|
INDONESIA - defence and military issues (PART IV-R.P.9]
[Copy link]
|
|
Mmg kita tak boleh mengunder estimate kekuatan tentera mana2 pihak sekali pun. Banyak sudah kes2 mengunder estimate kekuatan pasukan lawan menyebabkan kekalahan pasukan bolasepak handal. |
|
|
|
|
|
|
|
Malaysia Pesan 23 Unit Panser Pindad
Credit Foto By HPC2-Malay Kaskuser
Pemerintah Malaysia memesan 23 unit panser buatan PT Pindad tahun ini. "Prosesnya sudah sampai Perdana Menteri Malaysia, Departemen Pertahanan mereka sudah oke," kata Direktur Utama Pindad Adik Avianto Soedarsono di Bandung Ahad 7 Agustus 2011.
Panser yang dibanderol Rp 7 miliar per unit itu, menurut Adik, makin diminati setelah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Adik mengatakan panser buatan putra-putri Indonesia itu telah digunakan dalam menjaga perdamaian di Lebanon. "Sebanyak 13 unit telah digunakan di Lebanon," katanya.
Panser pesanan Malaysia, katanya, perangkat mesinnya tidak lagi menggunakan buatan Renault, melainkan menggunakan mesin Mercedes-Benz. “Karena Renault kini menjadi pesaing PT Pindad dalam memasok kendaraan ke Malaysia, sehingga harus mengganti komponen mesin,” ujarnya.
Namun demikian, PT Pindad belum memastikan apakah panser yang akan dijual ke Malaysia akan menggunakan mesin Benz. Adik mengemukakan ada dua pilihan mesin yang akan dipakai untuk panser tersebut, yaitu Mercedes-Benz atau Deutz yang hampir sama dengan mesin Renault berkapasitas 7.000 cc dan berkekuatan 320 tenaga kuda.
Juli lalu, rencana pembelian itu disampaikan Panglima Angkatan Tentera Malaysia Jenderal Tan Sri Datu Sri Zulkifli Mohammad Zein saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di Istana Kepresidenan.
Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perewakilan Rakyat Teguh Juwarno mengatakan Pindad harus pintar-pintar dalam menerima permintaan luar negeri. "Jangan sampai alutsista (alat utama sistem pertahanan) kita sama atau malah lebih bagus mereka (Malaysia)," ujarnya. Menurut Teguh Pindad harus mengutamakan permintaan dari Tentara Nasional Indonesia.
http://tempointeraktif.com/hg/bisnis/2011/08/07/brk,20110807-350489,id.html |
|
|
|
|
|
|
|
Pindad butu* Bahan Baku Dalam Negeri
BANDUNG--MICOM: Direktur Utama PT Pindad (Persero) Adik Avianto Soedarsono mengatakan sejak 2007, perusahaan persenjataan nasional ini berkembang dari sisi produksi, pangsa pasar hingga penjualan.
Tahun 2009, total penjualan untuk alutsista mencapai Rp773 miliar dan nonalutsista mencapai Rp213 miliar, kemudian 2010, total penjualan alat utama sistem persenjataan (alutsista) menembus Rp675 miliar dan nonalutsista mencapai Rp416 miliar.
"Tahun ini, total penjualan alutsista mencapai Rp903 miliar dan non alutsista mencapai Rp510 miliar," ujar Adik.
Menurut dia, kendala yang masih dihadapi dalam pengembangan industri persenjataan nasional adalah kebutu*an bahan baku karena kebanyakan masih merupakan impor dari negara lain.
"Kami lebih senang kalau dapat bahan baku dari dalam negeri karena proses lebih mudah dipantau dan diperhatikan. Kami sedang mengupayakan itu," katanya.
Dari total penjualan PT Pindad tahun ini, 80 persen untuk kebutu*an Tentara Nasional Indonesia (TNI), 10 persen untuk kepolisian, 5 persen untuk ekspor, dan 5 persen untuk kebutu*an lainnya.
Sementara dari produksi dan penjualan alutsista hingga saat ini masih didominasi oleh kendaraan khusus tempur sebesar Rp398 miliar, amunisi yang mencapai Rp341 miliar, dan senjata Rp164 miliar.
Sedangkan dalam nota keuangan APBN 2011, PT Pindad memperoleh alokasi anggaran Rp400 miliar dan meningkat menjadi Rp558 miliar dalam APBN Perubahan 2011. (Ant/OL-11) |
|
|
|
|
|
|
|
TNI Berhasil Ciptakan Prototipe Rantis 4 x 4
JAKARTA (Pos Kota) – TNI kini memiliki Kendaraan Taktis (Rantis) 4 x 4 yang dikenal dengan 4-Wheels Drive (4WD atau 4 x 4) yaitu kendaraan taktis yang memiliki tenaga penggerak pada keempat rodanya, dengan tujuan untuk mendapatkan traksi yang memadai dalam segala kondisi jalan. Penyerahan prototipe Rantis hasil Working Group TNI kepada Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, SE. dilakukan di Mabes TNI Cilangkap, Senin (8/8).
Dalam paparannya kepada Panglima TNI dan pejabat TNI, Kepala Subdinas Materiil Utama (Kasubdismatut) Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD (Dislitbangad) Kolonel Kav Rihananto selaku Kepala Pelaksana Kegiatan (Kalakgiat) Rantis 4 x 4 TNI menyampaikan bahwa kendaraan tersebut dapat digunakan di medan yang berat seperti tanjakan terjal, jalan licin ataupun jalan yang berlumpur. Beberapa negara telah mengadopsi kendaraan taktis 4 x 4 untuk kepentingan militernya seperti AS (HUMVEE), Italia (IVECO), Cina (DongFeng Hummvee), Spanyol (EURO VAMTAC), Brazil (AV-VB4 RE 4 x 4 GUARA), Perancis (SHERPA) dan beberapa negara lainnya.
Cara kerja dari kendaraan 4 x 4 adalah mesin dihubungkan dengan differensial tengah (transfer case) yang membagi tenaga ke roda belakang dan roda depan. Karena pada saat menggunakan penggerak 4 roda, penggunaan energi lebih tinggi. Biasanya penggerak 4 roda hanya digunakan pada saat dibutu*kan saja, dengan mengaktifkan melalui tombol atau tuas tertentu.
Kendaraan taktis yang dimiliki oleh TNI saat ini belum standar, yakni terdiri dari beberapa produk seperti CJ-7 (USA), BEIJING (China), ISUZU OZ (Jepang), KIA KM-420 (Korea), LANDROVER (Inggris), UAS (Rusia) dan OVERLAND (Inggris) buatan tahun 1979 -1981.
Konsekuensi dari keanekaragaman tersebut berdampak terhadap rumitnya pengoperasionalan dan pemeliharaan termasuk tukar alih suku cadang sehingga berpengaruh juga terhadap biaya pemeliharaan satuan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dibentuklah Working Group TNI guna mewujudkan suatu Prototipe Kendaraan Taktis 4 x 4 yang dapat mengakomodir operational requirement satuan-satuan manuver maupun untuk kepentingan pengamanan TNI.
Selain itu pula diharapkan ke depan terdapat keseragaman/standarisasi kendaraan taktis TNI. Mengacu kepada konsep Minimum Essential Forces (MEF) diharapkan TNI pada 2014 dapat memenuhi kebutu*an alut sista dengan prioritas produksi dalam negeri serta dalam rangka kemandirian alut sista.
“Selain dari personel TNI juga disertakan mitra industri untuk mendukung kegiatan pengerjaan teknis yaitu : PT. AUTOCAR, PT. Pindad, PT. Yudistira, PT. Petrodrill, PT. Gajah Tunggal, PT. Krakatau Steel, PT. Pilar Mas Kursindo, PT. Indo Pulley Perkasa dan PT. Alam Indomesin Utama. Tampilan Rantis 4 x 4 tetap mengacu pada filosofi Hummvee USA, karena terbukti cukup tangguh, stabil dan flexible,” jelas Kolonel Kav Rihananto.
Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI menyampaikan apresiasi atas upaya yang telah dilakukan oleh Working Group TNI, sehingga dapat mewujudkan prototipe Rantis 4 x 4 yang direncanakan. Namun demikian, Panglima TNI mengharapkan prototipe ini terus disempurnakan sehingga dapat menghasilkan desain yang maksimal sesuai kebutu*an pengguna.
Authentikasi :
Kadispenum Puspen TNI, Kolonel Cpl Ir. Minulyo Suprapto, M.Sc., M.Si., M.A. |
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia dalam konflik Laos th 60'an Disaat Indonesia Melakukan Konfrontasi Trikora+dwikora
During the period 1965-1966 the Neutralist forces of Kong Le received military aid from Indonesia, in an attempt to retain a certain degree of freedom from the Americans. The Neutralist units deployed in the Plain of Jars then were supplied with weapons and munitions by the AURI C-130s and An-12s that transited by Phnom Penh in Cambodia. One of the AURI C-130Bs was seen here taking off for another sortie. (Photo credit: Albert Grandolini Collection)
In 1965, the Indonesians also became involved in the war in Laos, by openly supporting Kong Le. They began to train his troops as paratroopers in airborne tactics and to fly-in ammunition and weapons. Eventually, the Indonesian Army advisers trained a total of six Neutralists paratroop battalions which became, however, rather a sort of “élite” light infantry then true airborne troops.
AURI C-130s were nevertheless used to transport supplies for the Neutralist forces which included medicine, guns and uniforms, and flew out 65 junior officers sellected to receive training in Indonesia. During the anti-communist coup of 1965 in Indonesia, they were placed under a house arrest until it was over and then the training continued. Subsequently, from December 1965, more supplies were delivered on board AURI An-12 transports, and in April 1966 the officers that had finished their training were brought back to Laos, forming the 58th Battalion, originally based near Vientianne. By November 1966 the remaining Lao officers, trained in communications, were flown home on board Indonesian C-130s.
http://www.acig.info/CMS/index.p ... d=238&Itemid=47
http://s188567700.online.de/CMS/index.ph....id=238&Itemid=1
Kenneth J. (Ken) Conboy, pengarang buku Feet to the fire : CIA covert operations in Indonesia, 1957-1958, Kopassus : inside Indonesia's special forces dan INTEL: Inside Indonesia's Intelligence Service pernah menulis tentang ini di Vietnam Magazine, Volume 15 Number 2, August 2002, hal 42-47 :
In late April 1965, Laotian Maj Gen Kong Le was invited to Jakarta as a special guest of the Indonesian military.
Kong Le was originally a neutralist with pro-leftist leanings, who had recast himself slightly toward the right.
He fielded his own army, called the Neutralist Armed Forces (known by its French initials, FAN).
As an army officer, he was to be exclusively handled by his peers in the Indonesian army.
Kong Le's escort for the duration of his month-long stay in Indonesia was Colonel Widjojo "Willy" Soejono, a former RPKAD chief of staff who had recently returned from the U.S. Army Command and General Staff College at Fort Leavenworth.
As a former airborne officer, Kong Le was particularly drawn to Indonesia's commando and airborne schools at Batujajar in West Java.
His FAN included no less than six parachute battalions, though all were airborne in little more than name.
By the end of the general's tour, he had agreed to send a battalion of FAN recruits to Batujajar for intensive instruction.
Coordinating the Laotian training program was Indonesian Lt. Col. Herman Sarenz Soediro.
On August 21, 1965, an Indonesian air force Lockheed C-130 departed Jakarta and took a circuitous northwest heading. Because of the Konfrontasi - and the possibility of being shot down by marauding British jets over Malaysian airspace - the Hercules flew over the island of Sumatra and headed in a low-level clockwise arc toward Thailand.
On his arrival at Vientiane's Wattay Airport, Herman was greeted by Kong Le on the tarmac. Seven tons of medicine, uniforms and boots were offloaded into FAN trucks. Coming aboard were 65 junior FAN officers, who were immediately flown back to Indonesia. Two days later, a second C-130 unloaded another 7 tons of supplies and hauled back 61 more men and officers. Both planeloads of FAN trainees were taken to Batujajar.
The initial plans were for them to stay in Indonesia for at least 18 months, and perhaps as long as three years.
All went through five weeks of Indonesian language classes, followed by what was expected to be six months of commando instruction.
It was not to be. On the night of September 30, six senior Indonesian generals were murdered in an apparent coup attempt.
INDONESIAN LANGUAGE
Pada akhir April 1965, Mayor Jenderal Kong Le dari Laos diundang ke Jakarta sebagai tamu khusus dari militer Indonesia.
Kong Le adalah seorang netralis dengan kecenderungan pro-kiri, yang kemudian berubah jadi sedikit ke kanan. Dia mempunyai pasukan sendiri yang disebut Angkatan Bersenjata Netralis (dikenal dengan inisial FAN).
Selama di Indonesia, Kong Le ditemani oleh Kolonel Widjojo "Willy" Soejono, mantan Kepala Staf RPKAD yang baru saja kembali dari U.S. Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth.
Sebagai mantan perwira airborne, Kong Le sangat tertarik pada pendidikan komando Indonesia di Batujajar, Jawa Barat. FAN memiliki tidak kurang dari enam batalion airborne, meskipun kata kata airborne nya sendiri hanya sekedar nama.
Pada akhir kunjungannya, Kong Le berencana untuk mengirim pasukannya ke Batujajar untuk dilatih intensif. Program pelatihan tentara Laos ini kemudian diletakkan dibawah koordinasi Letnan Kolonel Herman Sarenz Soediro.
Tgl 21 Agustus 1965, sebuah C-130 AURI meninggalkan Jakarta dan menuju kearah barat laut menyusuri pulau Sumatera, kemudian baru mengarah keutara menuju Laos. (Jalur memutar itu diambil krn saat itu masa konfrontasi dg Malaysia, patroli udara Inggris bisa saja memergoki dan menembak jatuh mereka).
Di Bandara Wattay Vientiane, Kong Le menyambut Herman Sarenz Soediro yg membawa 7 ton bantuan untuk FAN seperti obat-obatan, seragam, sepatu bot etc. Setelah semua muatan diturunkan, 65 orang prajurit FAN menaiki pesawat yg kemudian langsung kembali ke Jakarta. Dua hari kemudian, sebuah C-130 AURI membawa 7 ton bantuan lagi dan kembali ke Jakarta membawa 61 prajurit FAN. Semua prajurit FAN ini langsung dibawa ke Batujajar.
Rencana awalnya mereka akan tinggal di Indonesia selama 18 bulan sampai 3 tahun. Dan tahap pertama yg akan dijalani adalah: 5 minggu pertama mereka belajar Bahasa Indonesia, kemudian diikuti dengan pelatihan awal komando selama 6 bulan.enam jenderal senior Indonesia dibunuh dalam upaya kudeta jelas. |
|
|
|
|
|
|
|
KKO (MARINIR) Dalam Operasi Seroja
[CENTER]
[/CENTER]
timor portugis (timor-timur) sudah diincar jakarta dari tahun 1963. Bung karno saat itu tidak suka dengan masih adanya kolonialisme di wilayah yang dekat dengan indonesia. Soebandrio saat itu memerintahkan BPI (badan Pusat Intelijen) untuk merancang operasi intelijen di timor portugis. Kopaska dipilih karena sebagai ajang uji coba karena baru dibentuk tahun 1962 dan baru sekali mengalami operasi waktu trikora.
Pada tahun 1964, Mabes AL mengirim satu tim Kopaska dipimpin seorang serda untuk melaksanakan operasi Klandestein di Timor-timur.Tugas mereka mengumpulkan data intelijen dan menggalang penduduk setempat untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan kolonial Portugis. selama lima bulan, Kopaska mendapat perintah untuk menyusup ke daerah Timor Timur, melalui Atambua. Tugas utamanya, menggalang penduduk setempat,untuk melakukan pemberontakan melawan Portugis.
Kopaska yang dikirim ke timor itu menyamar sebagai pedagang kuda dan bertugas menggalang perlawanan penduduk terhadap kolonial portugis.
bahkan 40 orang timor yang melakukan perlawanan berkunjung ke jakarta untuk mendapatkan pelatihan.
Tapi karena situasi politik yang panas di indonesia menjelang G30S/PKI maka operasi tersebut dihentikan. Dan pemerintahan orde baru tidak tertarik dengan timor portugis. Jakarta tertarik kembali setelah di portugal terjadi kudeta dan situasi politik yang panas di daerah2 koloni portugal yang dipandang bisa mengancam kestabilan wilayah Indonesia.
7 Desember 1975 jam 05.00 WITA, gugus tempur laut TNI Angkatan Laut terlihat diperairan lepas pantai kota Dili, Timor Timur (East Timor). Gugus tempur laut ini dinamakan Gugus Tugas Ampibi Operasi Seroja yang terdiri atas KRI Martadinata(342) yang bertugas sebagai pemberi bantuan tembakan pada operasi pendaratan Batalion Tim Pendarat (BTP 5)/Infanteri Marinir, KRI Ratulangi (400) sebagai kapal komando, KRI Barakuda (817), sebagai kapal buru kapal selam, KRI Teluk Bone (511) sebagai kapal pengangkut BTP5/Infanteri Marinir dan tank ampibi (PT76 & BTR-50) yang akan didaratkan, KRI Jayawijaya (921) sebagai kapal bengkel yang berfungsi sebagai kapal pendukung, dan terkahir KRI Sorong (911) sebagai kapal tanker. Gugus tempur ini dan juga Gugus Rajawali Flight ( terdiri dari 9 pesawat Herculus TNI AU) adalah ujung tombak Operasi Seroja yang dilakukan lewat penyerbuan pantai dan operasi lintas udara.
[CENTER]KRI Martadinata
KRI Martadinata II
KRI Lambung Mangkurat 357
KRI NUKU
KRI Martadinata(342) yang bertugas sebagai pemberi bantuan tembakan pada operasi pendaratan Batalion Tim Pendarat (BTP 5)/Infanteri Marinir, KRI Ratulangi (400) sebagai kapal komando, KRI Barakuda (817), sebagai kapal buru kapal selam, KRI Teluk Bone (511) sebagai kapal pengangkut BTP5/Infanteri Marinir dan tank ampibi (PT76 & BTR-50) yang akan didaratkan, KRI Jayawijaya (921) sebagai kapal bengkel yang berfungsi sebagai kapal pendukung, dan terkahir KRI Sorong (911) sebagai kapal tanker.[/CENTER]
Gugus tempur ini terlihat di lepas pantai kota Dili dalam rangka penyerbuan Kota Dili yang diawali dengan tembakan-tembakan ke arah pantai untuk memberikan tembakan perlindungan dan juga tembakan bantuan dari meriam 76 mm milik KRI Martadinata. Pada saat yang sama Batalion Tim Pendarat Marinir 5 mulai melakukan aksi pendaratannya dan berhasil sampai mendarat dan mengendap-endap di Kampung Alor dan mulai melakukan pergerakan menuju Kota Dili untuk menguasainya.
Pendaratan ini bukan tidak diliputi ketegangan, sebab gerakan gugus tugas ini sejak awal dibayang-bayangi oleh 2 kapal perang Portugal. Dan celakanya , 7 Desember pagi, kedua kapal tersebut justru merapat di lepas pantai Dili. “Mereka buang jangkar lebih dekat ke pulau Atauro, karena di sana bercokol pemerintahan pelarian Portugal dari Timor,” kata Hendro Subroto, wartawan TVRI yang meliput saat itu. Kedua kapal perang tersebut adalah 1 fregat dari kelas Commandante Joao Belo dan 1 kapal survei bernama Alfonso D. Alburqueque. Kapal-kapal itu sudah berada di perairan Timor Timur sejak bulan Oktober 1975. Seperti disengaja dan sudah mengetahui, mereka mendekati perairan Dili bersamaan dengan akan dilakukannya operasi ampibi.
KRI Martadinata dan KRI Ratulangi saling membayangi dengan fregat Portugal, namun yang utama mengawasi adalah KRI ratulangi yang dilengkapi meriam utama 100 mm. Sedangkan KRI Martadinata tetap fokus pada memberikan bantuan tembakan pada pendaratan marinir dibibir pantai. Ketika diawasi oleh kedua KRI kita, kedua kapal Portugal tersebut tidak melakukan manuver yang mengganggu ataupun membahayakan operasi pendaratan, mereka hanya mengawasi saja. Jarak antara kapal perang RI dengan kapal perang Portugal hanya 4 mil laut atau 7 kilometer saja. Dan bila baku tembak pecah antara kedua kubu tersebut, maka jarak ini sangatlah dekat dan masuk jarak tembak meriam kedua belah pihak.
[CENTER]Pendaratan I
Pendaratan II
Pendaratan III
Pendaratan IV
Pendaratan V
[/CENTER]
Setelah Berhasil Mendarat Di Pantai, pertempuran terus berlanjut hingga ke pedalaman. merangsek maju dan membersihkan daerah daerah yang dicurigai
Pertempuran Darat I
karena medan yang sulit berbukit dan hutan yang lebat. pertempuran terus dilaksanakan dengan menggunakan persenjataan berat
Bombardir I
Bombardir II
istirahat
Berangkat berjuang
Patroli make BTR 50
Apel sebelum berangkat
Pasukan Pendarat
Patroli make BTR 50
Akhirnya Timor Timur dapat dikuasai oleh Pasukan Pendarat KKO(MARINIR),..
Jalesu Bhumyamca Jayamahe |
|
|
|
|
|
|
|
Dua Sukhoi Mengawal Wakil Presiden Indonesia menuju Manado
MAKASSAR--MICOM: Dua dari empat pesawat Sukhoi yang dibeli dari Rusia tahun 2003, yakni Sukhoi-27 dan Sukhoi-30 mengawal pesawat kepresidenan yang mengangkut Wakil Presiden Boediono dari Bandara Udara Sultan Hasanuddin Makassar, Rabu (10/8).
Pesawat yang disiagakan di Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin tersebut mengawal sekitar 10 menit pesawat yang berisi wapres dengan tujuan Manado, Sulawesi Utara. Sukhoi kemudian berbalik arah menuju Jakarta untuk ikut serta dalam peringatan 17 Agustus 2011.
Wapres terbang Manado menggunakan pesawat kepresidenan BAe RJ-85 . "Iya ini pengawalan, sekalian mereka (sukhoi) akan terbang menuju Jakarta, untuk ikut serta dalam peringatan Dirgahayu Republik Indonesia 17 Agustus nanti," ujar Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat.
Aksi pengawalan tersebut, tidak pelak mengundang kekaguman delegasi yang ikut dalam rombongan Wapres. Beberapa wartawan dan petugas dokumentasi Istana Wapres tak luput untuk mengabadikan aksi pengawalan tersebut.
Tak mau kalah, Wapres Boediono sendiri juga menyempatkan untuk melihat pengawalan tersebut dari kabin VVIP di bagian tengah pesawat RJ-85 tersebut. Wapres sempat berbincang dengan beberapa stafnya. Bahkan Yopie menyempatkan untuk memfoto Wapres dengan latar belakang aksi pengawalan Sukhoi tersebut. (Mad/OL-04) |
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Mandiri Membuat Satelit
JAKARTA, KOMPAS.com — Tim perekayasa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional tengah menyelesaikan desain dan rancang bangun satelit mikro Lapan A2. Pembuatan satelit komunikasi dan pengindraan jauh ini di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, akan selesai pada September 2011.
"Keberhasilan ini menjadi bukti kemajuan kita untuk mencapai kemandirian dalam pembuatan satelit," kata Kepala Lapan Bambang Tedja Sumantri, Selasa (9/8/2011).
Menurut rencana, satelit Lapan A2 akan diluncurkan dari tempat peluncuran roket di India pada Januari 2012. Satelit ini akan ditumpangkan pada peluncuran satelit milik ISRO-India. Untuk pengiriman satelit ini ke India juga telah dipersiapkan kargo khusus.
Satelit ini akan beredar di orbit khatulistiwa dan memiliki jangkauan lebih lebar. Berbeda dengan generasi terdahulu, Lapan A2 telah dilengkapi dengan sistem identifikasi otomatis. "Dengan sarana ini, satelit dapat memantau pergerakan kapal laut yang lewat wilayah Indonesia berdasarkan sinyal yang dipancarkannya," tutur Bambang.
Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Soewarto Hardhienata menambahkan, pihaknya telah melakukan pengujian komponen muatan satelit tersebut.
Sementara itu, untuk peluncuran berikutnya dipersiapkan pula satelit pencitra di orbit polar. Semula satelit mikro yang menggunakan sistem optik ini akan diluncurkan bersamaan dengan satelit Lapan A2, tetapi karena kendala teknis, diputuskan perubahan ke orbit polar.
Satelit mikro ini dilengkapi dengan kamera high density television (HDTV). Pengujian kamera ini telah dilakukan dengan menumpangkannya pada pesawat terbang.
Terkait dengan pengoperasian satelit ini, dilakukan pula modifikasi rekayasa stasiun penerima agar mampu menangkap sinyalnya pada S-band. (YUN) |
|
|
|
|
|
|
|
Sembilan Peleton Raider Diterjunkan ke Nibung
TRIBUNNEWS.COM, MUSIRAWAS - Sebanyak sembilan peleton pasukan raider atau setara 300 personel diterjunkan ke Kecamatan Nibung, Kabupaten Musirawas.
Kepala Staf Kodam II/Sriwijaya Brigjen TNI Harri Purdianto, Kamis (11/8/2011) saat diwawancarai di halaman Makodim 0406 Musirawas mengungkapkan bahwa pasukan rider tersebut diterjunkan untuk latihan uji siap tempur.
"Ini uji latihan siap tempur, pakai peluru tajam, tembak sungguh-sungguh. Latihan kita coba di daerah. Tujuannya tingkatkan profesionalitas angkatan darat (AD) yang setiap saat siap bergerak ke sasaran. Latihan mulai 9-12 Agustus 2011, tapi liat perkembangan, bisa saja sampai lebaran" ujarnya. |
|
|
|
|
|
|
|
OPERASI ALPHA-Kerjasama RAHASIA MILITER INDONESIA-ISRAEL
Jakarta - Mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsda Djoko Poerwoko wafat di Brazil tanggal 9 Agustus 2011 pukul 22.30 waktu setempat. Keberadaan Djoko di Brazil untuk melakukan kunjungan ke Pabrik Super Tucano atas undangan pihak Embraer. Djoko terkena serangan jantung. Saat ini pihak keluarga masih menunggu kepulangan jenazah Djoko.
Djoko merupakan salah satu penerbang tempur handal TNI AU. Berbagai jabatan pernah diembannya. Dia pensiun pada 30 September 2006. Demikian keterangan pers dari Dispen TNI AU, Rabu (10/8/2011).
Banyak pengalaman penerbang tempur yang satu ini. Salah satunya adalah mengikuti operasi Alpha. Inilah operasi rahasia antara TNI dan Militer Israel untuk membeli 32 pesawat tempur A-4 Skyhawk, melatih pilot Indonesia di Israel dan menyamarkan pesawat tempur itu agar bisa dibawa pulang.
"Saat itu kebutu*an TNI AU untuk memperbaharui armada tempurnya. Pembelian ke Israel itu tentunya masalah sensitif. Proses pembeliannya diatur oleh petinggi ABRI saat itu Pak Benny Moerdani, sedangkan Pak Djoko Poerwoko adalah salah satu pilot yang dilatih di sana," ujar pengamat militer Mufti Makarim kepada detikcom, Rabu (10/8/2011).
Operasi ini digelar secara rahasia pada tahun 1980. Hingga kini, TNI tidak pernah mengakuinya. Saat itu TNI AU kekurangan pesawat tempur. Pesawat seperti F-86 dan T-33 sudah tua dan tidak bisa beroperasi maksimal. Amerika Serikat bisa memberikan 16 pesawat F-5 E/F Tiger II, tetapi hal itu dianggap belum cukup. Apalagi saat itu Indonesia harus menghadapi operasi militer lanjutan di Timor Timur.
Pihak intelijen mendapat informasi, Israel akan menjual 32 pesawat A-4 Skyhawk. Masalahnya tentu tidak sesederhana itu. Selain tidak ada hubungan diplomatik, pembelian pesawat tempur ke Israel juga akan menuai protes keras dari masyarakat. Tapi pihak ABRI memutuskan operasi terus berlanjut.
Setelah mengirimkan teknisi, 10 Pilot TNI AU diberangkatkan ke Israel. Bahkan 10 pilot itu tidak tahu mereka akan diberangkatkan ke mana. Dalam buku autobiografinya, Menari di Angkasa, Djoko Poerwoko menceritakan pengalamannya.
"Awalnya hanya mengetahui bahwa para penerbang akan belajar terbang disana. Informasi lain-lain masih sangat kabur," tulis Djoko.
10 Pilot tersebut berangkat dengan pesawat Garuda Indonesia dari Halim Perdana Kusuma ke Singapura. Setelah mendarat, di Singapura mereka dijemput oleh beberapa petugas intel ABRI. Mereka mulai sadar tidak akan diterbangkan ke AS, tetapi ke Israel. Sebuah negara yang sangat dibenci oleh masyarakat Indonesia.
Mayjen Benny Moerdani yang saat itu menjadi Kepala Badan Intelijen ABRI memberikan briefing. Ini misi rahasia. Jika misi gagal, pemerintah Indonesia tidak akan mengakui kewarganegaraan mereka. Benny juga memberikan pilihan jika ada yang ragu silakan kembali. Operasi ini dianggap berhasil jika pesawat tempur A-4 Skyhawk yang diberi kode 'merpati' sudah masuk ke Indonesia.
Berbagai pikiran berkecamuk di benak para pilot tersebut. Kaget dan bingung tentu saja. Tapi tidak ada yang mundur. Mereka pun diberi identitas palsu dan akhirnya siap diberangkatkan.
=========================
Jakarta - "Saat itu Benny Moerdani yang mengatur operasi Alpha. Tentu zamannya berbeda. Kalau dulu dengan kekuasaan tak terbatas yang dimiliki, ABRI bisa melakukan upaya semacam itu. Kalau sekarang tentu tidak bisa, karena menggunakan dana APBN, harus ada pertanggungjawabannya. Lagipula operasi semacam ini tentu melanggar prinsip keterbukaan. Belum lagi kerjasama dengan Israel, kalau dilakukan kini tentu Ormas-ormas Islam akan sangat keras menentang," ujar pengamat militer Aris Santoso kepada detikcom, Rabu (10/8/2011).
Operasi Alpha digelar 31 tahun lalu. Misi khusus untuk membeli 32 pesawat tempur A-4 Skyhawk, melatih pilot TNI AU di Israel, dan membawa pulang pesawat ke Indonesia berlanjut. Dari Singapura, 10 Pilot TNI AU diterbangkan ke Frankfurt dengan menggunakan Boeing 747 Lufthansa. Mereka tidak boleh bertegur sapa, duduk saling terpisah, namun masih dalam batas jarak pandang.
Begitu mendarat di Bandara Frankfurt, Mereka berganti pesawat lagi untuk menuju Bandara Ben Gurion di Tel Aviv, Israel. Semuanya bingung dan jetlag. Begitu sampai di Tel Aviv, mereka ditangkap dan digiring petugas keamanan bandara. Semuanya hanya pasrah, oleh karena memang tidak tahu skenario apalagi yang harus dijalankan, yang ada hanya menunggu dengan hati berdebar.
Setelah memasuki ruang bawah tanah, dan melihat ada beberapa perwira intelijen ABRI, baru para pilot merasa tenang. Ternyata penangkapan hanya skenario saja agar mereka bisa keluar bandara dengan cepat tanpa diketahui.
Mereka langsung menerima brifing singkat mengenai berbagai hal yang harus diperhatikan selama berada di Israel. Segala sesuatu yang yang terkait dengan Indonesia di-sweeping. Para pilot ini juga diajari sedikit bahasa Ibrani. Mereka diperintahkan mengaku pilot dari Singapura.
Mereka dibawa ke Pangkalan Udara di Kota Eliat. Pangkalan itu rahasia. Tidak ada nama resminya. Atas kesepakatan, selama latihan Pangkalan Udara itu dinamai 'Arizona'. Karena resminya memang para penerbang itu akan dikirim ke Arizona. Di sana mereka berlatih dengan pesawat A-4 Skyhawk. Melakukan berbagai manuver, mengoperasikan pesawat tempur sebagai mesin perang, hingga menembus hingga perbatasan Suriah.
Setelah sekitar 4 bulan, Latihan terbang berakhir tanggal 20 Mei 1980. Para perwira lulus dan berhak mendapatkan ijazah dan brevet penerbang tempur. Namun para perwira intelijen ABRI yang hadir justru membakarnya di depan para pilot itu. Tentu saja untuk menghilangkan bukti bahwa pernah ada kerjasama militer RI dan Israel.
Para penerbang itu kemudian dibawa ke Amerika Serikat. Sekedar untuk berfoto-foto. Di manapun ada tulisan AS mereka disuruh berfoto. Ini untuk mengecoh, seolah-olah bahwa mereka memang dikirim ke AS, bukan ke Israel. Kepada para komandan di kesatuan pun, para pilot ini harus mengaku telah dilatih di AS, bukan Israel.
Kemudian Tanggal 4 Mei 1980, paket A-4 Skyhawk gelombang pertama, terdiri dua pesawat single seater dan dua double seater tiba di Tanjung Priok. Pesawat-pesawat tersebut diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel, dibalut memakai plastik pembungkus, berlabel F-5. Saat itu Indonesia juga memang memesan pesawat F-5 Tiger dari AS. Jadi seolah-olah pesawat yang diangkut kapal laut itu adalah juga pesawat F-5. Secara bergelombang, pesawat-pesawat A-4 Skyhawk terus berdatangan.
Operasi Alpha accomplished!
Telah meninggal Dunia Joko F Poerwoko
Berita duka telah meninggal pilot hebat yg pernah dimiliki TNI AU, beliau mantan Pangkohanudnas Dan Salah Satu Yang ikut dalam OPERASI ALPHA
Great soldier never dies ..they just fade away
RIP Marshal |
|
|
|
|
|
|
|
Pendidikan Elektronik Intensif TNI AU
BANDUNG, KOMPAS.com - Sebanyak 40 bintara TNI AU memulai pendidikan dasar elektronik secara intensif di Pangkalan Udara (Lanud) Sulaiman, Bandung, Jawa Barat, Kamis (11/8/2011).
Komandan Lanud Sulaiman Kolonel (PnB) Elianto Susetio mengatakan, para siswa diharap mampu berkreasi dengan ilmu yang diperoleh selama pendidikan delapan bulan ke depan.
Dalam edaran Pers Lanud Sulaiman disebutkan, pendidikan tersebut masuk dalam angkatan ke-37 yang dilaksanakan di Skadron Pendidikan (Skadik) 203. Pendidikan berlangsung dalam 1137 jam pelajaran.
Kolonel Elianto menekankan agar para siswa menyadari bahwa tugas mengikuti pendidikan bertujuan untuk mendapatkan bekal pengetahuan kejuruan dan ketrampilan dasar sesuai dengan bidang kejuruan yang diterima sebagai prajurit TNI.
Para siswa yang menyelesaikan pendidikan ini diharap melaksanakan pekerjaan sebagai pembantu atau pelaksana pemula sesuai dengan bidang tugas masing-masing secara baik, benar, dan aman. Keahlian elektronik sangat penting dalam dunia penerbangan.
Elektronik penerbangan atau Avionik merupakan salah satu bagian utama dalam penerbangan selain dari penguasan teknis mainframe (rangka pesawat) dan power plant (mesin pesawat).
"Karena itu, haruslah disadari bahwa jenis pendidikan kejuruan yang akan ditempuh, adalah jenis pendidikan yang dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pelaksanaan tugas yang diberikan TNI Angkatan Udara," kata Danlanud. |
|
|
|
|
|
|
|
BAE Akan Dirikan Perusahaan Di Indonesia Untuk Support Hawk Mk 109/209 TNI AU
BAE Systems is considering a plan to establish a local company in Indonesia providing support services to its fleets of Hawk Mk 109/209 fighter/trainers in service in the Indonesian Air Force (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara, TNI-AU), the company has told Jane's .
The TNI-AU took delivery of 32 Hawk Mk 209 lightweight multirole fighters and eight Hawk Mk 109 trainers/light attack aircraft from 1996. The aircraft are based in TNI-AU stations in the western island of Sumatra and in Kalimantan on the central island of Borneo.
BAE Systems vice-president for Malaysia and Indonesia, Mark Burgess, said the setting up of a company in Indonesia dedicated to maintaining the Hawks is being considered as part of plans to enhance support for BAE Systems equipment in operation in the Southeast Asian country. He also indicated that indirect defence sales to Indonesia were being pursued.
"BAE Systems has had an office in Indonesia for a number of years and has continued to work with the [TNI-AU] supporting the Hawk fleet," said Burgess. "In addition, the company is working closely with the air force looking at logistic support for the Hawks, including the opportunity to set up a locally registered company."
http://www.janes.com/products/ja ... amp;channel=defence |
|
|
|
|
|
|
|
Perlombaan Belanja Senjata Di ASEAN
Kalau pengen lihat Filipina marah, lihatlah kejadian Juni kemarin ketika armada Cina menyentuh wilayah sensitif di perairan barat daya negeri itu. Meski cuma menyentuh halus tetapi karena yang menyentuh rombongan kapal “nelayan bersenjata” Cina, Manila bereaksi keras dan “ngamuk omongan” sehingga terdengar oleh sekutu tradisionalnya AS. Suara lantang petinggi Filipina mulai dari Presidennya, Menlunya dan Menhannya membuat AS menoleh, lalu Menlu Hillary menegaskan: AS tak akan berpangku tangan jika sekutunya Pinoy diancam oleh Cina. Langkah kongkritnya USS George Washington yang sedang mengawasi perairan Korea dibelokkan sembilan puluh derajat ke selatan menuju Filipina dan Laut Cina Selatan bersama kapal tempur yang mendukung gerakan kapal induknya.
Filipina segera berbenah. Armada angkatan lautnya hanya memiliki kapal ukuran kecil dan kurang memiliki kekuatan pukul mulai dipoles, bahkan kapal jenis fregat yang sudah tua kembali dikaryakan dan dilayarkan di perairan sengketa Spratly. Filipina segera memesan 8 Fregat second dari AS, menjajaki pembelian LPD dari Indonesia, menambah jumlah pesawat tempur, memperbanyak patroli di kawasan sengketa. Point penting dari urusan klaim ini adalah AS siap menyediakan arsenal militer segala matra untuk Filipina menghadapi ancaman Cina di Laut Cina Selatan. Jaminan ini diberikan oleh Menlu Hillary usai bertemu dengan Menlu Filipina Albert del Rosario di Washington akhir Juni lalu. Untuk menunjukkan taringnya, militer Filipina membongkar sebuah bangunan di sebuah pulau di kawasan di perairan sengketa akhir Juli lalu, untung tak terjadi insiden lagi
Vietnam sami mawon marahnya sama Cina, bahkan pemerintahnya mengajak rakyatnya demo anti Cina untuk bangkitkan semangat nasionalismenya. Lalu berupaya menginventariasi kembali kekuatan alutsistanya. Mereka terang-terangan menyatakan sudah, sedang dan akan membeli arsenal dalam jumlah yang banyak. Setidaknya 6 fregat, 6 kapal selam Kilo dan 24 jet tempur Sukhoi SU30 sudah ada di daftar belanjaannya, 2 fregat sudah datang, 12 Sukhoi sudah operasional di pangkalannya. Jangan lupa Vietnam memiliki ribuan arsenal matra darat yang terdiri dari Tank, Panser, Artileri made in Rusia peninggalan perang Vietnam yang berakhir tahun1975. Vietnam juga telah menyiagakan rudal anti kapal Yakhont yang disebar di garis pantai sebagai tameng ancaman angkatan laut negara lain.
Tak terasa kemudian yang terjadi adalah belanja alutsista yang memberikan definisi telah terjadi perlombaan senjata di sebuah perkumpulam negara yang bernama ASEAN. Simak saja belanja alutsista Thailand, beli 40 Heli tempur, 4 kapal selam second, 12 Gripen, ratusan Tank dan Panser, 4 LPD, 5 fregat. Kemudian Malaysia, sudah punya 18 Sukhoi, 2 kapal selam, 6 Korvet. Mau nambah lagi dengan 1 skuadron jet tempur Typhoon atau Rafale dan mempersenjatai kapal tempurmya dengan rudal anti kapal sekelas C802.
Diantara negara ASEAN, Singapura yang kelihatan adem ayem tak ikut koar-koar lomba senjata karena memang dia sudah duluan mempersiapkan diri. Sudah punya 5 kapal selam, 6 Fregat, 24 F15, 80 F16 dan senjata based on land lainnya. Singapura sudah lebih siap menghadapi tantangan dari luar negaranya. Negeri pulau itu membentuk model pertahanan lebah, siapa berani ganggu siap menerima sengatan lebah dari gudang arsenalnya yang mampu lakukan pre emptive strike.
Bagaimana dengan Indonesia. Perkuatan alutsista kita yang sedang terjadi saat ini adalah untuk memenuhi kriteria kekuatan pukul standar. Kita hanya mengisi gudang arsenal kita dengan rematerialisasi alias pergantian alutsista yang sudah tua. Misalnya pesawat Bronco diganti dengah 1 skuadron Super Tucano. Sisa Hawk Mk53 diganti dengan 1 skuadron jet T-50 Korea. Demikian juga penambahan 24 F16 dan 6 Sukhoi untuk menambal kekuatan skuadron tempur yang masih kurang sempurna.
Namun persepsi jiran bisa lain karena rumah yang bernama Indonesia itu selalu menjadi perhatian mereka. Pokoknya apa saja yang dilakukan rumah gadang ini selalu dicermati baik-baik oleh setidaknya 3 negara yaitu Singapura, Malaysia dan Australia. Ketiga negara itu sepertinya punya rasa was-was jika republik ini membangun kekuatan militernya. Padahal Indonesia memang perlu melakukan reformasi alutsistanya untuk menjaga eksistensi kedaulatan dan kewibawaan rumah besarnya dari gangguan ketiga jiran itu. Dalam bahasa pertetanggaan biasa disebut mengantisipasi dinamika kawasan yang dinamis.
Indonesia telah menetapkan pagu anggaran pembelian alutsista US$ 15 Milyar periode tahun 2010 sd 2014 untuk memenuhi persyaratan kekuatan pukul yang memadai. Jumlah anggaran sebesar itu akan memastikan RI bahwa tahun 2014 nanti pengawal republik ini sudah dilengkapi dengan arsenal modern minimal 9 skuadron pesawat tempur berbagai jenis, puluhan pesawat angkut berbagai jenis, beberapa skuadron helikopter tempur, helikopter anti kapal selam, heikopter angkut, rudal jarak menengah hanud area. Kemudian pertambahan jumlah KRI berbagai jenis diprediksi bisa mencapai 220 unit, kapal selam 5 unit, pertambahan dan persebaran pasukan Marinir. Pertambahan pasukan TNI AD dengan 3 Divisi Kostrad, melengkapi alat tempur pasukan infantri mekanis dengan ratusan Panser. Pengadaan Panser Canon, Tank IFV, rudal anti tank, howitzer, roket dan rudal surface to surface semuanya diharapkan sudah ready for use di tahun 2014.
Nah dari semua kondisi dan situasi itu, katanya sih telah terjadi perlombaan belanja alutsista di kawasan ini. Bolehlah orang mempersepsikan apa saja tapi yang jelas perkembangan situasi di kawasan ini terutama gertakan angkatan laut Cina memaksa sejumlah negara memperkuat militernya. Indonesia tidak terkait dengan konflik klaim laut Cina Selatan namun dalam perkembangan ke depan bisa saja ada tumpang tindih kawasan perairan di sekitar Natuna. Yang masih segar adalah konflik Ambalat dengan Malaysia. Perkuatan militer Indonesia adalah untuk mengantisipasi kondisi itu karena konflik regional ke depan adalah perebutan sumber daya alam tak terbarukan. Jika kemudian terjadi situasi lomba belanja arsenal di kawasan ASEAN, tidak jua kita lalu mengatakan : bukan untuk itu. Karena faktanya memang sedang terjadi belanja senjata di kawasan ini. Jadi biarkan saja orang mau ngomong apa.
*****
Jagvane / 12 Agustus 2011 |
|
|
|
|
|
|
|
Jangan Under Estimate Dengan Postur TNI
Ketika dalam sebuah tulisan terdahulu kita mencoba mengangkat analisis yang diterbitkan Global Fire Power tentang ranking kekuatan militer dunia based on ke 45 faktor supportingnya, lalu menempatkan kekuatan milier Indonesia di urutan ke 18, banyak orang berpendapat tidak sependapat. Padahal kalau mau dibedah lebih jauh apa yang dipublikasikan GFP merupakan analisis data yang obyektif, terukur dan historis mulai dari kekuatan populasi, kekuatan pasukan, kekuatan cadangan, kekuatan alutsista, kekuatan finansial, kekuatan daya beli, kekuatan cadangan devisa, kekuatan demografi, kekuatan cadangan energi, kekuatan angkatan kerja.
Definisi yang berlaku selama ini adalah kekuatan militer sama dengan kekuatan jumlah pasukan dan alutsista. Lalu kekuatan alutsista sama dengan kekuatan pesawat tempur, pesawat pembom, destroyer, fregat, korvet, kapal selam, rudal, tank. Padahal dukungan untuk sebuah operasi tempur militer pasti ada dukungan logistik, zeni, angkutan, bbm, sebaran pangkalan, satuan radar, intelijen, daya juang, karakter bangsa, daya tahan, militansi, pasukan cadangan. Untuk kriteria alutsista postur TNI sedang menuju kekuatan MEF, artinya TNI masih harus membenahi kuantitas dan kualitas alutsistanya tetapi untuk urusan unjuk kualitas pasukan, daya tahan, semangat juang, patriotik, TNI jangan dianggap enteng.
Sayangnya yang sering dipublikasikan dan diopinikan adalah kekurangan demi kekurangan, mulai dari kurang anggaran sampai akhirnya kurang siap bertempur, kurang siap melakukan operasi militer. Jadi yang ada pada benak sebagian masyarakat adalah kekurangyakinan pada postur TNI. Padahal ketika dilakukan operasi militer di perairan Somalia untuk membebaskan Sinar Kudus yang jauhnya ribuan kilometer, kita sukses. Yang istimewa dalam operasi militer ini adalah armada KRI memasuki perairan teritori Somalia, ini tidak pernah dilakukan negara lain termasuk AS. TNI mengirim 3 KRI masing-masing 2 fregat dan 1 LPD. Kapal LPD ini memuat sedikitnya tank amphibi 4 BMP3F, 8 LVT, 2 Howitzer, 1 batalyon pasukan gabungan TNI. Mereka siap melakukan operasi amphibi terbatas untuk menghancurkan pusat kejahatan perompakan di pantai Somalia.
Contoh lain, misal terjadi konflik dengan Malaysia dan mereka melakukan serangan pendahuluan dari KL menerbangkan 12 Sukhoi, 4 F18 Hornet dan 8 Mig 29 (sekedar catatan: dalam setiap serangan maksimal dua pertiga kekuatan yang dapat diterjunkan ke medan tempur, sisanya ready di pangkalan atau sedang dalam perbaikan). Armada ini mau dimana kemana, ke Jakarta saja atau ke beberapa kota. Andai hanya ke Jakarta pertanyaannya apakah kemudian Jakarta akan hancur dengan serangan 22 pesawat tempur Malaysia itu. Jelas tidak dong, kalau tercubit atau terluka iya. Nah kalau sudah tercubit atau terluka pasti akan ada counter attack. Karakter bangsa kita adalah kalau sampai tercubit bahkan hanya terhina pun, serangan balasannya akan mampu menjerakan negeri jiran itu.
Jangan lupa, seandainya ibukota sampai terluka atau lumpuh, kan masih banyak kota-kota besar lainnya yang eksis, ada Medan, Surabaya, Bandung, Semarang, Palembang, Balikpapan, Makassar, Ambon, Jayapura, Denpasar, Padang dan lain-lain yang siap mengambil alih komando darurat perang. Ingat jaman perang kemerdekaan dulu, Jakarta diduduki Belanda, ibukota pindah ke Yogya. Yogya diserbu, Presiden Soekarno ditangkap, pusat pemerintahan darurat diambilalih Bukittinggi Sumbar. Sekarang bisa saja komando kewilayahan (Kodam) yang ada di Kalimantan langsung mengadakan penyusupan dan sabotase di Sarawak dan Sabah sementara yang di Sumatera melakukan hal yang sama merembes ke Semenanjung pakai pola infilitrasi model TKI ilegal. Ini baru salah atu pola serangan balik, masih banyak pola lainnya misalnya serangan udara balasan, pendaratan amphibi dan serangan darat frontal di Serawak, misalnya.
Ketika GFP menyajikan data bahwa kekuatan Air Power Indonesia berada diatas Singapura, banyak yang mentertawakan. Air Power menurut GFP terdiri dari jumlah Aircraft (gabungan pesawat militer dan sipil), Helikopter dan Lanud dimana Indonesia memiliki 510 pesawat udara, 168 helikopter dan ratusan Lanud sementara Singapura punya 422 pesawat udara, 100 helikopter dan 8 Lanud. Memang dari 422 pesawat yang dimiliki Singapura itu hampir 150 unit adalah pesawat tempur modern sementara jumlah pesawat tempur RI saat ini baru mencapai 70an. Meski jumlah pesawat tempur Singapura jauh diatas Indonesia namun dalam strategi militer negara itu tak akan mampu mengalahkan Indonesia. Itu sebabnya segede apapun alutsista yang dimiliki oleh Singapura, negara itu bukan ancaman bagi Indonesia.
Singapura dapat melakukan pre emptive strike ke Jakarta atau kota-kota lainnya, tapi setelah itu dia akan merasakan akibat fatalnya. Karena Singapura negara jasa, sangat mudah memberikan terapi kejut bagi negeri ini. Misal stop kunjungan wisatawan dari RI, ciptakan suasana tidak tenang, lakukan sabotase, sebar virus mematikan, atau serangan rudal dari Batam. Negara yang sejahtera dan makmur seperti Singapura tentu tak ingin bermain api dengan Indonesia kalau tak ingin eksitensinya menjadi basah kuyup dan pucat pasi. Orang Singapura lebih senang dengan kondisi status quo, tidak ingin mengganggu tapi jangan sampai diganggu, mirip sarang lebah.
Memang jalan terbaik adalah tidak ada konflik dengan jiran regional apalagi sampai terjadi perang terbuka. Namun filosofi lama masih tetap berlaku bahwa kita cinta damai tetapi jalan perang bukan sesuatu yang mustahil manakala kehormatan dan harga diri bangsa dilecehkan, diremehkan. Itu yang tak bisa kita terima. Pada dasarnya kita selalu menghormati hubungan pertetanggaan dengan semangat toleransi, saling menghargai dan low profile. Namun wajah low profile ini sering disalahartikan sebagai ketidakmampuan menjaga kewibawaan, ketidakmampuan mensetarakan diri dalam berdiplomasi. Ini yang sering menjadikan 2 jiran sebelah Malaysia dan Singapura pongah dan merasa dia bisa mendikte republik ini.
Singapura bisa dengan seenaknya sendiri “memelihara” koruptor Indonesia yang lari dan bermukim disana bersama uang haramnya dengan alasan tak ada perjanjian ekstradisi. Tapi dia lupa bahwa hubungan bertetangga itu yang lebih penting adalah menjaga perasaan tetangganya dari sekedar sebuah perjanjian ekstradisi. Contoh terkini lihat saja Kolombia, tak ada perjanjian ekstradisi dengan RI namun pemerintahnya mampu menunjukkan pola kerjasama mengatasi kejahatan lintas negara, mengembalikan seorang buron paling dicari Nazaruddin di deportasi ke Indonesia. Terimakasih Kolombia.
Malaysia sebagai orang kaya baru (kata dia) merasa sudah lebih makmur dengan Indonesia, perilakunya mirip-mirip dengan Singapura. Mungkin dia, terutama generasi mudanya selalu melihat wajah Indonesia dalam kesehariannya adalah wajah TKI yang ada di rutinitas benak mereka, sebagai wajah bangsa kelas dua. Cermin ini yang menjadikan cara pandang mereka terhadap jirannya menjadi seperti kacamata kuda, tidak mampu melihat sejarah masuknya TKI ke sana justru untuk membantu perkuatan populasi etnis Melayu menghadapi populasi etnis Cina sekitar tahun 70an.
Terhadap semua cara pandang dan sudut pandang yang dipertontonkan jiran kita itu, salah satu jalan yang harus dipersiapkan adalah perkuatan postur TNI disamping pembangunan ekonomi yang sudah menunjukkan ketahanan ekonomi makro dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Cadangan devisa sudah mencapai US$ 122 Milyar, pendapatan perkapita ada di kisaran US$3.000, anggota G20, inflasi terkendali, bursa saham menunjukkan kinerja tahan uji, demikian juga rupiah kecenderungannya menguat terhadap Dollar AS.
Sudah saatnya kita merawat dan membesarkan anak kandung kita ini karena TNI adalah pengawal eksistensi kita, eksistensi republik ini. Menjaga keutuhan NKRI salah satunya adalah menumpas unsur separatis yang mencoba untuk memisahkan diri. Jangan lagi ada pandangan bahwa TNI harus mengedepankan dialog dalam menghadapi separatis. Tugas TNI adalah menghancurkan separatis terutama yang mengajak tarung dengan senjatanya. Tugas Pemerintah adalah melakukan pendekatan kesejahteraan dan dialog dalam kerangka NKRI. Keutuhan NKRI adalah tugas konstitusi TNI, menjaga rangkaian pulau dari Sabang sampai Merauke sebagai warisan peninggalan jajahan Belanda. Itu sudah takdir sejarah final yang diakui oleh PBB.
Kita berharap di tahun 2014 nanti, postur TNI sudah menunjukkan kekuatan alutsista yang bertaring terutama kekuatan pukulnya. Dan tentu tidak berhenti sampai disitu saja, terus melakukan perkuatan menembus kriteria menggentarkan. Namun yang lebih penting dari semua itu adalah membalikkan semua cara pandang under estimate terhadap postur TNI. Dalam kondisi belum MEF pun TNI mampu melakukan pengawalan permanen terhadap Ambalat, menjaga pulau-pulau terluar, mengirim armada laut ke perairan Somalia, berperan aktif sebagai pasukan perdamaian PBB, mengirim kapal perang ke Libanon untuk misi PBB, unggul dalam setiap kejuaraan militer antar negara, memiliki pasukan khusus yang disegani negara lain, tampil terdepan dalam setiap operasi penanggulangan bencana alam, dan lain-lain.
Apakah ini bukan sebuah nilai, bukan sebuah prestasi, bukan sebuah kebanggaan. Mestinya kita berterimakasih pada anak kandung kita ini yang selalu mengedepankan kegigihan dalam setiap tugasnya, demi menjaga kehormatan, nama baik dan kewibawaan negeri kepulauan khatulistiwa nan indah ini. Tidak salah jua sembari mengucapkan selamat hari ulang tahun ke 66 untuk negeri raya ini, rasa hormat dan bangga kita bingkiskan pada pengawal republik. Bahwa ulang tahun kemerdekaan ini adalah bagian dari darma bakti sosok TNI selama ini yang menjadikan eksistensimu tetap tegar geliat sampai saat ini, duhai Republik Indonesia.
*****
Jagvane ( 14 Agustus 2011)
Dirgahayu Republik Indonesia |
|
|
|
|
|
|
| |
|