Tahun 2013: Tahun Asia (dan Indonesia)
Oleh: Ahmad Cholis Hamzah*
Tahun 2012 sudah berlalu, dan tahun itu ditandai dengan berbagai gejolak dunia baik sosial, politik dan ekonomi. Khusus di bidang ekonomi, dunia menyaksikan gelombang penurunan ekonomi di negara-negara maju, Amerika Serikat dan Eropa. Tingkat pengangguran yang masih tinggi dimana-mana sehingga sering kita saksikan seorang yang dulu kaya raya mendadak menjadi gelandangan karena harga saham jatuh, inflasi tinggi, deficit neraca perdagangan dsb. Di Yunani, Itali, Spanyol, Inggris, Amerika dll banyak warga yang melakukan demonstrasi menentang kebijaksanaan pemerintah dalam hal pengetatan anggaran. Karena kebijaksanaan itu juga berarti pajak naik, subsidi di cabut, PHK terjadi dan akibat selanjutnya perekonomian negara terus terjun kebawah.
Tahun 2013 ini kondisi seperti itu di berbagai negara maju tsb masih berlangsung. Negara-negara itu yang dulu menjadi kiblat dunia di berbagai bidang mulai perlahan-lahan runtuh karena perekonomiaannya banyak ditumpu oleh hutang. Sekarang dunia mulai beralih ke Asia. Dan tahun 2013 oleh banyak kalangan di sebutkan sebagai tahunnya Asia. Walaupun perekeonomian dunia diambang resesi, perekonomian di beberapa negara Asia seperti China, India dan negara-negara yang tergabung di ASEAN masih bertahan. Kemajuan ekonomi Asia ini secara tidak terang-terangan di kagumi oleh negara lain di dunia ini. Dan salah satu variable keberhasilan pencapaian perekonomian di kawasan ini adalah inovasi yang terus berkembang, domestic consumption yang meningkat dan munculnya kelompok menengah atau kelompok kaya baru yang meningkat.
Bagaimana di Indonesia?. Selain banyak di bumbui dengan berita-berita yang negatif seperti kasus meningkatnya korupsi, perkelahian pelajar dan mahasiswa, insiden penembakan di Poso dsb. Namun masih lebih banyak berita yang “Promissing” di negeri ini. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih 6.5%, dan di berbagai propinsi tingkat pertumbuhannya malah banyak yang diatas rata-rata nasional ada yang 7% ada yang mencapai 8%. Dan yang terendah pun masih dikisaran 5%.
Domestic Consumption di negeri ini mengagumkan sekali, kita lihat saja misalnya di sektor perjalanan, pariwisata, perhotelan, restaurant. Bali yang dulu dikenal sebagai surga warga Bule (terutama Australia), sekarang di penuhi warga pribumi ditambah warga negara Asia lainnya seperti Taiwan dan China. Seluruh pesawat dengan destinasi keseluruh propinsi di negeri ini hampir selalu fully booked. Dan jangan heran Indonesia sekarang menjadi incaran maskapai – maskapai penerbangan asing karena memang sangat menguntungkan. Karena itu Bandara dimana-mana sudah seperti terminal bus atau angkot umum karena begitu banyaknya orang yang berpergian. Di hari-hari libur pantai, atau tempat pembelanjaan dan restaurant seperti di Yogyakarta, Makassar, Medan, Bali dsb selalu dipenuhi orang. Dalam hal perjalanan religi seperti Haji – kalau pemerintah Saudi Arabia tidak memberi batasan kuota terhadap Indonesia, niscaya Makkah dan Madinan akan penuh dengan jamaah yang hanya dari Indonesia saja. Tidak heran waiting list untuk urusan Haji ini sampai mencapai 5-10 tahun!. Kondisi seperti ini baru-baru saja muncul. Menurut beberapa penelitian luar negeri, kelompok orang kaya baru di Indonesia pada tahun 2012 kemarin sudah mencapai 45 juta orang dan ini akan meningkat sampai 100 jutaan di tahun-tahun kedepannya. Kelompok inilah yang akan menggerakkan ekonomi negeri termasuk ekonomi negara lain (Singapura misalkan pariwisatanya meningkat karena meningkatnya turis dari Indonesia!). Merekalah yang membanjiri Bandara, hotel, restaurant, tempat-tampat perbelanjaan sampai tempat-tempat religi.
Peranan pemerintah juga sangat diperlukan dalam mendorong perekonomian itu. Misalkan saja dalam banyak hal- kebijakan negara untuk mensyaratkan seluruh pegawai memakai pakaian batik, akan mengakibatkan perekonomian Yogya, Sidoarjo, Madura, Pekalongan, Solo, Mall-Mall dan pusat –pusat perbelanjaan lainnya di berbagai kota (seperti Thamrin City dan Tanah Abang Jakarta serta Malioboro) akan melejit dan hal inilah yang mengakibatkan munculnya kelompok kaya baru. Di Bali para pemilik warung makanan dari Jawa memiliki rumah-rumah yang besar, di Tegal pun juga demikian dipenuhi oleh munculnya rumah-rumah besar pemilik warteg di Jakarta.
Hanya saja kedepannya, perlu di perhatikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang hanya mengandalkan Consumption Side secara jangka panjang akan menjadi boomerang. Kasus kolaps nya perekonomian negara-negara di Eropa dan Amerika menjadi contoh ekonomi yang hanya ditumpu oleh sisi konsumsi, dan lebih celakanya lagi konsumsi yang meningkat itu di topang oleh impor!.
Indonesia di tahun 2013 – yang disebut sebagai tahunnya Asia ini, harus mulai juga fokus pada peningkatan Production Side agar perekonomiannya tidak hanya ditumpu oleh sisi konsumsi saja. Inovasi anak-anak bangsa harus selalu didorong seperti dalam sektor industri mobil misalnya, atau dalam sektor industri kreativ dsb agar negeri ini tidak terlalu tergantung pada luar negeri dalam memenuhi konsumsi domestik nya.
)* Alumni University of London, Universitas Airlangga dan dosen di STIE Perbanas Surabaya.