- ia sepertinya harus benar-benar bersandar di dermaga Ujung, Surabaya.
Mulai hari ini (15/1), KRI Dewaruci kembali membentangkan layarnya untuk mengelilingi dunia. Penjelajahan edisi ke-59 di usianya yang ke-60 tahun itu kiranya tak berlebihan bila disebut yang paling fenomenal. Sejak kapal yang melegenda itu dibuat pada 1953, tiap tahun Dewaruci terus berlayar secara rutin meski dengan jarak tempuh yang berbeda-beda. Namun, perjalanan kali ini bakal mencatat rekor jarak tempuh terjauh dan waktu pelayaran terlama.
Hingga sehari menjelang keberangkatannya, awak kapal masih sibuk. Di dermaga Ujung, yang menjadi tempat sandarnya, para prajurit memasukkan berbagai barang ke lambung kapal latih jenis tall ship (kapal layar tiang tinggi) sebagai bekal di tengah laut selama kurang lebih sepuluh bulan.
Barang-barang yang di-loading itu bermacam-macam; mulai bahan makanan, seperti beras, minyak goreng, lauk-pauk yang diawetkan, dan air minum; peralatan musik; pakaian; hingga tas ransel berisi pernak-pernik yang bersifat pribadi, seperti foto pacar atau foto anak-istri. Menjelang siang, ruang terasa longgar setelah semua barang tersusun rapi.
Maklum, kapal layar yang lebih banyak kita dengar lewat buku pelajaran sejak masih duduk di bangku sekolah dasar itu bakal mengarungi samudera hampir sepuluh bulan (277 hari) lamanya. KRI Dewaruci direncanakan singgah di 24 kota di 13 negara yang tersebar di empat benua (minus Australia).
Rutenya, dari dermaga Ujung, Surabaya, Dewaruci bakal berlayar ke arah timur, menuju Amerika, Eropa, Afrika, dan kembali ke Asia. Pelayaran kali ini akan menempuh jarak 27.006 mil laut atau setara 50.015 km. Kapal dijadwalkan baru kembali di Surabaya pada pertengahan Oktober mendatang.
”Tugas pokok kami muhibah ke luar negeri menghadiri OpSail (Operation Sail) 2012, mendukung kadet AAL praktik pelayaran Kartika Jala Krida (KJK),” terang Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto kemarin.
Setiap tahun KRI Dewaruci memang menjadi labuhan para prajurit Akademi Angkatan Laut (AAL) tingkat II untuk menjadi perwira. Kebetulan, rute KJK para taruna AAL angkatan ke-59 adalah rute keliling dunia terlama dan harus singgah di empat benua.
Selama pelayaran, kadet-kadet bakal berpraktik ilmu dasar kepelautan, seperti pelayaran astronomi yang menentukan posisi kapal berdasar bintang, membaca cuaca, dan mempraktikkan profesi dasar matra (bukan mantra) laut. Itu adalah ilmu dasar kepelautan yang harus dikuasai meski peralatan kapal zaman sekarang sudah digital. Karena itu, seluruh korps diikutkan. Dalam pelayaran KJK sebelumnya, korps Marinir tidak disertakan.
Kebijakan tersebut bertujuan memberikan pengalaman kepada personel Marinir sebagai atase pertahanan. Sebelum berangkat, prajurit matra laut tersebut telah berlatih berbagai ragam kesenian nasional serta daerah berikut pakaian dan aksesorinya.
Semua itu akan dipresentasikan ke berbagai negara yang disinggahi untuk pengenalan keberagaman budaya dan diplomasi Indonesia sebagai destinasi wisata pada OpSail 2012 yang dijadwalkan berlangsung Juli nanti di Amerika Serikat. Agenda keberangkatan pada 15 Januari ini oleh jajaran TNI-AL juga dirayakan sebagai Hari Dharma Samudera.
Yakni, peringatan pertempuran Laut Aru yang membuat Komandan KRI Macan Tutul Komodor Josaphat Soedarso (Yos Sudarso) gugur. Pelepasan KRI Dewaruci dilakukan setelah acara tabur bunga yang dipimpin KSAL Laksamana Soeparno dengan didampingi Pangarmatim Laksamana Muda TNI Ade Supandi pada pukul 07.00 WIB.
Para perwira, istri, dan sanak keluarga dari 82 anak buah kapal (ABK), dokter kapal, tim penerangan Armatim, personel korps Pasukan Katak, dan staf AAL sepuluh orang diundang untuk turut melepas keberangkatan Dewaruci. Sedangkan kadet AAL mencapai 101 taruna. Terdiri atas anggota korps pelaut 42 orang, personel teknik 17 orang, staf elektronika 10 orang, tenaga suplai 9 orang, dan personel Marinir 23 orang.
Pangarmatim Laksamana Muda TNI Ade Supandi dalam pembekalan yang berlangsung di atas KRI Dewaruci menekankan empat pesan. Yakni, kru meningkatkan spiritualitas, menjaga kehormatan Merah Putih, melakukan transformasi pengalaman terhadap kadet, dan mengantisipasi cuaca agar Dewaruci tetap aman dalam pelayaran.
”AL negara lain yang berlayar memakai kapal latih seperti KRI Dewaruci sudah sangat jarang. Indonesia akan mempertahankan tradisi ini karena negara kita negara maritim,” ucap Ade, disambut aplaus prajurit.(sep/c11/lk/jpnn/zal)
jika indonesia ingin membina sistem pertahanan misile..mereka perlu mengubah saintis dari negara luar seperti iran, iraq, pakistan dan turki..tu je cara nya...
IMHO. mengubah? maksudnya bisa dapat saintis dari negara luar ke ? dalam perkembangan indonesia military industry indonesia memiliki LAPAN. sejauh ini rocket yang dikembangkan oleh LAPAN mampu mencapai 100-200Km..hanya saja masih belum memiliki kemampuan guide, untuk saat ini lapan sedang mengembangkan kemampuan Guidenya. tapi peruntukan rocket ini lebih kepada rocket peluncur satelit..jika nanti kami sudah mampu dapat menguasai teknologi guidenya..bukan tidak mungkin LAPAN menggantinya menjadi rocket/missile with warhead. 2014 indonesia meluncurkan satelit sendiri..dengan begitu indonesia tercatat kedalam negara-negara yang mampu meluncurkan satelit sendiri dengan technology rocket hasil rancangan sendiri. kat iran pon ada orang indonesia kerja kat military industry...orang-orang tu ex-PT.DI semasa zaman B.J HABIBIE dulu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dua jet tempur Sukhoi Su-30 MK2 dari Rusia akan tiba tahun ini untuk melengkapi kekuatan alutsista TNI AU. Kedua jet tempur tersebut merupakan bagian dari pembelian enam unit pesawat yang sudah ditandatangani kontrak secara resmi antara Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan produsen pesawat Rusia, JSC Rosoboronexport senilai 470 juta US dolar.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat mengatakan, penambahan dua unit Sukhoi itu dilakukan secara bertahap mulai tahun ini sampai pada 2014. "Pada tahun 2012, tahun 2013, dan tahun 2014, masing-masing didatangkan dua pesawat," katanya di kantor Kemenhan, Senin (16/1).
Saat ini, TNI AU memiliki 10 unit jet tempur Sukhoi, yang terdiri enam Sukhoi jenis Su-27 SKM dan empat Sukhoi jenis Su-30 MK2. Rencananya, TNI AU menempatkan satu skuadron Sukhoi tersebut di Pangkalan Udara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro memaparkan, penambahan Sukhoi itu merupakan bagian dari rencana untuk bisa membangun kekuatan TNI AU yang disegani negara lain. Dia menyatakan bahwa penambahan alutsista jet tempur tersebut tidak hanya dilakukan dengan memanfaatkan produksi luar negeri. Melainkan juga mempercayakan industri dalam negeri.
Salah satunya adalah kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) dalam pembuatan helikopter jenis Bell 412 dan Puma untuk TNI AD dan TNI AU. Selain itu PT DI juga mengupayakan pembuatan sembilan unit pesawat CN 295 dengan produsen pesawat Airbus Millitary yang berbasis di Spanyol. "Ini semua sedang digarap PT DI," tandasnya.
Pemerintah China, tertarik memperkuat kerjasama di bidang militer dengan Pemerintah Indonesia, yang sudah berjalan selama ini.
Menurut Menteri Pertahanan China, Liang Guanglie, selama beberapa tahun terakhir, militer China, dan Indonesia, berhasil mencapai kesepakatan kontrak tinggi di bidang militer, seperti konsultasi pertahanan, peralatan, pelatihan personil, latihan bersama, dan patroli keamanan maritim dan keamanan multilateral.
Liang mengatakan hal tersebut, saat bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Cina, Imron Cotan, di Beijing, China, Senin (16/1/2012).
Dalam kesempatan itu, Ia juga mengatakan, China siap memajukan kemitraan strategis dengan Indonesia untuk perdamaian dan pembangunan wilayah dan dunia.
Sementara itu, Imron Cotan, mengatakan Indonesia ingin memperkuat komunikasi strategis dan memperluas kerjasama pertahanan bilateral dengan Cina, untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas regional.
Ia mengatakan, kerjasama militer diantara China dengan Indonesia, merupakan sebagai kesempatan daripada sebuah tantangan.
Hubungan militer diiantara China dan Indonesia terasa sangat mesra, baru-baru ini Liang melakukan kunjungan resmi ke Indonesia, atas undangan Menteri Pertahanan Indonesia, Purnomo Yusgiantoro.
Kedua menteri pertahanan tersebut, juga bertemu di sela-sela Pertemuan ASEAN Plus Menteri Pertahanan, di Hanoi, Vietnam, Oktober, 2010.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - TNI terus melakukan modernisasi seluruh alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) yang dimiliki. Tidak terkecuali pesawat latih yang biasa digunakan untuk meningkatkan skill para penerbang dari TNI AL
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufa'at mengatakan, TNI AU saat ini tengah memodernisasi pesawat-pesawat latihnya.
"Sebagian penggantian pesawat latih TNI Angkatan Udara dilakukan dengan pesawat produksi Korea Selatan," ujar Imam ditemui di sela Rapat Pimpinan Kementerian Pertahanan di Jakarta, Senin (16/1).
Imam mengemukakan mayoritas pesawat latih milik TNI AU ternyata buatan 1976-1977. Ia menambahkan dengan penggantian itu, seluruh pesawat yang akan dipakai siswa penerbang ialah pesawat baru. Pesawat semakin tua akan semakin susah suku cadang dan perawatannya.
"Sudah saatnya kami modernisasi alutsista Angkatan Udara," ujar Imam.
TNI-AU memiliki sejumlah pesawat latih. Pesawat latih legendaris pada 1950-an adalah T-6 Harvard, yang merupakan pesawat latih pada era-Perang Dunia II.
Pada masa akhir Orde Lama, pesawat latih yang digunakan adalah L-29 Dolphin buatan Blok Timur.
Selanjutnya, pada era 1970-an AS memberikan bantuan T-33 Thunderbird. Namun, T-33 di Indonesia justru digunakan sebagai pesawat tempur udara-permukaan. T-33 Thunderbird terlibat dalam operasi militer di Timor Timur.
Pada kurun 1980-an TNI AU mengoperasikan T-34 Charlie dan AS 202 Bravo. Sedangkan pada kurun 2000-an dioperasikan KT-1 Wong Bee buatan Korea Selatan.
Pesawat-pesawat latih tersebut juga dapat dipersenjatai untuk serangan udara-permukaan yang penting dalam operasi anti-gerilya.
Untuk mengganti T-34 Charlie dan AS 202 Bravo, TNI AU telah menetapkan pesawat latih "Grobb" buatan Jerman.
TNI-AU telah memesan satu skuadron "Grobb" dan telah mendapat persetujuan Kementerian Pertahanan dan diharapkan tiba secara bertahap di Indonesia mulai 2012 atau 2013. Selain Grobb, TNI-AU juga sudah memesan satu skuadron pesawat T-50 buatan Korea Selatan.
VIVAnews - Indonesia berencana melakukan transfer teknologi kapal selam dengan Korea. Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno mengatakan, untuk proses transfer teknologi tiga kapal selam ini, pemerintah menganggarkan sebesar Rp1,080 miliar.
"Kapal selam itu istilah lainnya adalah silent killer. Jadi kalau kapal selam sepi itu lumrah. Kalau ramai namanya kapal kobong (terbakar). Jadi jangan tanya-tanya terus, karena kapal selam itu senjata rahasia. Kalau setiap perkembangannya ditanya terus sama dengan mengekspos kemana-mana," ujarnya di usai Rapat Pimpinan Tahun 2012 di Gedung Kemenhan, Jakarta, Senin, 16 Januari 2012.
Menurut Soeparno, proses transfer teknologi ini sudah berjalan sesuai prosedur dan sudah memasuki proses tanda tangan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsdya TNI Eris Herryanto mengatakan ada tiga manfaat yang didapat dari transfer teknologi kapal selam dengan Korea.
Untuk kapal selam yang pertama diharapkan kita mengirimkan orang guna mempelajari dan ikut dalam pembangunan kapal selam. Kapal selam yang kedua, diharapkan kita sudah bekerjasama dengan ahli-ahli dari Korea mengerjakan kelanjutan dari kapal pertama. Sedangkan yang ketiga, diharapkan pekerjaannya ada di Indonesia dan kita sebagai pekerjanya, bukan disupervisi oleh Korea.
"Sekarang permasalahannya kita harus menyiapkan sumber daya manusianya," ujarnya.
Untuk SDM, pemerintah akan menggandeng akademisi, BPPT, dan Ristek. "Jadi tidak hanya dari PT PAL, tetapi kami juga akan meminta kepada akademisi seperti universitas ITS yang menguasai perkapalan dan kapal selam, dan juga dari BPPT dan Ristek," jelasnya.
Sementara itu, dari segi peralatan, kata dia, memang akan banyak yang harus dipersiapkan khususnya di PT PAL.
"Sampai saat ini belum ada survei. Nanti kami akan ada audit teknologi seberapa besar kemampuan teknologi kami, baru di dalamnya sarana dan prasarana, kemudian baru ditentukan anggaran," ungkapnya.
Eris mengungkapkan ada hal yang ingin dicapai dari transter teknologi kapal selam dengan Korea. Paling tidak kita sudah mempunyai SDM yang dapat memelihara kapal selam kita di kemudian hari sehingga perawatan dan lainnya tidak perlu ke luar negeri.
"SDM sangat dibutu*kan, karena satu kapal selam setiap 4-5 tahun harus masuk overhaul yang harus dikerjakan secara periodik dengan membongkar semuanya," tuturnya. (umi)